.
.
.
Arrain mengerjap saat mobil yang dikendarai Satria berhenti di tepi jalan yang lengang. Menoleh pada laki-laki di sampingnya, Arrain mengernyit heran. Mengapa mereka berhenti?
Satria terkekeh melihat raut bodoh Arrain di sampingnya. "Udah sampai, Rain." ujarnya dengan senyum tipis.
Arrain mengerjap menatap sekeliling. Dia baru sadar jika mobil Satria sudah berhenti tepat di depan gedung apartemennya. Lalu perempuan itu tertawa menyadari jika sepanjang perjalanan tadi dirinya larut dalam lamunan. Bagaimana malam ini dirinya berhasil menghabiskan malam minggu bersama Satria. Arrain tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dalam hatinya. Membuat bunga-bunga seolah bermekaran disana. Lalu senyum merekah tercipta di wajah Arrain. Ditambah Satria yang masih menatap dengan senyum jenakanya.
"Kenapa?" Satria mengernyit saat tahu-tahu Arrain tersenyum padanya.
Arrain menggeleng menyembunyikan wajah merahnya. "Enggak apa-apa! Apaan sih lo Sat!"Satria tertawa kecil. Kembali menatap Arrain yang mencangklongkan tasnya. Entah mengapa gerakan perempuan itu terlihat lucu di matanya. Arrain mengeluarkan bedaknya, memoleskan sedikit pada wajahnya yang putih.
"Sok cantik!" Satria meledek dari samping.
Arrain terkekeh, menutup bedak dan memasukkanya lagi ke dalam tas. Dia menujulurkan lidah pada Satria. "Biarin, gue kan mau godain security apartemen."
Satria tertawa. Paham jika itu hanya gurauan asal Arrain. Karena perempuan itu memang senang bercanda dan ramah pada setiap orang. Satria sudah hafal.
Arrain memutar bola matanya resah. Rasanya dia benar-benar tidak ingin malam yang manis ini berakhir. Lalu saat pandanganya jatuh pada teddy bear pink di belakang. Kepala Arrain kembali dipenuhi pertanyaan, untuk siapa Satria membeli teddy bear itu. Malas memikirkannya, Arrain mencoba berfikir positif saja. Ah, paling buat si Zahra, siapa lagi coba? Nggak mungkin buat orang lain.
"Ehm, Sat, lo nggak mau mampir dulu?" Arrain memberi tawaran. Dan perempuan itu sangat berharap Satria menerima tawarannya.
Satria berfikir sejenak lalu menggeleng. "Enggak deh, Rain. Udah malem."
Arrain kontan cemberut. "Malem apaan? Baru juga jam sebelas."
Satria tertawa samar. "Bener kan, udah malem. Beberapa jam lagi malah udah pagi."
Arrain memberengut. "Iya deh, terserah! Lo akan anak alim jadi nggak pernah kelayapan. Kek perawan."
Lalu Arrain tertawa sendiri sembari membuka pintu mobil. Sementara Satria diam-diam berdecak mendengar ucapan Arrain yang bak sindiran itu.
"Gue balik ya, Sat. Makasih udah nge-date sama gue malem ini." Arrain tersenyum, dia sudah berdiri di luar mobil.
"Sama-sama Rain, Night."
"Bye, Sat. Night." Arrain melambai lalu menghilang di lobby apartment tempatnya tinggal.
Satria masih diam di tempatnya saat Arrain sudah hilang dari pandangan. Senyum tipis tercipta dari wajahnya. Arrain, perempuan cerewet dengan tingkah atraktifnya. Lalu dia teringat saat kemarin berkumpul dengan teman-temannya. Tiba-tiba saja mereka membahas dia dan Arrain. Dan ketika Satria mengatakan mereka hanya teman. Lalu mengapa? Karena itulah kenyataannya.
Karena nyatanya hati Satria ini masih mengharapkan seseorang yang entah berada dimana sekarang. Clara. Lalu pandangannya jatuh pada teddy bear besar di belakang. Memijat kening sesaat. Satria lalu bergumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomanceSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...