.
.
.
Hujan semakin deras saat Satria membelokkan mobilnya ke perumahan tempat tinggal Clara. Langit sudah gelap sepenuhnya. Ditambah guyuran hujan dan kilat yang sesekali menciptakan suara menggelegar.
Satria mengurangi kecepatan mobilnya saat rumah Clara berada tidak jauh lagi. Namun Satria tak bisa memajukan mobilnya, karena sebuah range rover putih sudah terparkir rapi di depan sana. Satria memandang mobil itu hampa. Dia lalu menoleh menatap Clara.
Clara tak bisa menyembunyikan ketegangan di wajahnya saat menyadari mobil milik siapa yang terparkir di depan rumahnya itu. Clara balas menatap Satria. Laki-laki itu mengangguk kecil.
"Kamu turun duluan aja, biar aku yang gendong Rara masuk nanti." ujar Satria.
Clara mengangguk menurut. Dia lalu keluar tanpa payung atau apapun yang bisa melindunginya dari hujan yang turun. Clara buru-buru memasuki rumah. Namun langkahnya terhenti saat seseorang lebih dulu keluar dari pintu rumahnya.
Tubuh Clara membeku saat melihat sosok itu. Lando berlarian cemas ke arahnya. Diikuti Intan yang muncul dengan raut tak kalah cemasnya.
"Sayang, kamu dari mana aja? Aku sudah menunggu kamu lama. Rencananya aku mau mengajak kamu keluar hari ini. Tapi ternyata kamu sudah pergi lebih dulu."
Kata-kata Lando terhenti karena perhatiannya tertuju pada mobil asing di luar gerbang. Crv abu-abu itu milik siapa? Lando tak mengenali mobil itu sama sekali.
Kernyitan di dahi Lando semakin tajam saat sosok lain membuka pintu gerbang. Satria yang sedang meggendong Andhara sambil membawa payung. Bola matanya membulat saat mengenali siapa laki-laki itu. Dia adalah teman Dokter Arrain. Tapi mengapa tunangannya bisa bersama dengan laki-laki itu?
Satria segera menyerahkan Andhara yang tertidur kepada Intan. Intan segera membawa cucunya masuk ke dalam. Karena hujan turun semakin deras.
Clara mendongak saat kepalanya tak lagi merasakan guyuran hujan. Rupanya sebuah payung berwarna silver sudah melindunginya. Satria merelakan dirinya sendiri terkena hujan. Dari pada melihat Clara kehujanan.
"Sayang," Lando kehilangan kata-katanya. "Kenapa kamu bisa pergi dengan teman Dokter Arrain?" tunjuknya pada Satria. "Ada apa ini?!"
Clara menggigit bibirnya. Jantungnya berdegup keras menyadari bahwa mungkin ini saatnya untuk meledakkan bom yang dia miliki. Clara memandang Lando takut-takut.
"Al, aku bisa jelasin semuanya," lirih Clara. Satria tetap setia memegangi payung untuknya.
Lando memajukan langkahnya. Tak dia pedulikan payung yang tadi sempat dibawanya. Menatap Clara dan Satria tak percaya. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Tangannya meraih tangan Clara.
"My lovely young," panggilnya. Lando menatap Satria. "Kenapa kamu bisa pergi dengan teman Dokter Arrain?!"
Tatapan matanya menunjukkan kebingungan serta percikan emosi. "Jawab Clara! Kenapa kamu bisa pergi bersamanya?!"
Clara menahan sesak di dadanya. Dia abaikan tatap memicing Lando ke arahnya dan Satria. Pasti laki-laki itu sudah berpikiran macam-macam. Apakah kebenaran dari situasi ini juga terpikirkan olehnya?
"Al," suara Clara tedengar bergetar. Diliriknya Satria yang masih tenang di sampingnya. "Dia ini—papanya Andhara, Al. Papa kandung Andhara."
Kebenaran dari mulut Clara itu jelas membuat Lando terkejut. Dia menatap Satria tak percaya. Langkahnya semakin dekat dengan Clara dan Satria. Menatap Satria tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomanceSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...