[16] She Called Him 'Uncle Handsome' [16]

6K 289 10
                                    

.

.

.

Sudah tiga hari Clara tidak enak badan. Dia menjadi malas kemana-kemana. Bahkan Clara juga tidak pergi ke butik. Dan meyerahkan segala pekerjaan kepada Dhania. Clara merasakan kepalanya pusing dan berdenyut-denyut. Ditambah perubahan cuaca yang begitu cepat membuat kondisi tubuhnya melemah. Mungkin dia akan terserang flu setelah ini. Akhirnya yang Clara lakukan hanya tidur-tiduran malas di atas ranjang. Mengabaikan Irina yang terus berceloteh menceritakan liburannya di Korea pekan lalu.

"Darlings! Lo dengerin gue nggak sih?" Irina berdecak saat melihat Clara hanya terdiam memeluk guling.
Clara melirik sekilas. "Gue denger, Irin. Gue denger semua ocehan lo." sahutnya malas.

Sudah nyaris satu jam Irina duduk manis di hadapannya menceritakan ini dan itu soal negeri ginseng yang sepeti tidak ada habisnya. Soal anak muridnya yang bandel dan berlarian. Soal cuaca Korea yang mulai dingin. Soal dia yang tak bisa bertandang ke kantor-kantor entertaiment Korea. Soal kesialannya yang tak bisa bertemu dengan para idol favoritnya. Begitulah. Sejak tadi meski hanya berbaring, Clara tahu persis apa yang dibicarakan Irina.

"Ck. Siapa juga yang kemarin nangis-nangis pengen curhat?! Sekarang pas gue disini malah dikasih kacang! Ugh!"

Clara diam saja saat Irina terang-terangan melayangkan sindiran. Dia tatap temannya yang berambut kecoklatan itu dengan raut datar. Lalu tangannya meraih ponsel memainkan benda itu asal. Sungguh, kepalanya sedang pusing sekarang ini.

"Oh iya, Darlings gue punya sesuatu buat lo," Irina kembali berbicara.

Irina bangkit dari atas tempat tidur Clara dan mengambil beberapa papper bag yang tadi dibawanya dan dia letakkan di atas meja rias Clara. Lalu dengan secepat kilat Irina kembali ke hadapan Clara siap membongkar barang bawaannya itu.

"Karena tiga hari yang lalu pas gue kesini, gue belum sempet buka koper, jadi baru sekarang gue bisa ngasih oleh-oleh buat lo!" Irina terpekik senang. Dia membuka papper bag-nya dengan semangat.

Tiga hari yang lalu, setelah kembali dari Korea, Irina langsung datang kesini. Tentu saja kareta tiga hari sebelumnya dia mendengar tangis Clara dalam panggilan telepon mereka. Jiwa kesetia-kawanannya sangat mengkhawatirkan Clara. Apalagi mengingat kondisi sahabatnya itu yang sering tidak stabil. Jadilah Irina segera meluncur ke rumah Clara. Baru satu jam mengobrol—Intan tiba-tiba saja mengajaknya ke mall bersama Andhara tentu saja. Sedangkan Clara memilih tinggal di rumah, karena kondisi tubuhnya yang sedang tidak fit.

"Taraaaa~~~~ Gue beliin album buat lo, Darlingsku sayang!" Irina mengacungkan dua buah album itu senang dan mengulurkannya pada Clara. "Gue beliin dua sekaligus!"

Mau tak mau Clara bangkit dan menerima dua album sebagai oleh-oleh itu. "Thank you, Irin, you know me so well yeah!" Clara tersenyum. Lalu pandangannya tertuju pada album pemberian Irina itu.

Di depan Clara, Irina masih asyik membongkar oleh-olehnya dari Korea. Sebagian adalah album-album k-pop tentu saja bersama merchandise dan printilannya yang begitu banyak. Clara hanya memandang tumpukan album itu tanpa minat. Sebagian besar adalah album-album boyband baru yang tidak Clara kenal. Karena sudah bertahun-tahun Clara menginggalkan dunia yang penuh fantasi itu.

Ditengah-tengah pembicaraan itu pintu tiba-tiba berderit terbuka membuat Irina dan Clara menoleh ke arah pintu bercat putih itu. Kepala kecil Andhara menyembul disana. Gadis kecil itu tersenyum lebar saat mendapati Irina disana. Bocah itu baru saja bangun dari tidur siangnya dan langsung diberitahu bahwa Irina datang berkunjung. Andhara langsung keluar dari kamarnya dan berlarian dengan semangat.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang