[36] Reveal The Truth [36]

5.6K 283 23
                                    

.

.

.

Suasana malam yang tenang tak menyurutkan perasaan gelisah yang sejak tadi mengungukung hati Satria. Jantungnya begitu berdebar seolah ini adalah hari bersejarah. Bahkan dia merelakan diri tidak masuk ke kantor, demi malam ini. Karena mungkin ini akan menjadi malam terindah atau malam terburuk. Tergantung bagaimana bola takdir menggiring nasibnya nanti.

Menghembuskan nafas dalam-dalam, serta merapalkan banyak doa. Satria mulai membawa roda besinya keluar dari basement apartemennya. Berangkat satu jam sebelum waktu yang ditetapkan. Dia berharap tak mengecewakan Clara nantinya.

Sampai di halaman parkir tempat mereka membuat janji. Satria belum menemukan Clara disana. Ah, tentu saja karena dia berangkat lebih awal dari waktu yang ditentukan.

Menunggu sejenak di dalam mobil, Satria bosan juga. Akhirnya dia keluar dari kendaraannya. Memandang sekitar yang lengang, Satria melangkah masuk ke dalam supermarket. Memandang sekeliling tanpa tujuan, langkahnya terhenti di depan showcase minuman dingin. Mengambil soft drinks dan beberapa teh botol kemasan. Dia juga mengambil beberapa camilan.

Satria tenggelam dalam lamunan saat menanti barang-barang di keranjangnya dihitung kasir supermarket. Lalu memori di otaknya melemparnya pada kejadian beberapa tahun lalu. Saat dia menemani Clara berbelanja disini. Saat dia tekejut menatap camilan yang menggunung dalam keranjang perempuan itu.

"Mas, totalnya 68 ribu rupiah."

Suara pegawai supermarket itu mengagetkan Satria. Membuat apa yang dibayangkannya hilang seketika. Mengulurkan selembar uang pada pegawai itu. Satria lalu membawa belanjaannya keluar.

Satria menarik sudut bibirnya saat teringat dia berteriak seperti tarzan waktu menyatakan perasaannya pada Clara malam itu-di lapangan parkir supermarket ini. Clara sedikit mengerjainya saat itu, berkata tidak mendengar teriakannya. Membuat Satria kehilangan harap. Namun akhirnya perempuan itu menjawab ya-membuat Satria tak bisa tidur sepanjang malam. Karena dia terus tersenyum riang.

Mungkinkah Clara ingin bernostalgia sedikit dengan kisah mereka. Makanya dia meminta untuk bertemu disini. Jika iya maka---langkah kaki Satria terhenti saat tatap matanya tertumbuk pada mini cooper putih yang terparkir di samping crv abu-abu miliknya.

Satria membeku di tempat saat melihat siapa yang keluar dari mini cooper itu. Clara! Saat Clara balas menatapnya dari ujung sana. Satria tahu bahwa waktu seakan berhenti di antara mereka.

Belum seinchi pun bergerak dari tempatnya berdiri. Clara tahu bahwa saat seperti ini adalah saat yang tak bisa dia hindari dari hidupnya. Saat dia harus bertemu lagi dengan seseorang yang menghancurkan hidupnya. Saat dimana dia harus berhadapan dengan orang yang meruntuhkan kebebasan dan tawa miliknya. Seseorang yang membuatnya mengubur seluruh mimpinya. Seseorang yang menghadirkan Andhara di dunia ini.

Clara menahan nafasnya saat perasaannya tak mampu dia beri kendali. Karena sesak dan kecamuk itu terus menggerogoti hati. Padahal sedari tadi dia sudah mempersiapkan perasaannya. Bahwa dia mampu melalui ini. Serasa sedang mengikuti ujian. Hal seperti ini pun membuatnya sedikit ketakutan.

Sat, kita bakal jadi apa setelah ini?

Satria tahu bahwa dunianya terhenti saat perempuan itu berlari pergi. Frustasi dengan keadaan yang sulit. Satria tak lelah untuk mencari. Sudah seluruh dunia dia jelajahi. Namun Clara tak kunjung dia ketemui. Hingga semesta menakdirkan mereka saling bertatap saat ini. Satria tahu bahwa kesempatannya mungkin hanya satu kali.

Perlahan tapi pasti, Satria dan Clara beranjak dari posisi mereka berdiri. Perlahan mendekati satu sama lain. Seolah tanah yang mereka pijaki memiliki magnet yang saling tarik-menarik. Membuat Clara dan Satria akhirnya berdiri menatap satu sama lain. Mengikis jarak yang melapisi.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang