..
.
Pagi adalah waktu untuk memulai hari. Sebagaimana pagi adalah penentu suasana hati. Jika pagimu berjalan baik, maka siang hingga malam bisa kau lalui dengan baik pula. Setidaknya itulah yang dirasakan Satria. Karena semalam tidurnya amat nyenyak membuat tubuhnya segar.
Dan pagi Satria dimulai dari sini. Berjalan melewati lorong panjang yang sudah dia hafal ujungnya. Menatap beberapa orang berseragam perawat yang berlalu lalang.
Satria hanya mengulas senyum tipis. Dia menatap sesuatu berbentuk kotak dengan warna pink yang berada di tangannya. Tentu dia melewati lorong ini bukan tanpa tujuan. Karena benda itu menjadi tujuannya. Satria ingin mengembalikan dompet Arrain yang tempo hari jatuh di mobilnya.
Maaf saja, karena Satria baru bisa mengembalikannya hari ini. Karena weekend dia asyik menghabiskan waktu bersama teman-temannya yang berisik.
Mengernyit tajam, Satria menghentikan langkah saat melihat poli anak tampak ramai di depan mata. Menghela nafas, sepertinya dia sedikit terlambat pagi ini. Biasanya jam praktek Arrain belum dimulai—melirik jam tangan sejenak. Sepertinya dia memang sedikit terlambat.
Mendekati meja informasi, Satria bertanya pada perawat yang berjaga. "Jam praktek Dokter Arrain berapa lama lagi?"
Si perawat itu mendongak menatap jam di dinding. "Sepertinya setengah jam lagi, masnya mau—"
Satria buru-buru menggeleng. "Oh, enggak, saya nggak mau periksa." dia melirik dompet di tangannya. Haruskah dia menitipkan dompet itu pada perawat saja? Ah, sepertinya dia ingin memberikannya secara langsung. "Saya ada perlu sebentar sama dokter Arrain."
"Kalau begitu silahkan ditunggu saja, Mas."
Satria hanya mengangguk. Lalu mengambil duduk di deret paling ujung. Mengamati ruang tunggu poli yang tampak ramai. Suara celoteh anak-anak dan tangis bayi terdengar di beberapa sudut membuatnya meringis.
Mengetuk-ngetuk kakinya sejenak, Satria lagaknya cukup bosan hanya duduk-duduk saja. Memainkan dompet Arrain di tangannya tak juga meluruhkan rasa bosannya.
Melihat antrean pasien yang masih panjang, Satria memutuskan beranjak. Menyelipkan dompet Arrain di sakunya, akhirnya dia berjalan mengelilingi rumah sakit. Ah, kurang kerjaan sekali dia. Ringis Satria.
Dalam sekejap Satria menghentikan langkahnya. Tatapannya tertuju pada sesosok di depan sana. Gadis kecil berambut panjang yang tampak kebingungan. Satria mengernyit dalam terus memperhatikan gadis kecil berjaket pink dengan rok biru. Dia memegangi dadanya yang tiba-tiba berdesir menghangat. Tak tahu mengapa.
Tanpa melepaskan pandangannya, Satria berjalan cepat menghampiri gadis kecil itu. Seketika dia jadi teringat gadis manis bernama Rara yang ditemuinya di mall beberapa waktu lalu. Apakah mungkin itu—dia?
Satria tersenyum saat langkahnya semakin dekat. Senyumnya terukir cerah saat apa yang dia pikirkan benar. Satria berjongkok, menepuk pundak gadis kecil itu dengan lembut. Dia begitu gembira. Tanpa alasan yang jelas dia menjadi sangat senang bertemu gadis kecil itu lagi. Rara.
"Hei," Satria menyapa pelan.
Andhara menoleh, senyumnya mengembang lebar. "Uncle handsome~~~"
Berseru riang, tanpa sadar Andhara sudah memeluk Satria dengan erat. Satria balas memeluk gadis kecil itu. Menenggelamkan wajah pada leher Andhara yang begitu harum. Entah mengapa dia merasa sangat nyaman.
Rasanya Satria seperti tak ingin melepaskan gadis kecil ini. Lalu ingatannya jatuh pada teddy bear pink besar yang saat ini masih mendiami kamarnya di apartment. Tepat sekali karena Satria sangat ingin memberikan boneka itu untuk—si kecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Got It
RomantikSatria Evandra Arbani, laki-laki itu hanya menginginkan bertemu kembali dengan Clara Regina Anandhina, perempuan yang dipacarinya enam tahun silam. Saat mereka masih merasakan indahnya, cinta di masa putih abu-abu. Sebuah peristiwa terjadi, mengaki...