[45] Like A Family [45]

5.1K 260 5
                                    

.

.

.

Satria membelokkan crv abu-abunya ke basement salah satu pusat perbelanjaan. Satria tak bisa menahan tawanya saat Andhara berteriak girang begitu mobilnya meluncur ke bawah. Begitu mendapat spot parkir yang bagus. Satria segera membukakan pintu untuk putri kecilnya. Bermaksud membukakan pintu belakang untuk Clara. Tapi ternyata perempuan itu sudah keluar lebih dahulu.

"Papa, gendong!" Andhara merengek merentangkan kedua tangannya di hadapan Satria.

Satria tersenyum. Lalu segera membawa gadis kecil itu dalam gendongannya. Clara yang melihatnya berdecak pelan.

"Andhara, kamu udah bisa jalan sendiri ya!" ujar Clara.

Andhara nampak acuh. Memilih menenggelamkan wajahnya pada peluk hangat Satria. Satria hanya tertawa membelai punggung anaknya.

"Nggak apa-apa, Ra. Aku kuat kok gendong anak kita." Satria terkekeh lalu mengecup pucuk kepala Andhara.

Tanpa Satria ketahui. Sebaris kalimatnya tadi nyaris membuat jantung Clara berhenti berdetak. Kata 'anak kita' yang diucapkan Satria seakan memberi efek kejut luar biasa. Membuat Clara mengambil nafas dalam-dalam. Kepalanya pening tertampar kenyataan. Kenyataan bahwa dia dan Satria kini berjalan bersama-sama. Dengan Andhara di tengah-tengah mereka.

"Ih, Papa bau!" Andhara berseru saat Satria hendak mencium pipi anaknya lagi. Gadis kecil itu menjepit hidungnya menjauhi Satria.

Satria terkekeh membuat Clara ikut menoleh. "Papa kan baru selesai kerja. Jadi emang belum mandi. Beda sama Rara yang udah wangi."

Andhara terkikik. "Nanti Papa mandi aja di kamar mandi Rara. Airnya banyak lho!"

"Emang boleh?"

"Boleh dong, Pa!"

Satria dan Andhara tertawa bersama-sama. Clara menghela nafas lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Clara mengulurkan botol parfum miliknya.

"Pake! Aku anti sama orang bau!" dengusnya lalu berjalan mendahului ayah dan anak itu.

Satria terperangah lalu tertawa. Segera meminta Andhara menyemprotkan parfum itu padanya. "Sekarang Papa wangi, kayak Mama."

Satria tertawa, masih dalam mode menggendong dia menyusul Clara yang sudah sampai di depan lift. "Ra, tunggu!" Clara menoleh. Satria nyengir senang. "Sekarang aku udah wangi. Kamu nggak anti kan, sama aku?"

Clara menghela malas. "Aku anti sama orang yang belum mandi!"

Setelah berkata seperti itu Clara berjalan cepat dan menjauhi Satria. Satria menghela meski senyum tetap terpatri di wajahnya.

Clara segera meraih troli begitu memasuki supermarket. Melihat-lihat sejenak. Lalu mengambil barang-barang yang diperlukannya. Sesekali dia juga melirk ke belakang. Seolah ingin memastikan jika Satria dan Andhara masih di belakangnya.

"Rara, mau beli apa?" tanya Satria mengingat anaknya itu yang meminta pergi ke supermarket.

"Ehm," Andhara menatap sekeliling. "Coklat!"

"Coklat?" Satria menyipit. Andhara mengangguk. "Emang Rara suka makan coklat?" Andhara mengangguk lagi. "Tapi Rara nggak boleh makan coklat banyak-banyak ya! Nanti giginya-"

"Bolong!" Andhara berseru.

Satria segera mengelus kepalanya. "Pinter anak Papa!" Dia sapukan pandangan sekeliling, Sedikit terkejut saat Clara sudah menghilang dari jangkauannya. "Loh, Mama mana, Ra?"

Andhara ikut menatap sekeliling. Lalu menggeleng. "Nggak tahu, Pa."

Satria menatap anaknya. "Rara, turun ya! Kita cari Mama!"

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang