[71] Kissing Her Forehead [71]

4.9K 295 25
                                    

.

.

.

Satria tak tahu harus membawa Andhara kemana. Dia tak mungkin memulangkan Andhara ke rumah Clara. Satria tak tahu bagaimana cara menjelaskan situasi ini pada kedua orang tua Clara. Sebenarnya bisa saja Satria membawa Andhara ke rumahnya. Kedua orang tuanya pasti akan senang bertemu cucu mereka kembali. Tapi jarak antara rumahnya dan butik Clara terlalu jauh, membuatnya menghela nafas panjang. Dia malas.

Tak ada jalan lain, Satria akhirnya membawa Andhara ke apartemennya yang lebih dekat. Sebelum ke apartemen, mereka jalan-jalan sebentar ke mall. Satria membelikan beberapa potong baju untuk anaknya berganti sehabis mandi. Mengingat hari juga sudah sore. Tak lupa dia juga membelikan peralatan mandi baru anaknya untuk diletakkan di apartemennya.

"Papa kita mau kemana? Kok masuk kesini?" Andhara menatap bengong setengah takjub saat Satria menggandengnya masuk ke dalam gedung apartemen

"Kita ke rumah Papa, sayang."

"Rumah Papa?" Satria mengangguk. "Tapi rumah Papa bukannya di tempat Eyang Oma ya, Pa?"

Satria meringis. Bagaimana cara menjelaskannya ya? "Kalo disana kan, rumah Eyang Oma. Kalo disini rumah Papa."

Andhara memiringkan kepala. "Tapi rumahnya dimana, Pa? Dari tadi Rara kok nggak lihat?"

Satria hanya terkekeh. Dia lalu menggandeng anaknya masuk ke dalam lift. Andhara yang ketakutan saat lift merangkak naik meminta gendong. Lalu sampai lah mereka di depan unit Satria. Dia menurunkan Andhara yang berlarian kagum.

"Rumah Papa bagus, Rara suka!"

Satria terkekeh, meletakkan kunci mobil, dompet dan ponselnya. Masuk ke kamar sejenak, Satria mengganti outfit kantornya dengan kaos dan celana pendek. Setelahnya dia keluar kamar dan menemukan Andhara sudah menyalakan televisi.

"Rara, mandi yuk!" Satria mendekati anaknya dan membelai rambutnya yang panjang. "Udah sore lho!" tangannya meraih papper bag membongkar beberapa potong baju yang dibelikannya untuk sang anak. Sepasang piyama, setelan dan pakaian dalam.

"Mandinya dimana, Pa?"

"Ya di kamar mandi dong, Ra. Masa di dapur."

Andhara langsung berlarian masuk ke dalam kamar mandi. Berkata sudah bisa mandi sendiri. Satria hanya membantu menyalakan kran dan membiarkan anaknya mandi sendiri.

Tak lama kemudian giliran Satria yang mandi. Memeriksa pintu depan terkunci. Dia biarkan saja Andhara menonton tv di ruang tengah.

Satria mendesah lega saat keluar dari kamar dia menemukan Andhara masih anteng di depan televisi. Terlalu asyik menonton kartun di channel disney. Satria langsung mendudukkan diri di samping anaknya itu. Andhara tersenyum mendapati ayahnya duduk di samping.

Selama beberapa saat ayah dan anak itu larut dalam tayangan kartun di hadapan mereka. Hingga Andhara tahu-tahu memanyunkan bibir. Ditarik-tariknya kaos Satria.

"Kenapa Ra, hmm?" Satria mengecup kepala Andhara penuh sayang.

"Rara laper, Pah." gadis kecil itu mengerucutkan bibir lucu.

Satria hanya terkekeh. "Rara laper lagi ya?"

Andhara menganggukkan kepala. Sementara Satria malah kebingungan. Masalahnya dia tadi lupa membeli makanan. Malah sibuk membeli baju dan peralatan mandi untuk Andhara.

Segera saja Satria beranjak mengecek kulkas. Siapa tahu ada camilan atau makanan kecil. Tapi yang ditemukannya malah roti yang nyaris berjamur. Ada juga beberapa sayuran segar yang dibawakan Sonia beberapa hari lalu. Satria segera membuang rotinya. Dan membuka lemari lainnya. Laki-laki itu hanya menemukan bahan-bahan standar berupa telur, mie instan, sossis.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang