[10] She Has A Request [10]

6.9K 339 64
                                    

.

.

.

Malam hari suasana ruang tengah rumah Clara tampak tenang dan damai. Aldan dan Intan sedari tadi fokus menyaksikan siaran berita malam di televisi. Dan Clara tidak tahu apa yang menarik dari tayangan itu hingga kedua orang tuanya larut dalam pembicaraan orang-orang di layar kaca itu.

Clara melirik sekilas lalu kembali fokus pada majalah fashion yang berada di pangkuannya. Sedangkan Andhara, tampak duduk di lantai asyik dengan rumah-rumahan besar dengan banyak boneka di dalamnya. Gadis cilik itu sudah larut dalam permainannya dengan para boneka.

Namun tak ada yang memperhatikan jika fokus Andhara teralih saat Intan memindahkan chanel televisi yang berganti menayangkan sinetron. Sayangnya sinetron itu menampilkan adegan seorang gadis kecil yang diantar pergi ke sekolah oleh ibunya. Andhara tak bisa menyembunyikan raut bahagianya saat melihat adegan itu di televisi. Matanya berbinar-binar, sorotnya menunjukkan rasa kagum.

"Mama tadi kayak dengar ada suara Lando di luar. Tapi kok dia nggak jadi mampir?" Intan bertanya dan menoleh pada putrinya.

Clara mendongak menatap wajah mamanya. "Sebenarnya tadi dia niat mampir, Ma. Tapi mendadak ada urgent call dari RS."

Intan hanya mengangguk paham dan kembali pada siaran televisi. Membiarkan Clara juga kembali membuka-buka majalah di tangannya. Untuk sesaat ruang keluarga itu kembali hening karena orang-orang disana kembali larut dalam kegiatannya semula. Hingga Andhara tiba-tiba berlari ke arah Intan dan Aldan meninggalkan boneka yang masih berserakan.

"Oma, oma!" Andhara berseru menghadap Intan. Intan dan Aldan segera mengalihkan pandangan mereka pada sang cucu.

"Kenapa sayang?" Intan merengkuh tubuh mungil itu dan meletakkannya di pangkuan.

Andhara menatap wajah Intan dengan hati-hati. Gadis kecil itu ingin mengatakan sesuatu namun tampak ragu mengutarakannya. Hingga sikap menggemaskan Andhara itu cukup membuat Clara mendongakkan kepala. Namun detik kemudian Clara memilih mengabaikannya.

"Rara kalau ingin sesuatu ngomong aja, nanti Oma belikan. Iya kan, Opa?" Intan menoleh kepada Aldan. Dan suaminya itu segera mengangguki.

"Ehm, bener, Oma mau nurutin maunya Rara?" Gadis kecil itu mengedip polos. Membuat Intan tak tahan untuk tidak mengecup pipinya yang gembil. Mirip seperti Clara saat kecil.

"Rara, pengin sekolah Oma. Rara pengin sekolah kayak anak-anak di tv tadi." Andhara mengerucutkan bibir dan menunduk sedih.

Suasana di ruang tamu itu seketika hening. Intan tampak kebingungan setelah mendengar permintaan sang cucu. Lalu yang dia lakukan malah saling berpandangan dengan suaminya. Sungguh permintaan Andhara ini jauh dari perkiraannya.

Clara tiba-tiba menghentikan gerakannya membuka lembar majalah. Pandangannya kini terpusat pada makhluk kecil yang berada dalam dekapan mamanya. Sorot matanya mendadak berubah kosong. Namun dia tahu ada emosi yang akan meluap disana. Emosi yang terakumulasi dari getar masa lalu.

"Boleh ya, Oma? Rara pengin sekolah," Andhara mengatakannya dengan sorot polos dan bibir terkatup imut. Sorot matanya sedikit takut menatap Intan dan Aldan. Belum juga Intan atau Aldan memberi jawaban sebuah seruan lebih dulu terdengar.

"Nggak boleh!" Suara Clara terdengar menakutkan. Dan kini perempuan itu  bangkit berdiri, lalu menatap Andhara dengan sorot tajam. "Kamu nggak boleh sekolah! Ngapain kamu sekolah?! Hah?! Udah yakin bakal jadi anak pinter?!"

Andhara mengerjap bingung menatap Clara. Gadis cilik itu tidak mengerti mengapa Clara tiba-tiba menjadi marah. Ditambah lagi tatapan tajam yang diberikan membuat kedua manik mata bocah itu langsung berkaca-kaca. Dan sudah dipastikan titik-titik bening mulai keluar dari sana.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang