[28] Suddenly Happened [28]

4.7K 289 15
                                    

.

.

.

Satu jam kemudian Satria akhirnya membelokkan mobilnya ke komplek perumahan yang dimaksudkan Arroyan. Tapi sekarang dia malah tidak tahu harus berbuat apa. Tentu saja, karena komplek ini memiliki banyak rumah. Lalu bagaimana caranya agar dia menemukan rumah Clara. Tanpa sadar dia memukul setirnya. Sementara pandangannya masih fokus menatap satu per satu rumah yang dilewatinya.

Satria hampir menyerah saat pandangan matanya tak sengaja tertuju pada rumah bertingkat di depannya. Bukan. Bukan bentuk bangunan atau catnya yang mencuri perhatian Satria. Tapi seorang anak kecil yang berada di teras rumah itu. Satria tanpa sadar mendekatkan mobilnya ke rumah itu.

Rara....

Masih terus menatap gadis kecil di dalam teras rumah itu, Satria turun dari mobilnya. Mengernyit dalam, dia mengamati sejenak rumah itu. Pintu gerbang berterali hitam dan tembok yang putih bersih. Perlahan langkahnya mendekati rumah itu. Lalu tanpa sadar mulutnya bersuara.

"Rara!"

Andhara yang sedang bermain di teras menoleh saat ada yang memanggil namanya. Bola mata gadis kecil itu membulat saat melihat siapa sosok menjulang yang berdiri di luar pagar. Sontak saja gadis kecil itu segera berlari menghampiri.

"Uncle handsome!" Andhara memekik, kedua tangannya memegang terali besi. "Uncle kenapa ada disini? Uncle mau main ke rumah Rara ya?"

Satria tersenyum menatap Andhara yang terlihat manis memakai bando berpita. Rasanya sudah begitu lama tidak melihat si kecil ini membuatnya tiba-tiba rindu. Rindu untuk alasan apa dia tak tahu.

Satria berjongkok, menyamakan dirinya dengan Andhara. "Ini rumah kamu?" tanyanya.

Andhara mengangguk ceria. "Uncle mau main kesini?"

Satria menggeleng samar. Takut jika gelengannya dapat melukai hati Andhara. "Uncle lagi cari rumah—temen laman uncle. Namanya—"

"Kamu lagi ngomong sama siapa di luar?!"

Suara tegas seseorang itu membuat Satria dan Andhara menoleh. Andhara berlarian menghampiri sosok itu. Sementara Satria diam dengan hati remuk redam.

"Mama~~~" Andhara berlarian menghampiri Clara disana.

"Clara."

Nama itu terucap pelan di bibir Satria. Laki-laki itu diam mematung masih sulit mengontrol diri saat melihat siapa perempuan yang berdiri di muka rumah itu. Clara. Yang membuat matanya tiba-tiba berkaca.

"Mama, ayo Ma, Rara kenalin sama Uncle handsome," Andhara terus menarik Clara mendekat.

Clara merasa jantungnya berhenti berdetak saat melihat siapa sosok yang berdiri di luar pagar itu. Degup jantungnya tiba-tiba berpacu cepat. Enggak! Enggak mungkin! Enggak mungkin dia ada disini! Bukankah, bukankah dia sudah pergi sejauh mungkin. Tidak mungkin! Tidak mungkin mereka bisa bertemu kembali.

"Ma," Andhara menarik dress yang dikenakan Clara. "Mama kenapa?"

Clara menoleh cepat. Menatap tegas pada Andhara. "Masuk!"

Andhara menggeleng. "Tapi Ma, Rara mau main sama uncle—"

"Masuk! Masuk sekarang Andhara!"

Kedua mata Andhara sudah berkaca. Dia tetap tidak ingin melakukan yang diperintah mamanya.

"Beresin mainan kamu! Terus masuk ke dalam!" suara Clara membentak.

Andhara yang ketakutan segera berlarian tak lupa membawa boneka-bonekanya.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang