[63] Got Her Permission [63]

4.5K 248 35
                                    

.

.

.

Satria membelokkan crv-nya ke komplek perumahan yang sudah dihafalnya. Kedua matanya mengamati jalanan yang lengang di akhir pekan ini. Melirik jam tangannya. Satria menemukan waktu masih pukul depalan pagi. Dan dia sudah begitu bersemangat.

Sudah lebih dari satu bulan kecelakaan itu berlalu. Satria sendiri sudah pulang dari rumah sakit lebih dari dua minggu yang lalu. Selama itu pula dia belum memberanikan diri muncul di kantor. Hanya memerintah Hirla untuk mengirimkan pekerjaan melalui email. Selama itu pula teman-temannya datang silih berganti menemani. Menginap dan mengobrol hingga pagi. Dan mulai beberapa hari yang lalu dia sudah beraktifitas seperti biasa.

Satria menepikan mobilnya di depan rumah Clara yang nampak sepi seperti biasa. Melirik sejenak, dia diam-diam mengambil nafas lega saat tak melihat mobil asing terparkir disana.

Satria segera turun setelah crv-nya terparkir rapi. Dia mengetuk pintu rumah perlahan. Seharusnya dia mengabari Clara dulu jika ingin mengenalkan Andhara kepada orang tuanya hari ini. Tapi entah mengapa dia belum melakukannya. Satria harap Clara mengizinkannya membawa Andhara ke rumah orang tuanya.

Satria mengetuk pintu sekali lagi saat belum ada seseorang yang datang membuka pintu dari dalam. Dia baru akan mengetuk pintu kembali saat suara kunci diputar terdengar dari dalam.

Lalu muncullah Clara dengan dress rumahan yang manis berwarna kuning. Seketika membuat Satria ikut tersenyum manis.

Clara sedikit terkejut saat Satria muncul di hadapannya. Tampil begitu tampan dengan kemeja lengan pendek berwarna navy dan celana panjang chino. Laki-laki itu juga sudah terlihat segar dibanding saat dia masih terbaring sakit kemarin.

Clara juga tak bisa menampik bahwa dirinya diam-diam bersyukur melihat Satria sudah sehat kembali seperti sedia kala. Perempuan itu juga tak bisa menahan untuk tak menarik sudut bibirnya melihat kedatangan Satria pagi ini di hadapannya.

"Mau ketemu Rara?" Clara bertanya langsung.

Satria hanya mengangguk dengan senyum manisnya. Dia kemudian mengikuti langkah Clara masuk ke dalam rumah.

"Oh, iya Ra-"

Suara Satria menghentikan langkah Clara yang baru mencapai ruang tamu. Perempuan itu lalu membalikkan tubuh menatap Satria. Raut wajah Clara sudah cukup menanyakan apa yang ingin Satria sampaikan.

"Ehm," Bola mata Satria berputar gugup. Rasanya menjadi ragu saat ingin mengutarakan maksudnya.

"Kenapa, Sat?"

Satria akhirnya menatap Clara. "Aku berencana ngajak Rara ke rumah hari ini. Menurut kamu gimana?"

Clara kembali terkejut. Namun hal itu tak berlangsung lama mengingat Satria sudah membicarakannya saat di rumah sakit waktu itu. Tak ada alasan untuk Clara merasa terkejut. Dia hanya tak mengira Satria akan melakukannya secepat ini.

Clara hanya mengangguk. "Kalau Rara mau, nggak masalah."

Satria ikut mengangguk. "Aku juga nggak akan maksa Rara kok. Sekalian aku juga mau minta izin sama orang tua kamu."

Clara menghela nafas kembali berbalik dan melangkah menuju meja makan. Rupanya Rara dan Oma-Opanya sedang sarapan disana.

"Papa!"

Andhara seketika melompat dari kursi saat melihat siapa sosok yang datang. Gadis kecil itu berlarian memeluk Satria. Bersorak gembira dapat melihat papanya kembali.

"Papa kemana aja?! Rara kangen Papa!" Andhara merengek mendekap kaki Satria.

Satria tersenyum ke arah anaknya. Dengan cekatan mengangkat Andhara dalam gendongannya. Membuat Satria leluasa menciumi pipi anaknya dengan gemas.

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang