[50] Got The Bitter Truth [50]

4K 218 11
                                    

.

.

.

Malam yang lengang menjadi pemandangan ibukota yang menyenangkan di penghujung hari yang melelahkan. Bersamaan dengan itu Satria terus tersenyum sembari mengemudikan crv kesayangannya seperti biasa.

Ah, betapa menyenangkannya hari saat Satria memiliki Andhara dalam hidupnya. Karena mengurung diri seharian di ruang kerjanya pun tak terasa. Karena setiap dia lelah, dia pasti akan melakukan panggilan video pada anaknya. Menatap wajah cantik Andhara membuat lelahnya dalam sekejap menghilang.

Satria selalu berharap agar saat menelpon Andhara, Clara juga ada disana menemani. Namun sayang, setiap Clara ada di butik. Satria harus puas hanya dengan melihat anaknya saja. Alih-alih bertemu dengan ibu dari anaknya.

"Lo kenapa senyam-senyum gitu dari tadi?"

Suara di samping membuat lengkungan di bibir Satria luntur. Dia menoleh mendapati Darga tengah menatap aneh ke arahnya. Ah, Satria lupa jika ada Darga di sampingnya. Tapi untungnya dia tak lupa bahwa mereka akan ke apartemen Marlo malam ini.

"Nggak apa-apa." Satria menjawab kalem. "Eh, itu pajero lo nggak apa-apa lo tinggal di apartemen Nena?"

Darga mendesah menatap jendela. "Nggak apa-apa, bisa gue ambil besok."

Satria hanya tertawa. "Lo makin hari, makin lengket ya ama Nena." ejeknya.

Darga berdecak malas. "Kenapa sih lo harus bahas dia?! Udah seharian tadi dia nyanyi-nyanyi nggak jelas bikin kepala gue pusing!"

Satria kembali tertawa. "Udah gue bilang, lo berdua itu cocok!"

"Lo juga kan, cocok sama Arrain?" balas Darga.

Satria menatap datar Darga. "Apaan sih, orang cuma temen juga."

"Lah, gue sama si Bebek juga cuman—" Darga tak bisa membalas.

"Cuman apa, Dar? Cinta, haha!" Satria kembali tertawa.

"Sialan!" Darga mendengus.

Tak lama kemudian mereka sampai juga di apartemen Marlo. Darga tampak memainkan ponselnya. "Oyan sama Arbin udah sampe katanya."

Sampai di depan unit 127, Satria mengetuk pintu pelan. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh Marlo sendiri. Laki-laki itu tersenyum kecut melihat Satria. Rasanya menjadi tak tega menceritakan pertemuannya dengan Clara siang tadi.

Begitu masuk ke dalam, Arroyan dan Arbin sudah sampai disana. Sedang asyik menyemil dan menonton televisi di atas karpet. Menyapa sejenak, Satria sudah bergabung disana ikut merampas sumpia udang dari dalam toples. Berbeda dengan Darga yang langsung numpang mandi.

"Eh, gue udah beli pizza, chicken sama martabak. Mau gue angetin dulu. Entar baru kita makan."

Marlo sibuk sendiri di dalam dapur menyiapkan makanan untuk para sahabatnya.

"Dih, tumben lo baek?" Satria nyengir ke arah Marlo.

"Lagi seneng dia, berhasil jalan sama Mbak Irina," Arbin melengos.

Marlo tertawa dari arah dapur. "Iri Cel? Bilang boss!"

Bersamaan dengan itu, Darga sudah selesai mandi dan bergabung di karpet bersana teman-temannya. "Eh, foto siapa tuh?" tunjuknya pada layar ponsel Arbin.

Arbin mengulurkan ponselnya pada Darga. "Fotonya noh si Marimar, sama itu tuh Mbak Irina."

"Katanya saudaranya Clara bener emang?" tanya Arroyan.

"Gue belum pernah lihat tapi." Satria menyahut.

"Cantik juga," Darga memuji sekilas.

"Irina bener saudaranya Clara, sepupu jauh gitu." Marlo datang-datang menyahut. Membagikan sebakul nasi dan chicken pada teman-temannya. "Dan gue nggak cuman ketemu Irina tadi siang. Tapi juga ketemu sama Clara."

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang