[] E P I L O G []

10K 354 10
                                    

.

.

.

Cukup lama Clara menikmati pemandangan hijau di depannya. Hingga seseorang datang memeluknya dari belakang. Clara hanya tersenyum. Tahu sekali siapa pemilik tangan berotot ini. Clara seketika menyandarkan kepalanya ke dada Satria.

"Kayaknya kamu nggak salah pilih tempat liburan deh, Hon. Disini enak banget." Clara mendongak menatap wajah suaminya.

Satria tersenyum mengecup kepala istrinya. "Seger kan, Yang, disini. Nggak akan bikin kamu mual-mual lagi."

Clara mengangguk-angguk. "Lama banget kamu di bawah. Ngobrol apa aja tadi sama, siapa--namanya Hon? Yang jaga villa?"

"Mang Harun." Clara mengangguk. "Yah cerita-cerita banyak lah. Katanya villa ini habis direnovasi, terus ada beberapa ruangan yang bocor juga. Aku juga pesen sama istrinya Mang Harun jangan masakin kamu ikan yang amis-amis. Jadinya aku malah cerita kalau anakku udah mau dua."

Clara mendengus geli. "Eh, anak kamu dimana?"

"Main ayunan sama Zahra di belakang." jawabnya membalikkan tubuh Clara membuatnya dapat memandang wajah cantik istrinya itu. "Nanti, Rara bobok sama Zahra aja ya! Jangan dibolehin kalau dia mau bobok sama kita."

Clara kembali mendengus geli. "Itu sih maunya kamu! Kasihan Zahra cuman dijadiin babysitter."

Satria hanya tertawa. "Nggak apa-apa Yang, biar dia ada kerjaan."

"Dasar!"

Satria hanya tersenyum. Terus memandangi wajah Clara tanpa bosan. "Aku nggak tahu, gimana kelanjutan hidupku, seandainya kita nggak pernah ketemu lagi."

Clara tersenyum simpul. "Apa hidup kamu bakal lebih buruk dari yang sebelumnya?"

Satria mengedik. "Bisa aja." jawabnya tanpa mengalihkan tatapan dari istrinya. "Clara Regina Anandhina."

"Apa?" Clara memiringkan wajah imut. "Kamu mau ngelamar aku lagi?"

"No." Satria menggeleng. "I just wanna say, i love you."

Clara tersenyum dengan rona merah di kedua pipinya. Dia memeluk Satria sangat erat. "I love you too, Honey!"

Satria tersenyum lalu mencium bibir istrinya lembut. Clara dengan cepat membalas ciuman suaminya.

***

Pemandangan hamparan kebun teh selalu menjadi hal indah yang sayang untuk dilewatkan. Bahkan saat matahari sudah dalam perjalanan kembali ke peraduan. Pemandangan ciptaan Tuhan itu masih tetap menawan siapa saja.

Clara dan Satria saling melempar senyum saat berderet ibu-ibu pemetik daun teh baru turun dari kebun menyapa mereka. Tanpa melepaskan gandengan tangan, Satria menjawab mereka ingin jalan-jalan sebentar saat ditanya hendak pergi ke mana oleh salah seorang ibu-ibu itu.

Satria mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi seperti anak kecil yang sedang bergandengan tangan dengan kawanya. Membuat Clara mengernyit dengan tingkah norak suaminya itu.

"Capek nggak, Yang? Kita istirahat dulu kalo kamu capek." Satria tersenyum.

Clara tersenyum menatap sekeliling. Matanya memindai mencari tempat peristirahatan. "Emang mau istirahat dimana, Hon?" tanyanya pada Satria.

"Itu disana!" Satria menunjuk bebatuan besar yang ada di tengah-tengah perkebunan luas itu. "Duduk-duduk disana, sambil lihat sunset." senyumnya manis. "Kamu belum pernah lihat sunset di kebun teh kan, Yang?"

You Got ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang