#57.

732 60 8
                                    

-57-






.........
Sekitar dua ribu tahun yang lalu tiga jiwa suci diciptakan dalam waktu yang sama. Yang pertama diciptakan dalam Amora sebagai sosok yang akan membersihkan dunia, dia adalah satu-satunya manusia. Yang kedua adalah Leraen, dia tercipta sebagai pembantu dan penjaga yang ditakdirkan dan yang terakhir adalah Dragen.

Di Tahun pertama setelah di ciptakan mereka dilatih bersama sebelum akhirnya terjadi kekacauan dan ketiganya terpisah.

Amora jatuh dan terlahir sebagai manusia, ingatannya saat jiwa mereka di ciptakan rusak karena jiwanya juga rusak bahkan hampir hancur, sedangkan Dragen terlempar dan berubah menjadi pangeran naga suci, lalu Leraen juga jatuh dan menjadi penguasa daratan dengan wujud singa putih dengan lambang suci di dahinya.

Mereka menjalani hidup masing-masing tapi sadar jika ada sesuatu yang salah, mereka merasa seakan-akan ada sesuatu yang sangat penting yang sudah hilang dari mereka, hingga takdir kembali mempertemukan ketiganya.

Sayangnya masa hidup Amora sangat singkat, dia tidak pernah hidup lebih dari 20 tahun, dan akan menghabiskan waktu ratusan tahun untuk terlahir kembali.

Selama periode itu Dragen juga Leraen pun tetap setia menunggu dan mencari keberadaan Amora yang terlahir kembali.

Puncaknya adalah kehidupan ketiganya ini, Dragen dan Leraen menunggu dalam waktu yang lama hingga tertidur dan kekuatan juga ingatan mereka separuhnya tersegel.

Ketiganya bisa dibilang bersaudara, walaupun diikat kontrak, hati mereka tidak bisa bohong.

Amora juga tidak pernah memperlakukan keduanya layaknya pembantu ataupun bawahan, dia menghormati mereka selayaknya dia menghormati dirinya sendiri.

Jika Leraen ataupun Amora berada di posisi Dragen saat mengetahui dua temannya dalam bahaya besar jatuh dalam kegelapan, Dragen yakin keduanya juga akan memilih pilihan yang sama sepertinya.

......

Di luar kastil jiwa, Dragen berdiri tegak menatap danau yang mengelilingi kastil itu. Di sana terlihat indah dan familiar. Dia menyukai angin yang bertiup pelan membuat sedikit dari rambutnya bergoyang.

'kemanapun kalian pergi, ada di belahan bumi bagian manapun, dalam jurang tergelap sekalipun, kesana lah aku melangkah.' tekat itu tertulis jelas dihatinya.

"Maafkan aku." Kata-kata lirih itu terdengar dari belakangnya membuat Dragen menoleh sekilas untuk melihat si pemilik suara.

Di belakang Leraen berdiri tegak menatapnya dengan sorot mata berbeda.

Dragen tidak langsung menjawab, dia tidak marah hanya sedikit kecewa. Bagaimana bisa Leraen memintanya pergi untuk dirinya sendiri dan meninggalkan keduanya. "Dragen..?"

"Kita tercipta di waktu yang sama, jiwa kita terbuat dari esensi jiwa yang sama, kita memiliki takdir yang sama. Seburuk apapun kalian kedapatan nya, segelap apapun jalannya, aku akan tetap di sana. Aku akan mengikuti dari belakang seperti biasanya. Seberubah apapun kamu nanti, kamu dan dia tetaplah saudaraku, kalian bagian dari diriku yang lain. Jangan pernah memaksaku untuk pergi atau mengangkat pedang menantang mu. Karena tidak akan ada seorang pun yang bisa merubah pikiranku." Suara Dragen terdengar dingin, kata demi kata di ucapkan dengan pelan. Ini tidak seperti Dragen yang biasanya, jelas dia tengah benar-benar serius.

Leraen tidak memiliki niat lain, dia hanya tidak mau Dragen berujung terluka karenanya ataupun Amora, dia juga khawatir membawa bahaya yang buruk karena dia dan Amora berbeda dengan orang lain, menelisik silsilah terciptanya mereka, benar-benar mustahil memiliki kekuatan seperti ini dalam jiwa mereka, ini sama saja jika jiwa mereka sudah terkontaminasi.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang