#49.

975 72 1
                                    

-49-






.........
Setelah keadaannya stabil, Amora menghabiskan sepanjang hari untuk berkultivasi. Setelah merasa cukup, Amora bergegas kembali ke camp sihir.

Kedatangannya membuat orang-orang di sana bernafas lega, terlihat jelas wajah tersenyum itu.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Amora pada Rayle yang masih terlihat pucat itu.

"Sudah lebih baik. Ini tidak masalah." Jawab Rayle yang masih berbaring di tempatnya. Yah tadi Amora yang memaksa pria itu untuk terus berbaring.

"Bagiamana kalian berdua bisa bertemu dengan mereka. Bukankah aku sudah mengingatkan untuk tidak pergi terlalu jauh apalagi tertangkap."

"Itu, kami hanya ingin melihat sampai mana kerusakan itu. Kami tidak sadar jika ada mereka di depan, saat tahu, semua sudah terlambat. Daripada kembali dan membimbing mereka ke persembunyian, lebih baik menghadapi.

Semua baik-baik saja di awal. Aku dan Gejal bisa melawan mereka walaupun kesusahan, tapi setelah terluka, kami mulai kehilangan kendali atas kekuatan kami. Aku ragu meninggalkan Gejal, tapi dia, kami perlu bantuan."

"Bukankah ada Rune pemanggilan?. Kalian bisa menggunakan itu kalau perlu bantuan." Tanya Amora. Setiap anggota camp di bekali banyak pil dan cairan obat, ada Rune pemanggilan juga.

Rune pemanggil di ukir sendiri oleh Amora, terbuat dari batu giok murni dengan aura spiritual alami. Benda itu selain berperan sebagai Rune pemanggil, juga berperan sebagai token identitas. Sekaligus ruang penyimpanan.

Giok itu di buat menjadi kalungan agar mudah di bawa. Jadi semua anggotanya memiliki benda serupa. Kapasitas penyimpanan dalam ruang giok itu setara dengan dua cincin angkasa jadi itu jauh lebih efektif.

"Tidak bisa mengakses" jujur Rayle pelan. Keduanya sudah mencoba Rune pemanggil untuk meminta bantuan dan memberitahu keadaan mereka, tapi tidak ada tanggapan, padahal sebelum-sebelumnya benda itu efektif.

"Tidak bisa mengakses?. Aku yakin aku membuatnya sebagai sihir tanpa batas. Kalian bisa menggunakannya sebanyak apapun. Jadi apa yang membuatnya tidak bisa mengakses." Gumam Amora bingung.

"Coba berikan Rune pemanggil mu, aku akan memeriksanya." Pinta Amora.

Rayle tidak menunggu lama, dia melepaskan giok berwarna putih dengan tali hitam ke tangan Amora.

Dengan wajah serius, Amora menatap batu giok itu. Mengirim sedikit energi spiritual nya, Amora terus memperhatikan, sampai akhirnya mata cantik itu menyipit. "energi Kematian-" ujarnya saat matanya menangkap gelombang gelap samar-samar melilit menguasai pola sihir diatas giok.

'bagaimana energi kematian bisa mempengaruhi giok itu. Giok sihir suci bukan hal yang mudah di jamah hal-hal berbau kematian.' suara Dragen yang terdengar bingung juga terdengar dari dalam ruang jiwa.

Kening Amora berkerut, matanya menyipit. Dia menambah lebih banyak energi suci untuk membersihkan energi kematian itu. 'hei Dragen apa menurutmu giok suci ini rusak?' tanya Amora.

'tidak. Seharusnya tidak.' jawab Rayle yakin.

'itu mungkin terjadi karena lawan berada di tingkat yang lebih tinggi.' gumam Leraen agak ragu-ragu.

'hah jadi apa yang harus di lakukan?'

'kembangkan' saran Leraen.

'kembangkan, ah kau benar, giok ini walaupun giok suci, ini masih kelas rendah.' Amora mengembalikan giok itu kepada Rayle setelah membersihkan nya dari kekuatan kegelapan.

"Itu baik-baik saja sekarang. Berlatih lah lebih keras selanjutnya, aku akan meningkatkan kekuatan giok itu. Mungkin aku harus menambah beberapa kegunaan juga." Ujar Amora.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang