#83.

258 23 0
                                    

-83-






Sakte Naga.

Suasana dingin menyelimuti ruang aula para guru, dimana Suyan, Suyen, Tian, Faui juga Fuan duduk mengelilingi sebuah meja.

"jadi apa dia tidak menerima kita?" Tanya Faui sambil melipat kedua tangannya diatas meja.

Fuan menggeleng dan menjawab "Dia tidak bilang tidak menerima kita. Dia meminta kita untuk berpikir lagi. Dia juga berbicara tentang sumpah kontrak juga bahaya yang akan kita hadapi kalau kita bergabung."

Tian menangguk, dia mengetuk pelan jari telunjuk nya keatas meja hingga menimbulkan suara berirama "Aku pikir ini cara yang mulia untuk menunjukkan secara kasar apa yang kita lalui nanti. Ini bisa di bilang tulus, karena dia tidak langsung menerima kita dan membawa kita kedalam jalan gelap yang berbahaya, dan malah menyuruh kita berpikir dua kali. Dia masih memberi kita kesempatan untuk kembali, dan ini juga caranya mendeteksi keseriusan kita–"

"—Tapi Aku pribadi tidak masalah mengambil sumpah kontrak karena aku tahu hatiku bersamanya dan tidak akan menyimpang. Sejak awal aku sudah ingin melakukan ini. Lagipula sebagai orang besar, dia harus memikirkan semuanya dengan benar.

Mengambil sumpah kontrak kesetiaan benar-benar cara untuk mengurangi kemungkinan masalah yang tidak perlu. Tidak ada yang tahu hati siapa yang akan menyimpang, dan menciptakan masalah. Dia sudah memikirkan semuanya dengan baik.

Lagipula tidak ada yang mau membesarkan serigala bermata putih, dan membawa beban yang tidak perlu, yang hanya tahu cara mengacau tanpa tahu balas Budi dan kesetiaan.

Kalau kalian tidak mau bergabung aku tidak masalah, tapi maaf kalian mungkin akan menganggap ku sebagai penghianat karena aku tetap memilih maju.

Tidak ada yang mudah apalagi gratis di dunia ini, semua memiliki resiko dan harga. Aku menginginkan kebangkitan dan jalan, maka mengorbankan kesetiaan dan hidup bukanlah hal buruk untuk sebuah cahaya walaupun itu belum pasti bisa ku genggam. Setidaknya aku akan berjalan untuk mencari diri ku sendiri." Tian sudah memikirkan semuanya, tiga tahun sudah lebih dari cukup.

Dia sudah menimbang segala kemungkinan dari yang terbaik hingga terburuk, tapi dia tidak memiliki masalah sekalipun dia gagal, setidaknya dia sudah mencoba.

Berusaha menjadi guru yang baik dan mempertahankan sakte sudah membuatnya belajar banyak hal, tapi dia tetap merasa ada yang kosong dari dirinya. Dia ingin berlari dan mencoba hal lain untuk menemukan dirinya sendiri, tapi dia terikat dengan Sakte, dia juga tidak tahu harus kemana. Tapi setelah kebangkitan Amora hari itu, dia merasa ada getaran yang membawanya maju, jadi dia berpikir untuk menyerah pada sakte dan mengejar jalan lain selagi ada kesempatan.

Dia tidak bermaksud untuk menghianati janjinya pada Sakte, tapi setelah bertahun-tahun, dia rasa dia sudah melakukan banyak hal untuk Sakte. Kini dia merasa, sudah saatnya dia mengambil jalan lain untuk hidupnya sendiri, bukan semata-mata atas nama Sakte.

Fuan cukup terkejut dengan apa yang Tian katakan. Dia memang berbicara dengan ringan tapi Fuan jelas tahu kalau Tian serius dengan kata-katanya.

Fuan menatap si kembar juga Faui secara bergantian, tampaknya orang-orang diam memikirkan jalan mana yang akan mereka ambil.

"Aku akan tetap bergabung." Ujar Suyen yakin, lalu menatap saudara kembarnya.

Suyan mengedipkan matanya dan tersenyum kecil "aku pergi kemanapun saudaraku pergi." Jawabnya yakin. Lagipula, Suyen punya pikiran yang lebih panjang diantara mereka berdua, jika Suyen sudah memutuskan, Suyan rasa dia tidak memiliki masalah. Dia akan tetap ikut apapun pilihan yang diambil Suyen, lagipula ini bukanlah hal yang buruk.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang