#44.

1.2K 93 1
                                    

-44-













.........
Disini Amora berada, sosoknya berdiri tegak diatas dahan pohon tertinggi di kejauhan. Matanya menatap dingin ke kejauhan dimana hutan yang semula hijau kini sangat memprihatikan.

"Benar-benar hancur, walaupun aku menggunakan sihir suci tertinggi saat ini, betul kata Dragen, aku tidak akan bisa memulihkan keadaan hutan Elzf sampai seratus persen. Akan sangat disayangkan jika dimensi ini menjadi tak seimbang karena ini." Amora terus mengedarkan pandangannya kejauhan.

Mengunakan kekuatan penglihatannya, Amora menelisik beberapa sudut yang bisa dia jangkau.

"Bahkan kultivator tertinggi pun tidak akan bisa meningkatkan kekuatannya sendiri setelah kehilangan energi spiritual dalam jumlah besar."

"Jika di lihat dari jarak yang lebih dekat, kerusakannya jauh lebih parah. Di sana hanya ada aura kematian yang mengambang dari tanah yang terbakar." Bisik Leraen yang sudah kembali kedalam ruang jiwa Amora.

"Tuk tuk tuk pasti ada pertarungan para tuan di sana, tidak mungkin para kultivator terima begitu saja dengan kehancuran ini." tambah Dragen dengan nada di sayangkan.

Amora menganggukkan kepalanya kecil sambil melipat kedua tangannya di depan dada "itu sudah pasti, mereka tidak akan menyerah. Menghancurkan pusat hutan ini sama saja dengan menyinggung semua faksi, ini langkah ceroboh. Para tuan-tuan dan rubah tua ribuan tahun mungkin akan muncul nanti jika ini terus berlanjut."

"Nona benar, hanya akan menunggu sedikit waktu."

"Atau bahkan sudah di mulai." Kilatan licik muncul di mata dingin Amora saat Amora merasakan gelombang energi dari orang-orang yang bertarung dari kejauhan.

Ini bukan kultivator biasa, aura nya kuno dan berat, mungkin ini tuan yang sudah hidup ribuan tahun.

Mereka tidak akan muncul dengan mudah, kalaupun iya mereka akan berbaur dengan kerumunan tanpa di sadari.

Jelas kejadian satu bulan belakangan ini menarik mereka, untungnya aray sihirnya cukup kuat karena di ukir dengan teknik suci jadi para rubah tua itu tidak akan menyadari keberadaan mereka walaupun mereka melintas di tanahnya.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Leraen tiba-tiba, jelas mereka menyadari kilatan aneh di mata Amora.

"Sedikit bermain, mungkin?" Amora melesat, seperti anak panah dengan kecepatan tinggi.

"Ini gila, tapi bisa di coba. Mereka bilang itu iblis, dan tempat yang mereka serang adalah wilayah persembunyian kita jelas kemungkinan besar mereka datang untuk kita. Biarkan aku keluar juga nanti."

Di ruang jiwa Dragen terlihat bersemangat seperti anak kecil, tapi Leraen juga tidak kalah bersemangatnya, hanya saja pria singa itu cukup tenang dengan seringai menyeramkan di bibir tipisnya.

Amora menggeleng pelan "tidak ada yang keluar, aku tidak ingin mengambil resiko kamu di kenali rubah tua yang licik. Jika tidak kami hanya akan berbalik melawan mereka dan iblis." Kekuatan dua kontraknya jauh lebih bagus sekarang, tapi mereka sensitif.

Amora sadar dia belum cukup kuat untuk menahan mereka hingga kemunculan mereka hanya akan menambah masalah meski mereka juga bisa menyelesaikannya dengan cepat.

Bahu Dragen turun dengan ekspresi wajah kecewa, itu cukup manis, benar-benar terlihat seperti anak kecil yang tidak jadi mendapatkan sekeranjang permen.

Leraen juga mengedipkan matanya kecewa, tapi dia hanya menghela nafas dan menarik kerah baju Dragen dan membawanya masuk ke kastil jiwa.

"Nona aku juga ingin bermain." Keluh Dragen sedih.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang