-55-
.........
Di sebuah taman kediaman kecil yang tampak tua dan suram, terlihat dua orang anak kecil berbeda jenis kelamin tengah duduk dibawah sebatang pohon yang berdaun rindang.Udara sejuk membuat kedua anak-anak itu memejamkan mata menikmati belaian lembut dari angin tersebut.
"Bagaimana luka mu, apa itu baik-baik saja?" Tanya seorang anak laki-laki membuka matanya dan menatap khawatir kearah anak perempuan yang duduk di sampingnya.
Gadis kecil itu mendongak, kepalanya mengangguk, senyum lemah terukir di bibir pusatnya "ini sudah baik-baik saja karena kakak mengobatinya hari itu."
"Tapi aku masih sangat khawatir. maaf baru bisa menemuimu sekarang, dua hari ini sister Vania selalu menggangguku dengan brother kedua." Jejak kekesalan muncul di wajah muda dengan pipi berisi itu.
Mereka adalah Amora kecil dan pangeran Ben kecil.
"Tidak masalah, aku sungguh baik-baik saja beberapa hari belakangan ini. Lukanya tidak sakit lagi, ini sudah hampir sembuh. Kakak laki-laki jangan khawatir." Hibur Amora berusaha meyakinkan Ben. Sebenarnya kemarin dia mendapat luka baru dari pangeran kedua, tidak ada alasan, kakak keduanya itu seringkali tiba-tiba datang untuk memukulinya, bukan hanya kakak keduanya saja, tapi mereka semua.
Orang-orang bermartabat itu hanyalah penjahat ulung yang bersembunyi dan membangun citra mulia di depan dunia.
Rasa sakit di punggungnya yang cidera dan kakinya yang terluka masih sangat ketara. Jalannya saja masih pincang, punggungnya sangat sakit seakan-akan tulangnya retak. Ini sudah biasa tapi tetap saja ini sakit.
Amora rasa dia sudah banyak merepotkan Ben, sengaja atau tidak dia selalu membuat kakak ke-empat itu khawatir. Jadi sekarang dia tidak menunjukkan lukanya lagi, yah sebenarnya selama ini dia tidak pernah menunjukkan lukanya pada Ben, dia bahkan selalu berusaha menyembunyikan keadaannya hingga dia pernah beberapa kali sekarat karena luka dan kelaparan tanpa seorangpun tahu, bahkan termasuk Ben sekalipun.
Anehnya Ben akan tahu jika dia terluka, mungkin karena orang-orang kekaisaran tidak melukainya dalam bayang. Pemandangan dimana dia dipukul, di tendang, di tampar, di lempar, di hina dan lainnya bukanlah rahasia dalam istana. Bahkan pelayan pun sudah hapal dengan kejadian yang hampir terjadi setiap hari. Beberapa tidak perduli, beberapa khawatir tapi tidak berani membantunya karena mereka tidak ingin mendapat masalah.
Lupakan itu.
Ben yang melihat senyum lemah adiknya itu lantas menghela nafas, dia mengeluarkan satu roti dengan isian kacang dan memberikannya kepada Amora. "makanlah, pasti sulit untukmu beberapa hari ini. Kamu tidak akan sembuh kalau kamu tidak mendapat makanan, maaf karena kakak tidak bisa membawakan mu makanan yang banyak dan enak."
Amora jarang mendapatkan makanan, bahkan dia bisa tidak mendapatkan makanan dalam waktu dua hari. Sekalinya mendapat makanan, dia hanya akan mendapat beberapa potong sayur dengan semangkuk nasi keras yang dingin. Jelas makanan yang dia dapatkan adalah makanan sisa, bahkan makanan pelayan jauh lebih layak. Dia hampir.....ah tidak. Bukan hampir, tapi memang tidak pernah mendapatkan makanan hangat, yang dia dapatkan hanya nasi dingin dan keras, kadang sayur basi dan air kotor. Sulit hidup untuk itu tapi begitulah adanya.
Amora hanya akan makan enak kalau Ben diam-diam membawakannya makanan. Entah itu sepotong paha ayam, sepotong roti, dan beberapa buah segar. Tidak mengenyangkan tapi itu lebih baik.
Amora makan dengan lahap, jujur saja dia tengah kelaparan hari ini karena dua hari sebelumnya dia belum memakan apapun karena dapur istana tidak memberikannya makanan.
"Pelan-pelan kakak tidak akan merebut roti mu." Goda Ben dengan senyum lembut saat melihat Amora makan dengan pipi yang penuh.
Tidak membalas Amora hanya tersenyum dengan mulut penuh dan kembali melanjutkan makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA CALLISTA IFRYA ✓
Fantasy(THE STORY IS REAL MY KARYA) _________________________________________ Amora dengan beberapa cerita yang terlupakan. Dari beberapa kehidupannya, dia sudah menjalani banyak versi hidup. Mulai dari menjadi putri yang paling di jaga, menjadi nona muda...