#64.

578 45 0
                                    

-64-


Langit mulai gelap, udara dingin yang membuat orang terus bergidik, aroma kematian yang pekat kian memperkeruh suasana.

Di pinggir desa, Amora berhenti. Dia berdiri dengan mata sebelahnya yang masih berwarna merah pekat. Aura yang Amora pancarkan sangat tidak nyaman, bahkan Leraen saja tidak bersuara sejak Amora selesai menyerap kekuatan praktis hantu tadi.

Setelah memindai sekitar, Amora berjalan memasuki desa. Setiap langkahnya membuat aura gelap di sekitarnya bergerak gila kearahnya.

Setiap energi gelap memasuki tubuhnya, mata Amora kian berkilat merah hingga mencapai warna yang sangat pekat.

Desa ini sangat sepi, hanya beberapa rumah yang terlihat hidup meski tidak bersuara. Beberapa rumah terlihat gelap, mungkin penghuninya sudah tiada.

Mungkinkah penduduk di desa ini hampir punah? Ataukah mereka mengungsi ke desa lain.

Tidak menghiraukan itu, Amora terus berjalan kearah selatan. Tujuannya adalah laut mati, tidak terlalu jauh karena Amora sudah bisa mendengar suara kecil ombak tak jauh dari sini.

Selama perjalanan Amora memiliki beberapa pertarungan dengan kekuatan gelap yang memiliki kesadaran, walaupun kekuatan gelap itu tidak bisa menyakitinya, itu masih mempengaruhinya.

Beberapa petarung membuat ketajaman Amora meningkat, entah sadar atau tidak, kilat harus darah terlihat jelas di bola matanya.

Tak

Tak

Tak

Duarrr

Amora menebas beberapa kekuatan gelap yang memiliki kesadaran. "benar-benar aneh, bagaimana bisa ada kekuatan yang bisa melahirkan kesadaran sendiri bahkan mampu menyerang orang. Apa yang ada di sana, bahkan hal yang tak terpikirkan pun ikut menjadi musuh sebenarnya." Menarik nafas dalam-dalam, Amora menghirup energi di sekitarnya dengan rakus.

"Hei Leraen apa kau masih hidup?" Tanya Amora tiba-tiba hingga membuat Leraen yang bersembunyi di ruang jiwa tersentak kecil.

"Yah!?" Jawab Leraen dengan suara kecil.

"Keluarlah, ini baik untuk pelatihan mu." Ujar Amora saat melihat laut mati yang gelap di depannya.

"Aku-" Leraen mengedipkan matanya ragu-ragu.

"Ada apa denganmu?" Tanya Amora saat sadar ada yang aneh.

"Tidak."

"Jangan bilang...... Kau takut denganku?" Tebak Amora yang membuat Leraen kalang kabut menggeleng berusaha membantah, meski matanya mengiyakan.

"Aku tidak-"

"Keluarlah, aku tidak akan merampas kekuatanmu dasar bodoh." Amora mendengus dingin. Leraen mengangguk cepat dan muncul di depan Amora dengan wajah kalutnya.

"Itu bagianmu, aku akan melihat sekeliling, jika ada yang aneh jangan berani bertindak sendiri." Amora menunjuk gelombang gelembung kekuatan gelap besar yang berhasil dia kalahkan tadi, lagi-lagi Leraen mengangguk.

"Berhentilah bertingkah konyol, atau aku benar-benar akan merampas kekuatanmu. Konyol sekali melihatmu bertingkah seperti seekor rusa kecil, padahal kau sendiri yang memintaku menggembang kan kekuatan ini." Sungguh Amora tidak tahu harus seperti apa, haruskah dia tertawa sekarang. "apa aku semengeri kan itu?" Tanya Amora tak berdaya.

Leraen tidak langsung menjawab, dia mengedipkan matanya memandang Amora dengan pandangan menilai, lalu mengangguk tapi tak lama kemudian menggeleng.

"Jadi?" Tanya Amora bingung, bagiamana dia harus menyimpulkannya sekarang.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang