-82-
Juan terus menaiki tangga dengan sedikit tergesa-gesa, tapi saat dia hampir mencapai lantai tempat Amora berada, langkahnya melambat dengan mata menyipit bingung.
"Ini" langkah Juan terhenti di pertengahan tangga, dia tidak mampu melangkah karena tiba-tiba ada aura mengerikan dari ruangan atas, dia tidak tahu itu apa, tapi jelas Amora tidak bisa di ganggu kali ini.
Juan ragu-ragu, dia menatap kertas di tangannya lalu melihat keatas lagi. Menghela nafas, Juan mengalah dan memilih turun kembali. Hanya tiga anak tangga dia lewati, tiba-tiba Leraen datang dari bawah yang membuat Juan terkejut lalu membungkuk "tuan"
Leraen menatap Juan "apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Leraen dingin.
"Itu. Saya, saya hanya ingin mengantar ini ke nona" jawab Juan jujur sambil memperlihatkan kertas yang dia bawa.
Leraen menatap kertas itu dan menatap keatas "apa kamu naik ke atas?" tanya Leraen, sedikit dingin.
Juan menunduk lagi dan menggeleng sedikit "ti...tidak"
Leraen menghela nafas lega, tampaknya Juan tahu apa yang baik atau tidak "kalau begitu kembalilah. Peringati yang lain untuk tidak mendekat" perintah Leraen.
Juan menangguk "sesuai perintah anda tuan." Ragu-ragu, Juan meremas lembut kertas yang dia pegang "ini, bisakah anda memberikan ini kepada nona." Juan menyodorkan kertas yang dia bawa.
Leraen tidak langsung menyambutnya tapi menatap Juan lalu menatap kertas itu lagi. Dia melihat karakter bangsawan diatas kertas itu, sedikit banyak, melihat reaksi Juan, dia bisa menebak apapun yang tertulis diatas kertas itu pastilah hal yang penting yang Amora perlukan, jadi dia menerimanya. "baik"
Mendapat jawaban, Juan menghela nafas "terimakasih tuan, kalau begitu saya akan turun sekarang."
Astaga, sebenarnya ada banyak yang Juan ingin sampaikan pada Amora, tapi lihatlah, dia bahkan belum bisa bertemu Nonanya itu sejak tadi. Pertama, saat menjelang siang tadi, dia buru-buru kembali ke kastil untuk bertemu Amora, tapi ternyata Amora malah pergi ke gedung. Dia memilih menunda untuk bertemu dengan Amora karena pastinya Amora memiliki kesibukan tersendiri di sana. Sembari menunggu Amora kembali, Juan masuk ke ruang kerjanya untuk memisahkan beberapa informasi yang mungkin berguna, tapi saat dia mau menyerahkan ringkasannya, Amora malah tidak bisa di temui.
'sebaiknya besok saja' gumam Juan pelan. Ya, dia bisa memberitahu Amora besok, yang penting berkas Informasi itu sudah Juan serahkan, mungkin nanti Amora akan membacanya, jika di perlukan, Juan akan menambah beberapa kata besok.
.....
Leraen menaiki tangga demi tangga, dia menyimpan kertas itu ke cincin ruang dan menelisik sekitar.
"Walaupun dinding pembatas sudah di pasang, aura nona masih terasa jelas di sini, semoga saja itu tidak sampai tersebar ke luar." Gumamnya penuh harap.
Membuka pintu, Leraen melihat Dragen yang masih duduk di posisinya tadi tanpa menoleh dari pintu ruangan Amora.
"Bagaimana?" Tanya Leraen menarik Dragen dari lamunannya.
Dragen menegadah menatap Leraen yang berjalan kearahnya "ini baik-baik saja, seharusnya, tapi— aura nona terasa keluar dan itu membuatku takut." Jujurnya dengan suara pelan.
Ah penampilan Dragen jelas sangat gundah sekarang, Leraen ikut menghela nafas, dia menatap pintu itu dengan sorot khawatir.
"Dinding pembatas di luar sudah terpasang, aku juga sudah memeriksa semua sudut tadi. Kamu tahu, total ada 7 dinding pembatas berbeda di sekitar sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA CALLISTA IFRYA ✓
Fantasy(THE STORY IS REAL MY KARYA) _________________________________________ Amora dengan beberapa cerita yang terlupakan. Dari beberapa kehidupannya, dia sudah menjalani banyak versi hidup. Mulai dari menjadi putri yang paling di jaga, menjadi nona muda...