-15-
Pagi menyingsing, hari baru di mulai, kali ini murid-murid Sakte naga semuanya sudah berkumpul di ruang tengah penginapan dengan guru Wen berdiri di depan mereka dan memberi beberapa instruksi sejak tadi.
"Bagaimana apa kalian sudah siap" tanya guru Wen.
"Sudah guru" jawab mereka serempak, masing-masing tampak bersemangat. Keadaan Amora sudah sangat fit, bahkan jauh lebih bugar dari sebelumnya. Semalam setelah keadaannya pulih, Amora menghabiskan waktu untuk berkultivasi menyusun dan memurnikan auranya.
Dia tidak bisa mundur dari pertandingan, tapi kekuatannya sudah jauh melebihi para peserta, bahkan hampir menyamai para guru, jadi Amora memutuskan untuk menekan kekuatannya ketahap sebelum dia melakukan trobosan gila.
Tidak akan ada yang bisa mengetahui tingkat kekuatannya sekalipun kekuatan orang itu lebih diatasnya, alasannya jelas karena dua best kontraknya juga pill penyembunyi aura yang dia minum tadi pagi. Jangan remehkan khasiat Pill itu, karena Amora yakin seratus persen dengan Pill nya. Terdengar sombong tapi seperti itulah adanya.
"Baiklah sekali lagi ingatlah untuk menjaga diri kalian masing-masing, tidak perlu menang, anda hanya perlu belajar di sini. Jika anda tidak bisa melawan jangan memaksakan diri, anda tidak boleh kehilangan nyawa anda di sini" guru Wen sekali lagi mengingatkan pentingnya untuk mengutamakan keselamatan dibandingkan kemenangan. Entah sudah berapa kali, tapi guru Wen tampaknya tidak ingin melepaskan hal itu dengan mudah.
Seperti saat pertama kali datang, kali ini mereka masih menggunakan jubah yang sama yaitu jubah putih bersulam benang emas dan simbol naga sebagai simbol sakte mereka.
Amora menggunakan gaun putih selutut dengan pita emas menjuntai di pinggangnya kali ini rambut peraknya di biarkan terurai bebas tanpa ikatan sedikitpun. Kepalanya tertutup tudung putih, wajahnya juga ditutup topeng yang semalam dia gunakan.
"Ini tidak terlalu awal, jadi mari kita pergi" ajak guru Wen yang anggukki keseluruhan anggotanya.
Di perjalanan Amora hanya mengikuti dalam diam, matanya menyorot dingin tidak bersuara bahkan tidak terlihat tertarik untuk menelisik sekitarnya, melihat itu guru Fuan menghampiri Amora.
Melihat guru Fuan yang kini berjalan di samping nya Amora menyunggingkan senyuman manis untuk guru itu. Lihat guru Fuan selalu tahu ada yang tidak beres dengan Amora tanpa Amora katakan, guru Fuan selalu mengerti walaupun tidak benar-benar mengerti, setidaknya guru Fuan adalah sosok yang paling perduli pada Amora.
"Apa ada masalah princess sedari tadi sepertinya anda hanya diam" tanya guru Fuan melihat tingkah Amora.
"Tidak ada guru, saya baik-baik saja, juga anda tidak bisa memanggil saya princess di sini, kami tidak tahu jika nanti ada orang yang curiga" walaupun kecil kemungkinan untuk hak itu terjadi, tidak salah kan untuk antisipasi.
Guru Fuan lagi-lagi tersenyum lantas tangannya terjulur mengusap kepala Amora yang terlapisi tudung putih itu. "Baiklah, jika ada sesuatu sebaiknya anda berbicara, saya siap mendengarkan apapun itu."
Amora yang di perlakukan seperti itu merasa nyaman, bagaimanapun selama ini tak ada yang memperlakukan dirinya setulus ini, ayah nya pun tak pernah mau berada di sekitarnya miris bukan tapi Amora tak ingin lagi memikirkan mereka.
Dia bahagia meski hanya dengan kehangatan sederhana yang diberikan oleh orang asing, dia nyaman dengan rasa aman yang di tawarkan orang asing.
Amora sangat menyayangi kelima gurunya itu karena kasih sayang yang mereka tawarkan, perlahan membuat Amora luluh dan percaya, Amora menganggap mereka sebagai keluarga....., Bahkan tanpa ikatan darah sekalipun, orang-orang yang selama ini menjaganya dan mengajarinya adalah keluarga yang dia inginkan, itu tak salah buka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA CALLISTA IFRYA ✓
Fantasy(THE STORY IS REAL MY KARYA) _________________________________________ Amora dengan beberapa cerita yang terlupakan. Dari beberapa kehidupannya, dia sudah menjalani banyak versi hidup. Mulai dari menjadi putri yang paling di jaga, menjadi nona muda...