#61.

550 44 0
                                    

-61-




"jadi bagaimana apakah kamu mau membantuku?" Tanya Meera lagi.

"Apa yang bisa aku dapatkan?" Tangan Amora terlipat didepan dada. Matanya menatap sumur di depannya dengan serius.

Meera tidak langsung menjawab, dia menggigit bibir bawahnya "aku tidak memiliki apapun yang berharga di tubuhku. Tapi kalau kamu mau, aku bisa memberikan kalung ku padamu." Kalung yang Meera maksud adalah kalung yang tadi Amora lihat dengan serius, tapi setelahnya hanya acuh tak acuh. Kalung Meera memang harta, kalung itu bisa menyembunyikan kekuatan gelap seseorang, mungkin itu diberikan oleh kakeknya, dan karena kalung itu juga Meera tidak terendus dunia.

"Kau lebih membutuhkan itu daripada diriku."

"Aku tidak apa-apa, selama kamu membantuku, kalaupun nanti identitas ku ketahuan, aku tidak masalah selama kakak laki-laki ku bisa selamat."

"Tapi dia akan membencimu." Serkas Amora dingin, dia muak melihat tekat yang rela berkorban Dimata Meera. Melihat orang di sampingnya ini, membuat Amora mengingat sosok dirinya yang bodoh.

"Aku-"

"Kau tahu, walaupun kau berkerja keras, walaupun kau berkorban sekalipun, pengorbanan mu tidak akan ada artinya Dimata orang lain."

"Itu-"

"Aku akan melakukan beberapa hal, tapi bukan untuk membantumu berkorban demi orang lain, aku hanya mau berjalan untuk diriku sendiri. Balas lah Budi secukupnya, bukan membalasnya dengan hidupmu. Apa kakak laki-laki mu juga pernah mengorbankan hidupnya untukmu. Kau mempertahankan nyawanya saja itu sudah sangat luar biasa." Menyegel kekuatan gelap dengan kekuatan yang tidak seberapa, Amora tahu Meera sudah menghabiskan banyak usaha untuk dirinya sendiri, bahkan bisa di bilang dia bisa kehilangan nyawanya sendiri karena menggunakan kekuatan terlalu banyak dari kapasitas yang dia miliki.

Seketika Meera terdiam, matanya menyendu kepalanya tertunduk lesu.

Dari reaksi nya saja Amora sudah tahu jawabannya "tanyakan baik-baik pada hatimu apa itu pantas. Belajarlah membedakan mana yang benar-benar kasih sayang yang tulus, mana yang hanya sekedar rasa simpati yang dangkal. Aku tidak bermaksud merusak perasaan dan pandangan mu pada kakak laki-laki mu, tapi kamu perlu untuk tidak menjadi naif."

"Aku mengerti." Jawab Meera kecil.

Amora mengangguk kecil, dia maju untuk sedikit lebih dekat agar bisa melihat air nya.

'auranya sangat gelap, tapi ini tidak cukup kuat untuk membuat orang lain terkontaminasi, paling-paling hanya akan menimbulkan beberapa efek yang tidak seberapa. Mengambil sedikit air dan menyimpannya dalam botol kaca kecil, Amora berjalan lagi ke sekitar.

Sumur ini terletak tidak jauh dari kita, tapi sedikit kedalam hutan, udara di sini lembab dan mencekam.

Saat tengah memindai sekitar, mata Amora menyipit tak kala netranya menangkap sesosok serangga kecil dengan warna hitam tengah melintas.

Aura yang serangga itu keluarkan sama dengan yang ada pada tubuh pria muda tadi. Seketika senyum miring terukir di bibirnya. Tidak menunggu lama, Amora menangkap serangga itu dan memasukan kedalam kotak kaca dengan mudah.

Dia membawa kotak kaca itu sedikit lebih dekat ke wajahnya untuk melihat lebih jelas.

Meera yang melihat pun ikut mendekat, diam-diam dia juga melihatnya walaupun dia tidak mengerti, tapi melihat ekspresi Amora, Meera merasa dingin di punggungnya.

"A-apa itu?" Tanya Meera pelan.

"Sesuatu yang membuat seseorang terjangkit."

"Serangga? Bukan air?" Mata Meera berkedip.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang