#65.

573 43 0
                                    

-65-



Di tempat lain, Leraen tampak sangat mistik saat pola-pola gelap muncul di sekelilingnya dengan asap hitam tipis.

Nafas dingin keluar dari bibir Leraen yang sedikit terbuka. Walau Leraen fokus menyerap energi yang Amora berikan, dia masih bisa merasakan ada yang tidak beres di luar. Dia khawatir dengan keadaan Amora, tapi dia tidak bisa keluar di lertengah jalan tanpa menyerap semua energi gelap itu. Dia harus menyelesaikan kultivasi nya atau dia akan mendapat serangan balik dari energi gelap.

.......

"Malam ini gelap sekali, rasanya juga sangat dingin." Gumam Meera yang menatap langit sambil memegang pedang yang berlumuran darah gelap.

Dia menyusul Amora di setiap langkahnya, tapi mengikuti Amora bukanlah hal yang mudah. Sejak memasuki kawasan desa pesisir, Miera harus berhadapan dengan beberapa mahluk gelap.

Dia bahkan ikut terluka, untungnya tidak sampai membahayakan nyawanya. Yah walaupun kekuatannya masih di tahap awal menengah, dia masih memiliki beberapa trik di lengan baju.

Melawan satu atau dua dia tidak akan kesulitan, tapi semakin jauh dia masuk, semakin banyak yang harus dia hadapi. Bolehkah dia bilang kalau makhluk-makhluk gelap itu menjadi gila entah karena apa.

Dia beranggapan begitu bukan tanpa alasan, tapi karena memang serangan mahluk gelap menjadi lebih intens sejak satu jam belakangan. Tidak hanya itu, daya serang mahluk gelap juga semakin kuat dan Miera tidak lagi berani bermain-main.

Menelan ludahnya, Meera menatap dengan mata melotot saat segerombolan mahluk gelap dengan wujud serigala besar datang dari arah selatan. "gila gila gila" punggung Meera dingin. Dengan tergesa-gesa dia menyerang gerombolan serigala yang kurang lebih ada 7 ekor, padahal dia baru saja membunuh 5 dengan susah payah.

Meera tidak bisa tidak tersenyum kecut, tidak tahu harus bagaimana, Meera tidak menyesal mengikuti Amora walaupun jalannya berbahaya, kenapa? Kenapa dia mengikuti Amora padahal dia mengenalnya tidak lebih dari 1 hari. Meera mengikuti Amora karena dia merasa jawaban yang dia mau ada di Amora. Dia merasa memiliki perasaan yang memanggilnya untuk mengikuti Amora.

.......

Nafas Amora memburu, matanya berkilap gelap, lalu kilat merah samar berkedip di mata kanannya.

Setelah beberapa saat bertarung, akhirnya Amora bisa memahami gaya bertarung tengkorak spiritual ini.

Tingkat kekuatan tengkorak spiritual berada diantara tahap kehampaan, itu jauh diatas Amora, tapi satu tengkorak hanya bisa melakukan tiga serangan beruntun lalu ada cela sekitar 3 detik yang bisa Amora manfaatkan, karena dalam tiga detik setelah tiga serangan beruntung, tengkorak spiritual berada di titik rentannya.

Tiga detik bukan hal yang mudah untuk menyerang tepat di jantung tengkorak tapi cuma itu kesempatan nya.

Amora menyipitkan matanya, dia fokus pada satu tengkorak yang paling kuat. Gerakan tengkorak itu tidak lamban tapi juga tidak gesit, jika Amora menyiapkan diri dengan benar setelah bertahan dari serangan, dia akan memiliki kesempatan bagus untuk menyerang tengkorak itu.

"Kuncinya adalah kamu" tunjuk Amora pada tengkorak yang bergerak melawan nya.

Tengkorak itu bergerak cepat, tujuan serangannya tidak jauh dari leher dan jantung. Jika sampai terkena serangannya Amora hanya akan menghadapi kematian karena di ujung jari-jari tengkorak itu terlihat ada cairan hitam pekat, Amora tidak tahu apa itu, tapi alarm bahaya berbunyi yang membuatnya harus menghindar.

Setelah tiga serangan, Amora menyeringai dingin lalu menancapkan pedang panjangnya secepat cahaya tanpa memberi tengkorak itu bergerak mundur.

Amora bahkan tidak memperdulikan tengkorak-tengkorak lainya karena seperti yang Amora pastikan, kunci atau pemimpin tengkorak-tengkorak ini adalah tengkorak yang dadanya sudah tertembus pedang Amora. Lihat....

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang