#71.

476 46 1
                                    

-71-




Di kedalaman hutan, tubuh Amora terangkat menjadi sedikit melayang diatas tanah. Gaun nya masih gaun yang lama, namun gaun yang lusuh dan kotor itu bahkan tidak mampu mengurangi kecantikannya yang semakin terpancar.

Mata Amora yang tertutup rapat perlahan-lahan mulai terbuka. Dia menggerjap pelan, pandangannya tidak fokus sampai beberapa saat kepalanya menoleh kesana kemari berusaha melihat sekitarnya.

Saat dia baru saja ingin memalingkan wajahnya kearah lain, mata Amora terpaku kesatu titik. Sejenak nafasnya tertahan, mulutnya sedikit terbuka. Amora memaksa langkahnya yang masih terasa kaku untuk menghampiri tubuh yang masih terbaring diatas tanah.

"Le-leraen" panggil Amora dengan suara serak nya.

"Leraen apa...kamu baik-baik saja?" Tanya Amora sambil berusaha memangku kepala Leraen.

Amora tidak bisa merasakan suhu apapun dari Leraen karena tubuhnya sendiri sangat dingin yang bahkan tidak jauh lebih hangat dari es ribuan tahun.

Wajah Leraen pucat, namun tidak ada luka, pelan-pelan dengan tangan yang bergetar, Amora menarik pergelangan tangan Leraen dan merasakan nadinya.

Mata Amora terpejam berusaha memfokuskan energinya sampai cahaya keemasan muncul dari ujung jarinya dan masuk ke pergelangan Leraen.

"Sudah lama ya" gumam Amora setelah melepaskan lengan Leraen. Senyumnya sendu melihat keadaan Leraen "aku pulang" tambah Amora lalu menghilang dari udara tipis dengan Leraen tentunya.

Yah Amora tahu apa saja yang terjadi dengannya sebulan belakangan ini. Pertama saat dia jatuh dari tebing sebulan yang lalu, dia jatuh tepat di sebuah danau kecil. Dia bertarung dengan puluhan cacing iblis yang mengendalikan tumbuhan bermutasi.

Tubuhnya memang memiliki daya tahan tertentu terhadap racun, tapi racun dari tumbuhan bermutasi itu masih mampu melemahkan kekuatannya hingga dia harus terluka parah dan akhirnya bersembunyi di sebuah goa.

Seingat Amora dia pingsan entah berapa hari, tapi luka di tubuhnya tidak kunjung sembuh dan malah semakin parah, dia berusaha mengobatinya dengan beberapa herbal di ruang penyimpanan. Sayangnya herbal apapun yang dia gunakan masih tidak cukup sampai Dia harus memotong dagingnya sendiri untuk menghilangkan racun-racun yang membuat lukanya membusuk.

Rasa sakit itu sangat melekat, jika luka biasa, Amora masih bisa menahannya, tapi luka yang bercampur racun dari tumbuhan bermutasi yang di kendalikan oleh cacing iblis akan menjadi puluhan kali terasa sakit, karenanya Amora harus mengeluarkan lebih banyak usaha.

Tidak ada tempat yang aman untuk benar-benar menyembuhkan lukanya, jadi Amora memilih menetap di goa itu, dan menemukan sesuatu yang menarik.

Iya.

Dia menemukan telur ratu dari cacing iblis yang belum menetas. Lebih tepatnya tidak bisa menetas karena keadaan telur ratu terlihat sudah rusak.

Saat Amora menemukan telur itu, dia juga tidak sadar kalau darahnya menetes dan di serap oleh cacing itu. Sisanya Amora tidak tau jelas karena tiba-tiba saja dia kehilangan kesadarannya.

Tidak

Salah, dia tidak benar-benar kehilangan kesadarannya karena alam bawah sadarnya masih tetap terjaga walaupun tubuh fisiknya tertidur? Atau pingsan?

Dia tidak tahu seberapa lama tubuh nya ada di dalam goa itu, dia juga tidak tahu bagaimana caranya telur ratu masuk kedalam tubuhnya dan hampir menghisap habis seluruh energinya.

Amora juga tidak tahu bagaimana dia bisa tiba-tiba ada di atas dan di lilit oleh akar berduri. Rasa sakit akibat tertusuk duri-duri beracun itu saja masih bisa terasa.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang