-4-
****Amora callista ifrya****
Diatas ranjang, tubuh Amora kini sudah bersih, tidak ada darah lagi, bahkan bekas luka yang semula memenuhi kulitnya pun hilang tak berbekas. Sekarang tampilannya begitu menakjubkan, kulitnya terlihat putih bersih tak bercela, walaupun masih pucat.
"Akhhhhhh....apa yang......dimana ini?" tanyanya bingung saat memperhatikan sekiranya, dia ingat dia pingsan di hutan, tapi tempat ini. Sial kepalanya terasa sangat sakit, tubuhnya juga sangat lemah. Dia hampir tidak mampu mengangkat tangannya untuk memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.
Tempat ini bukanlah di kastilnya, bukan pula di ruangan jiwanya, ataupun di tempat pengasingan, jadi dimana dia sekarang. jika di telisik tempat ini sangat asing untuknya, dinding di sekitarnya berwarna putih sederhana, dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno berwarna emas pucat. Elegan dan nyaman, itulah yang cocok untuk menggambarkan ruangan tempatnya berada sekarang.
"Oh Kau sudah sadar" suara asing yang tiba-tiba terdengar membuat Amora mengalihkan pandangannya ke asal suara.
Di sana, dari arah pintu, terlihat seorang gadis cantik dengan rambut hitam bermanik coklat cerah, serta senyum manis berjalan kearahnya. Ditangannya, gadis itu membawa nampan kayu dengan sebuah mangkuk yang kemungkinan berisi obat, karena Amora bisa mencium aromanya dengan jelas.
"Siapa kau, dan di mana aku berada" tanya Amora dengan suara serak.
"Ah ya perkenalkan aku adalah nadia Gezana dan kau berada di sakte naga" gadis bernama Gezana itu memperkenalkan diri dengan senyum menawannya.
"Sakte naga?" Gumam Amora pelan, "ba-bagaimana bisa aku berada di sini"
"Kau akan tau nanti sekarang karena kamu sudah sadar, ayo minum herbal nya. Tubuh mu pasti sangat lemah kan." Gezana meletakan nampan diatas meja tepat di samping Amora.
Amora menatap Gezana dan semangkuk obat secara bergantian. Dia bingung, tapi tidak menolak. Amora tidak merasakan aura berbahaya dari orang didepannya, jadi dia memilih untuk percaya. Lagi pula, kalau orang itu jahat, tidak mungkin dia masih akan membuka matanya sekarang, orang itu akan membunuhnya atau membiarkannya mati di hutan.
Rasa pahit obat yang di minumnya membuat Amora memejamkan mata. Entah bagaimana menjabarkan apa yang dia rasakan, dia hanya meminum obat itu dalam sekali tegukan panjang.
"Kamu tidak takut jika itu racun?" Tanya Gezana bingung dengan keringanan Amora yang langsung meneguk tandas obat yang dia bawa tanpa curiga.
Amora meletakan kembali mangkuk itu, kepalanya sedikit miring menatap Gezana bingung "kenapa aku harus takut, kalau kamu ingin membunuhku, kamu tidak perlu meracuniku." Ujarnya ringan.
Kalau Gezana ingin membunuhnya, gadis itu hanya perlu mengambil pedang atau memukulnya dengan kekuatannya, toh Amora tidak akan bisa melawan.
"Kamu terlalu mudah percaya." Decak Gezana.
Tidak, Amora bukannya mudah percaya, dia bahkan lebih waspada daripada apapun, tapi dia percaya penilaiannya.
"Istirahat sekarang kalau keadaanmu sudah membaik, ada beberapa orang yang ingin bertemu denganmu."
"Hem baiklah" jawab Amora singkat.
***
"Bagaimana apa gadis itu sudah sadarkan diri"
"Sudah guru gadis itu sudah sadar sekitar dua jam yang lalu dan sekarang sedang istirahat" jawab nadia pelan.
"Baiklah kau kembalilah dan bawa gadis itu ke ruang para tetua nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA CALLISTA IFRYA ✓
Fantasy(THE STORY IS REAL MY KARYA) _________________________________________ Amora dengan beberapa cerita yang terlupakan. Dari beberapa kehidupannya, dia sudah menjalani banyak versi hidup. Mulai dari menjadi putri yang paling di jaga, menjadi nona muda...