#41.

1.3K 105 3
                                    

-41-









.......
Amora dan kedua kontrak suci nya menoleh kesamping melihat Rayle yang datang dengan Dion juga Zargo yang membawa dua orang pemuda di punggung mereka.

"Energi vital mereka lemah, hanya ada sedikit jejak kehidupan. Tapi itu lebih dari cukup." Amora menyipitkan matanya saat memindai aura dua pendatang baru itu. "bawa mereka ke tenda di sana." Ujar Amora.

"Sesuai perintah anda nona." Dion dan Zargo pergi tanpa membuang banyak waktu.

"Apa ada masalah?" Tanya Amora saat menyadari ekspresi Rayle terlihat aneh.

Rayle menoleh kearah Amora lalu melirik dua orang yang berdiri tak jauh dari Amora "saya tidak yakin, tapi aura kegelapan dari api yang berkobar itu terasa sangat gelap, seperti aura kematian. Pergerakan api memang lebih lambat dari api biasa, tapi daya hancurkan jauh lebih kuat. Saya tidak menemukan adanya orang hitam di sekitar sana, mereka benar-benar pergi dengan api yang berkobar." Api itu sangat menganggu Rayle hingga saat sampai di sana dia terus menatap itu sambil menindih sekitar.

Amora mengangguk kecil "kita akan melihat itu nanti. Dua orang itu hanya memiliki satu tali kehidupan, mereka terluka lebih parah dari apa yang saya bayangkan. Saya harap mereka memiliki jawaban yang memuaskan untuk tidak menyia-nyiakan anugrah penyelamatan ini."

"Yah itu benar, awalnya tidak separah itu, tapi sedikit kemudian, saat di bawa kembali energi vital mereka seakan bocor hingga kondisi mereka semakin memburuk." Rayle juga dasar dua orang yang mereka bawa kembali mengalami penurunan drastis hanya dari sedikit waktu.

"Nona" Sapa Dion juga Zargo yang berdiri tegak depan tenda.

Amora mengangguk "bagaimana mereka?"

"Semua sudah siap nona." Jawab Dion.

Tidak menunggu lama, Amora masuk dengan Rayle yang akan berperan sebagai asisten dokternya. Rayle juga cukup cakap dalam pengobatan, Amora melihat potensi itu dan dia menyukainya.

Di dalam tenda Amora menghirup aroma obat yang bercampur dengan aroma Kematian yang kental.

"Aura kematiannya sangat kental." Tangan Amora terulur untuk menyibak atasan salah satu dari dua pemuda itu. Sontak Amora juga Rayle menarik nafas dingin melihat luka mengerikan didada pria itu. Kulitnya yang putih dihiasi jejak hitam di sepanjang lukanya.

"Begitu buruk?" Gumam Rayle lalu menuju kesatu yang lain.

"Lukanya tidak terlalu dalam, yang satu ini tidak kritis tapi aura vital nya juga semakin menurun meski dia sedikit lebih baik." Ujar Rayle saat memeriksa orang itu.

"Satu itu memang menghawatirkan, tapi aura kematian yang dikeluarkan luka pemuda ini lebih mengerikan." Amora membelai pelan pinggiran luka dimana jejak hitam berada dengan alis berkerut.

"Kamu pergi minta Leraen untuk mendapatkan ramuan jiwa suci. Kita tidak bisa menyelamatkan mereka jika aura kematian itu tidak hilang." Ujar Amora dengan Rayle yang pergi ke luar tanpa bertanya.

Di dalam tenda Amora mengeluarkan sihir penyembuhannya dengan pelan-pelan menyentuh luka. "benar-benar keras kepala." Ejek Amora saat mendapatkan perlawanan dari jejak hitam.

Seperti dugaannya, jejak hitam sepanjang luka itu bukan bekas luka biasa, mereka hidup karena berasal dari aura kematian. Jejak hitam itu yang membuat energi vital keduanya bocor dengan cepat. Untuk versi normalnya itu sama dengan racun mematikan dimana racun akan bergerak perlahan namun menggerogoti habis energi spiritual dalam tubuh kultivator dalam sekejap.

"Seberapa banyak anda membutuhkan ramuan jiwa suci?" Leraen bertanya dari ruang jiwa.

"Ambilkan saya dua, dengan usia seribu tahun itu akan cukup. Dan bisakah kamu melihat ke ruangan obat, apa saya sudah menyempurnakan ramuan pengembalian energi di sana, mereka tidak akan berhasil jika jejak hitam tidak di musnahkan."

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang