#81.

799 43 0
                                    

-81-






Setelah kepergian Fuan, Dragen dan Leraen, yang terlampau penasaran akan aura yang mereka rasakan tadi, tidak bisa menahan diri untuk masuk kedalam dan memeriksa apa itu tadi.

"Nona—"

Amora menoleh "kalian merasakannya" ujarnya pelan.

"Itu—" Leraen tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kata-katanya.

Amora menangguk kecil, matanya menatap Dragen dan Leraen, lalu menoleh kearah kotak brokat diatas meja dengan sorot mata rumit.

Dragen berjalan menghampiri Amora "Nona, apa ini tidak salah?" Tanya Dragen dengan nada ragu saat melihat kotak yang berisi kristal berwarna kehijauan yang kusam namun memancarkan aura yang sangat mulia.

Amora mengambil kotak itu dan mengeluarkan kristal yang memancarkan aura mendominasi itu. Matanya menyipit menelisik setiap detail dari kristal seukuran kepalan tangan bayi. "harusnya memang ini, ini tidak mungkin salah. Aura yang di keluarkan nya terasa akrab dan—" Kata-kata Amora terhenti.

Dragen diam, Leraen juga diam menatap kristal itu. Mata Dragen terlihat keruh untuk sejenak, lalu kembali cerah saat dia menghela nafas.

"Aku tidak ingin salah lagi" gumamnya yang membuat Leraen disampingnya menepuk pelan pundak Dragen dan tersenyum kecil.

"Ini tidak mungkin salah, tidak untuk kedua kalinya. Harusnya ini memang yang asli, jadi ayo semangat." Ujar Leraen dengan keyakinan, yang sebenarnya juga ada jejak keraguan di sana.

"Maafkan aku. Kita pernah mencarinya sampai kebanyak tempat hingga akhirnya menemukan itu, hanya dalam bentuk palsu yang membawa kekecewaan. Aku— maksud ku, aku pernah begitu percaya sampai semuanya hancur, dan saat itu terjadi, aku mulai putus asa karena hanya itu satu-satunya kunci untuk kembali, tapi apa yang kita miliki hanyalah kebohongan. Aku benar-benar tidak mau kecewa lagi. Aku hanya takut."

"Tidak apa-apa, ini pasti nyawa, aku akan memeriksanya." Hibur Amora.

"Nona. Ini tidak akan berhasil. Kalau kristal itu nyata dan keberadaannya di deteksi 'mereka' itu hanya akan menuntun 'mereka' ke sini. Kita—"

"Leraen tenang lah. Aku tahu itu, tapi percayalah padaku, aku akan berhati-hati. Aku akan melakukannya di ruang jiwa. Lagipula untuk sebuah hasil yang besar kita juga harus siap dengan resiko yang besar bukan"

"Itu terlalu beresiko, kita bisa mencobanya nanti."

"Leraen dengar. Aku tahu aku pernah ceroboh, tapi percayalah, kali ini aku akan melakukannya sebaik mungkin." Amora terus keras kepala, dia tahu dia pernah membawa mereka kedalam bahaya gara-gara hal seperti ini dulu. Tapi untuk sekarang, Amora merasa sangat yakin, dia merasa akan kecewa jika dia tidak mencobanya secepat mungkin.

"Aku tahu. Aku tidak bermaksud meragukan nona, aku tahu kemampuanmu, tapi bagaimana kalau 'mereka' sampai mendeteksi keberadaan mu dari itu." Leraen sangat cemas. Kecemasannya bukan tanpa alasan, karena dia merasa jika satu langkah salah, maka mereka hanya akan datang untuk mengacaukan semuanya. Saat ini kekuatan mereka bertiga belum cukup untuk menghadapi satu dari mereka.

Arghhhhh sial.

"Leraen itu ruang jiwa." Maksud Dragen, jika Amora melakukan semuanya di ruang jiwa, keberadaannya tidak akan terendus sama sekali.

"Aku tahu. Aku tahu itu ruang jiwa. Aku juga tahu bagaimana fungsinya, tapi kalau itu benar-benar yang kita cari selama ini, bahkan ruang jiwamu belum tentu mampu menahan energinya, bagaimana kalau energi itu bocor" suara Leraen melemah dia terdengar putus asa, wajahnya bahkan terlihat ketakutan. Dia terlihat sangat khawatir, bahkan Dragen pun ikut terdiam dan juga menatap Amora dengan mata gelisah, dia baru sadar akan hal itu.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang