#67.

544 51 0
                                    

-67-




.......
"kita tidak punya banyak waktu, keadaan Amora jauh lebih penting, tapi kita juga tidak boleh maju tanpa rencana yang matang. Semakin kita mengganggu mereka, mereka akan semakin mengekang Amora. Pergilah ke sisi sana" tunjuk Meera kearah kanan dimana ada batu besar di sana. "tidak ada cacing iblis di sana, tumbuhan yang bermutasi tidak mencapai titik ini, amati sekitarmu dari sana, aku yakin kamu memiliki penglihatan yang jauh lebih baik dariku."

Leraen mengangguk yakin, dengan cepat dia naik keatas batu itu dan menatap sekitarnya seperti yang Meera minta.

"Katakan padaku apa saja yang kamu lihat dari sana" pinta Meera masih dari tempatnya.

"Aku tidak terlalu yakin, di sini terlalu gelap juga berkabut, tapi aku melihat ada dua pohon besar tidak jauh dari sini, mungkinkah kita bisa mencobanya?"

Meera berpikir sejenak "setiap cacing iblis yang mengendalikan tumbuhan bermutasi itu memiliki celah tak tersentuh sekitar sepuluh sampai lima belas inci. Jaraknya terlalu kecil, tapi kalau kita bisa bergerak cepat sebelum radar itu mendeteksi kita, mungkin kita bisa melakukannya. Ini tidak mudah, kamu harus memperhatikan langkahmu agar tidak memancing yang lain."

"Hum? sepuluh sampai lima belas inci?, aku bahkan tidak yakin. Apa radar itu juga ada di udara?"

"Sayang nya iya, tapi hanya setinggi satu sampai dua meter saja. Selebihnya aman, karena radar lebih banyak tersebar di daratan."

Ini kabar baik, tapi Leraen tidak bisa terbang karena dia menggunakan kekuatan gelapnya untuk belum seberapa untuk terbang, kalau dia menggunakan kekuatan cahayanya, dia hanya akan mengundang semakin banyak bahaya.

"Atau kalau kamu percaya padaku, kita bisa menyelamatkannya bersama-sama." Ujar Meera tiba-tiba. Sebenarnya dia terdengar sedikit ragu, tapi matanya sama sekali tidak gelisah. Dia tahu Leraen juga memiliki keraguan, itu terlihat dari matanya yang terus mengamati dengan teliti.

"Caranya?" Leraen tidak tahu dia percaya atau tidak dengan Meera, dia tidak punya  banyak kesan tentang nya, tapi kesan-kesan yang dia punya bukanlah kesan yang buruk, walaupun Meera menyebalkan, dia pikir, Meera masih punya sisi yang bisa di percaya dan bisa di andalkan.

Mungkin.

"Serang hanya dalam waktu lima menit. lindungi aku, dengan halangi serangan yang lain, untuk yang satu itu, aku masih bisa melewatinya. aku janji aku akan menyelamatkannya secepat mungkin, kalau kamu percaya padaku."

"Apa kau yakin?"

"Sebenarnya ini pilihan bunuh diri, kalau kita mengandalkan celah sedikit itu, kita hanya akan memperingati lebih banyak dari mereka dan Amora akan semakin dalam bahaya. Atau kalau mau lebih cepat, ada yang lebih gila lagi."

"Jangan aneh-aneh"

Meera menggeleng "kita pergi bersama, aku akan menyerang tumbuhan itu, dan kamu harus memotong semua akar yang melilit Amora kurang dari satu menit, karena kalau lebih dari itu, aku tidak yakin aku bisa bertahan."

Leraen menghela nafas lelah, matanya kembali menatap Amora yang terlihat semakin pucat itu. "ayo lakukan. Kurang dari satu menit, aku akan melakukan yang terbaik." Pedang dengan cahaya biru gelap muncul di tangan Leraen.

Pedang itu serupa dengan pedang Amora juga Dragen. Pedang Amora adalah pedang alam semesta pada tingkat sempurna dengan warna putih bersih, tapi Amora belum bisa menggunakannya karena kekuatannya belum kembali bahkan se-persetengah nya.

Pedang yang ada pada Dragen adalah pedang matahari dengan warna keemasan yang khas seperti tanduk juga sisik wujud naga nya.

Lalu pedang yang ada di tangan Leraen sekarang adalah pedang bulan, dengan warna biru yang memancarkan aura dingin dan tenang.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang