#27.

1.9K 148 8
                                    

-27-

****Amora callista ifrya****




Tak lama setelah itu aura di ruangan itu semakin mencengkam, Amora menjadi lepas kendali akibat menahan amarah.

Luapan aura Amora membuat mereka semua tersentak, bahkan pangeran kedua yang beradu mulut dengannya tadi pun tidak bisa tidak mundur dua langkah dengan mulut bergetar menatap Amora yang terlihat berbeda.

"Sudah ku katakan bukan" kata Amora mulai terdengar tapi kali ini suaranya terdengar lebih pelan, dingin, datar, tajam.

wajah Amora yang tadinya sedikit tertunduk untuk menahan emosinya kini terangkat perlahan menampilkan sorot mata Phoenix, serta simbol naga berwarna hitam mulai muncul semakin jelas dikenangnya

"sudah ku katakan jika aku tak pernah menganggap diriku ini sebagai princess, bukankah sudah jelas tadi, kau mempertanyakan soal tata krama juga sopan-santun padaku, memangnya kau merasa kau berlaku sopan dan baik kepadaku selama ini, satu yang harus kau ingat aku bukanlah 'sampah' karena kalianlah sampah yang sesungguhnya."

"Kau membahas tentang diriku yang tinggal di hutan.....apa kalian semua lupa jika hal itu semua terjadi karena kalian semua kalian yang mengirimmu pergi, kalian yang membuang ku, kalian tidak pernah peduli dengan hidup dan mati ku, tapi masih berani-beraninya dengan tak tahu malu kalian meminta ku kembali dan memulai semuanya dari awal. Apa kalian masih memiliki otak untuk berpikir." Tubuh Amora sedikit bergetar, kedua tangannya bertumpu diatas meja.

"Sudah cukup semuanya......apa kalian pikir selama ini aku tidak bisa merasakan apa itu sakit hati, apa kalian pikir hidupku bahagia selama ini"

"Kau...kau selalu menyalahkan ku jika ada sedikit saja kesalahan walaupun itu bukan perbuatan ku, jika putri kesayanganmu itu mengadu dengan mengatakan jika aku telah menyakiti atau tak berlaku sopan kepadanya kau akan langsung menghukum ku tanpa mendengar penjelasan ku atau sedikit saja 'bertanya apakah itu benar?', kau yang selalu membuat aku mendapat hukuman, bahkan kau turun tangan langsung untuk memberiku ratusan kali cambukan. Walaupun-











Walaupun itu hanya kesalahan kecil yang bahkan perbuatan ku, kau dengan mudahnya menjatuhi hukuman untukku. Kau tidak pernah mengindahkan tangisan ku saat aku meminta ampun dengan punggung penuh luka, kau tidak pernah peduli dengan perasaanku, bahkan kau tidak pernah membiarkan tabib mengobati sakit ku.

Saat aku tidak bisa bangun dari tempat tidur selama sebulan karena luka di punggungku tidak di obati, bahkan aku hampir kehilangan nyawa karena demam tinggi saja kau masih tidak mau memberi sedikit herbal untukku.

Waktu aku jatuh dari tangga yang mengakibatkan kakiku cedera kau hanya menganggapnya hal biasa. Kau ingat apa yang kau katakan waktu itu" mata Amora menatap kaisar tanpa takut, dia tidak peduli dengan ekspresi kaisar yang tertengun "'kau mengatakan jika aku pantas mendapatkan semuanya, aku tidak berhak untuk hidup, adanya aku hanya membuat wanita mu pergi.'"

Amora terkekeh kecil saat mengingat bagaimana kaisar dengan dinginnya mendorong dia dari tangga dan mengucapkan kata-kata menyakitkan hari itu.

Walaupun hampir 5 tahun berlalu dari kejadian menyakitkan itu, lukanya tidak pernah mengering, dia tidak pernah bisa melupakan kata-kata kaisar saat itu.

"Kaisar kau dan anak-anak mu selalu menyalahkan ku saat mendiang permaisuri tiada, kau menanggap ku cela yang tidak seharusnya ada, kau menanggap ku kesalahan terbesar dalam hidupmu.

Tapi apa kau tidak sadar, kau lah yang menyakiti mendiang permaisuri. Kau bersumpah kalau kau begitu mencintai mendiang permaisuri, kau bersumpah tidak akan mengambil selir di samping permaisuri.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang