REVISI
****Amora callista ifrya****
"Ternyata sudah pagi,apa ini mimpi" tanya Amora pada dirinya sendiri, tapi saat matanya melihat tiba-tiba saja ada tato naga hitam di punggung tangannya juga tato dua pedang dengan tulisan-tulisan kuno berukuran kecil, di telapak tangannya "ternyata bukan mimpi"
Menghela nafas, Amora beranjak dari peraduan kecil miliknya untuk membersihkan diri, bersiap memulai hari pertamanya di pengasingan, tanpa seorangpun manusia lainnya.
Amora menjalani hari ini dengan apa adanya, memulai hidup baru di lingkungan baru, Amora memilih melihat sekitar tempatnya di asing kan untuk memahami medan sekitar.
Amora terus berjalan tetapi di semua tempat hanya hutan yang ia lihat, hingga entah sudah berapa lama Amora berjalan tak tentu arah. Amora kini berada tak jauh dari jurang pembatas hutan biasa dengan hutan terlarang di depannya.
Tanpa sadar hari sudah mulai gelap, saat Amora hendak kembali baru setengah perjalananya bulan merah sudah menunjukan dirinya di balik awan.
Rasa Panas kembali menyerang Amora secara membabi buta, awalnya Amora masih bisa menahan untuk memaksakan diri berjalan hingga panas itu semakin menyengat, Amora terduduk hingga terjatuh tak sadarkan diri ditengah hutan.
***
Tak jauh dari Amora yang tak sadarkan diri, ada dua orang pria berbeda umur. Tampaknya mereka melihat cahaya yang terang tadinya, hingga menuntun mereka menuju tubuh Amora yang tak sadarkan diri di tanah.
Saat itu Amora tampak tak baik-baik saja terlihat jelas raut wajah kesakitan serta peluh yang membasahi pelipisnya, ada darah yang keluar dari tubuhnya.
"Guru siapa itu, apa cahaya yang tadi kita lihat berasal dari orang itu" tanya pria muda itu menunjuk tubuh tak berdaya di tanah itu.
"Mungkin saja, coba kau lihat anak itu, apa dia masih hidup" pinta sang guru.
Pria itu lantas beranjak dan memeriksa keadaan gadis tak berdaya itu, sesuatu terjadi saat tangan pria itu baru saja menjamah tangganya kecil yang berlumuran darah. Sengatan panas yang tiba-tiba membuat pria muda itu sontak menghempaskan tangan kecil yang tadinya dia pegang
"Akhhhh....apa itu" tanya pria muda itu tak mengerti, matanya menatap kosong ke arah sosok Amora yang tak sadarkan diri.
tubuh kecil itu tampak meringkuk dalam diam, gaunnya yang semula putih, kini dihiasi dengan corak noda darah di mana mana, wajahnya tertutup oleh rambut perak nya hingga tak begitu tampak.
"Apa yang terjadi" tanya pria tua itu menghampiri pria muda yang kini terduduk memegangi tangannya yang tampak memerah seusai menyentuh tangan Amora tadi.
"Gu-guru aku tidak tahu, orang itu tidak dapat di sentuh, kulitnya sangat panas." ujar laki-laki muda itu meringis menatap tangannya yang langsung memerah seakan telah menyentuh api.
"Berikan tanganmu" pinta laki-laki tua itu lantas menarik tangan muridnya, dilihatnya tangan yang memerah itu dengan kening berkerut. Tampaknya ini cukup serius "sepertinya ini tidak baik" ujar guru itu lantas mengeluarkan eleman es nya memegangi tangan muridnya yang memerah seperti ingin melepuh.
raut wajah yang kesakitan mulai mengendur saat rasa dingin mulai menyelimuti tangannya. "Terimakasih guru"
"Berhati-hatilah" ujar sang guru.
Kedua orang itu kembali mendekati tubuh Amora yang masih meringkuk di tanah dengan aura yang berbahaya.
Guru yang sedari tadi diam mengamati berjongkok di depan tubuh tak berdaya itu, dengan hati-hati menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA CALLISTA IFRYA ✓
Fantasy(THE STORY IS REAL MY KARYA) _________________________________________ Amora dengan beberapa cerita yang terlupakan. Dari beberapa kehidupannya, dia sudah menjalani banyak versi hidup. Mulai dari menjadi putri yang paling di jaga, menjadi nona muda...