#51.

928 75 1
                                    

-51-






...........
Putra mahkota menghela nafas berat, tadi setelah kaisar mengadakan rapat dengan para pilar kekaisaran, dia diminta datang untuk menghadap. Dia mendapat banyak informasi, tapi dia terlalu lelah untuk memikirkan itu sekarang.

"Anda baik-baik saja yang mulia?" Tanya seorang pria dengan jubah hitam yang berdiri tak jauh dari meja belajar sang putra mahkota.

Memijat pangkal hidungnya, putra mahkota menjawab "entahlah, akhir-akhir ini banyak kasus yang terjadi. Ayah kekaisaran membuatku ikut pusing memikirkan itu." Keluhnya.

"Ah iya, Menurutmu dari kasus-kasus itu, mana yang lebih masuk akal menjadi kunci penyebaran itu?" Tanya putra mahkota.

"Apa yang anda pikirkan yang mulia?"

"Jawab saja. Dari semua kasus itu, mana yang menurutmu adalah kunci utamanya?" Desak putra mahkota.

Menghela nafas, pria berjubah hitam itu ragu-ragu untuk angkat suara "Kupikir itu seharusnya adalah kasus dari desa pesisir. Meski jaraknya terlalu jauh, tapi penyebaran itu cukup pesat. Di sana tidak memiliki pola penyerangan, semua kalangan menjadi koban, bahkan bayi, dan manusia fana tanpa basis kekuatan, sedangkan di tempat lain korbannya adalah para praktis yang masih perawan."

"Kau benar, di desa pesisir kejadiannya lebih kejam, aneh karena tidak hanya energi spiritual nya saja yang hilang, bahkan cairan di tubuhnya ikut mengering." Putra mahkota memiliki tugas untuk membantu raja. Bisa di bilang, ini sama dengan pelatihan sebelum nanti mengambil tahta secara resmi.

Kaisar Handes akan memintanya untuk mendengarkan kasus demi kasus yang terjadi di kekaisaran sejak dia berusia 17 tahun. Ini akan membuatnya terbiasa dan bisa bersikap lebih efektif kedepannya. Tak jarang dia juga ikut pusing, walaupun pada akhirnya bukan dia yang menyelesaikan semuanya, itu masih membuatnya lelah.

Oh iya dia juga belajar banyak dari Archduke Fillias. Pria tua itu dingin, praktis kuat, dia juga satu dari beberapa tuan kuat. Archduke sudah seperti seorang guru bagi putra mahkota juga pangeran kedua. Archduke itu yang mengajarinya berpikir jauh, bersikap tenang, dan merincikan semuanya.

Dia bisa, walaupun kecepatannya masih lamban, itu sudah lebih cukup. Dari lima kasus yang diminta kaisar untuk dipimpinnya, 3 berhasil tanpa cacat, 1 berhasil walaupun lamban, dan satu hampir saja gagal dan bahkan dia hampir kehilangan nyawanya saat menyelesaikan kasus itu dulu.

Dia di tempa dengan baik. Dia harus kuat, cerdik, cukup licik dan tegas. Intinya dia harus bisa mengambil tahta dan menjadi kaisar yang cakap dalam memimpin rakyatnya jika waktu itu tiba.

"Mereka menyinggung soal iblis dan penyihir hitam, aku sudah membaca beberapa berkas mengenai hal itu. Kedengarannya memang masuk akal, tapi mencari buktinya tidak akan mudah."

"Anda bisa mencobanya perlahan yang mulia."

"Tidak ada banyak waktu, jika aku tidak berpikir sekarang bersama ayah kekaisaran, aku pikir tidak akan lama sampai kasus-kasus itu juga terjadi di kekaisaran ini. Bagaimanapun empat kerajaan adalah bagian dari kekaisaran utama. Kita benar-benar harus menyelesaikannya secepat mungkin, jika ini bertambah kacau, fokus semua orang akan terpisah."

"Kaisar sudah mengirim beberapa orang ke desa pesisir kemarin, kami akan mendapat beberapa informasi nanti." Ujar pria berjubah hitam itu tenang.

"Ayah kekaisaran memang mengirim beberapa orang kuat ke sana, tapi bagaimana jika mereka tidak sempat melapor." Serkas putra mahkota sengit.

"Maksud anda yang mulia?" Tanya pria berjubah hitam itu bingung.

"Bagai mana kalau mereka juga menjadi korban di sana, mereka tidak tahu apa yang mereka kunjungi." Yah itu tidak salah. Bisa saja orang-orang itu kehilangan nyawanya sebelum mereka mendapat jawaban. Beberapa kasus seperti menular, tapi kasus di desa pesisir memang terlihat aman, tapi itu adalah yang paling berbahaya.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang