-14-
****Amora callista ifrya****
Setelah selesai pelelangan, Amora juga Allan langsung kembali menuju penginapan. Tadi keduanya pergi tanpa memberitahu rekan maupun guru, memang tidak akan ada bahaya, tapi Amora tahu sikap guru-gurunya itu, belum lagi Amora berada di tempat yang berbahaya sekarang, mungkin mereka akan cemas mencari keberadaannya.
"Princess dari mana saja Anda" tanya guru Yen yang tampak khawatir, bagaimana tidak khawatir, dia sudah mencari keberadaan kedua muridnya itu, sayangnya tidak satupun tahu keberadaan keduanya.
Amora tersenyum kecil, dia membuka topeng peraknya dan menjawab "Ah maaf guru tadi saya hanya berjalan di sekitar kota anda tidak perlu terlalu cemas, tidak ada yang mengenali saya sekarang, lagian saya tidak pernah keluar selama di sini" dulu saat masih tinggal di kekaisaran, Amora hanya tinggal di kediaman tua itu, tidak tampil di depan umum, apalagi melangkahkan kaki keluar istana, sekalinya keluar dia malah di lemparkan ke hutan yang jauh.
Miris memang tapi begitulah adanya. Perkataan Amora membuat guru Yan menghela nafas "tidak masalah princess, saya hanya khawatir saat tidak melihat anda di tempat. Walaupun ini adalah tanah kelahiran anda, tidak menutup kemungkinan jika tempat ini jugalah tempat paling berbahaya untuk anda."
Amora mengangguk "lain kali saya akan berbicara ketika akan pergi" dia memang salah karena tidak meminta izin, setidaknya jika dia pergi mereka mengetahuinya, jika terjadi sesuatu yang tak terduga, dia masih memiliki mereka untuk membantunya.
"Maaf guru murid ceroboh, tadi saya yang membawa yang mulia untuk pergi ke luar." Ujar Allan yang juga merasa bersalah. Allan melupakan fakta jika tempat ini tidaklah aman untuk Amora, bahkan tempat inilah yang paling berbahaya walaupun dia berasal dari sini.
Allan juga mengingat kejadian di pelelangan tadi, dia dan Amora bertemu dengan anggota kekaisaran, mereka memang tidak mengenal Amora terlebih lagi sosok Amora yang berbeda, namun tidak bisa dipungkiri jika ada sepasang mata yang Allan tangkap tengah menatap Amora dengan rumit.
Sosok Amora memang tersembunyi dengan tudung putih yang menutupi keseluruhan rambutnya juga topeng yang menutup setengah wajahnya, bukan tidak mungkin akan ada yang menyadarinya nanti.
Untung saja pertemuan tadi hanya pertemuan singkat, tidak banyak percakapan. Kedua belah pihak tampak tidak tertarik satu sama lain, Amora yang dingin serta acuh tak acuh, berhadapan dengan pangeran mahkota yang terlihat tidak suka dan angkuh?, mungkin karena cincin yang mereka perebutkan tadi dimenangkan oleh Amora, tapi meskipun ketidak sukaan yang terlihat sangat jelas, putra mahkota masih memiliki otak untuk tidak mencari masalah.
Guru Yen menatap Allan "Hah baiklah, lain kali jangan pergi tanpa bicara, kamu tidak boleh ceroboh ingat itu"
"Baik guru" jawab Amora juga Allan serempak.
Puas dengan persetujuan dua muridnya, guru Yan mengangguk ringan "apa kalian berdua sudah makan?"
"Belum guru, saya akan mencari makan nanti"
"Tidak perlu, saya sudah siapkan makanan untuk anda dan pangeran, silahkan anda makan lebih dulu lalu pergilah istirahat"
"Baiklah guru terimakasih"
"Iya"
****Amora callista ifrya****
Malam sudah mulai larut, dan tentu saja saatnya untuk Amora dan yang lainya beristirahat, tetapi Amora lebih memilih untuk kembali ke ruang jiwanya karena dia ingin melihat isi cincin itu. Amora sudah menunggu dari tadi, karena sumpah dia sangat penasaran dengan cincin yang terasa sangat dingin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA CALLISTA IFRYA ✓
Fantasy(THE STORY IS REAL MY KARYA) _________________________________________ Amora dengan beberapa cerita yang terlupakan. Dari beberapa kehidupannya, dia sudah menjalani banyak versi hidup. Mulai dari menjadi putri yang paling di jaga, menjadi nona muda...