#37.

1.5K 120 6
                                    

-37-







........
Di sisi lain, saat terhitung sudah satu bulan lebih Amora pergi untuk tinggal di luar engah di mana, kesepian dan kerinduan menghampiri seorang pria yang kini tengah duduk diam menatap langit senja.

Semenjak perpisahan mereka di kota kekaisaran hari itu, kini menatap senja menjadi pelepas harinya.

Entah bagaimana bisa gadis itu selalu menghantui pikiran serta mimpi-mimpi pemuda itu.

Menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya pikirannya kini tengah berkecamuk tak tentu arah, dia pun bingung akan keadaanya saat ini.

"Sedang memikirkan sang princess Hem.... " Tanya serkas suara lembut namun renyah dari belakang pria itu

Pria itu memutar tubuhnya guna menatap orang yang berbicara itu, memang suara itu sudah sangat dia hafal.

"Diamlah Gezana kau menggangguku" gerutu Allan mengalihkan pandangannya kembali menatap langit senja.

Gezana terkekeh pelan melihat tingkah sahabatnya itu menurutnya pria itu sangat lucu, ekspresi gundah di wajahnya sangat jelas, dia tidak tahan untuk tidak menggoda sahabatnya itu.

Beberapa waktu belakangan ini Gezana sering melihat Allan terduduk diam di tepi danau saat sore tiba, dia akan menatap senja untuk beberapa saat dengan pandangan rumit. Tidak banyak yang dia lakukan, karena kegiatannya tidak jauh dari duduk menatap langit, termenung, bermain dengan setangkai bunga mawar putih, dan esok pun akan seperti itu.

Allan itu tipe laki-laki yang dingin namun juga hangat menurut Gezana, dari apa yang dia lihat selama ini, Allan tidak banyak bicara dengan orang luar. Amora adalah satu-satunya gadis yang bisa menarik perhatian Allan dengan sekali pandang. Tapi apakah itu cinta pandangan pertama?.

Gezana ingat, Allan adalah orang yang menemukan Amora dulu, Gezana bertanya-tanya apakah Allan jatuh cinta? atau sekedar rasa penasaran semata.

"Owh ayolah Allan......ku perhatikan beberapa waktu belakangan ini semenjak dia pergi sikap mu menjadi lebih dingin terhadap sekitar, kau menjadi sering melamun dan sepertinya kau mulai menyukai langit senja, kau jatuh cinta kepada princess itu" goda Gezana, setelah mendudukkan tubuhnya di samping Allan.

Allan mendengus kasar sungguh Gezana adalah seseorang yang terlalu peka tetapi terlalu ikut campur masalahnya.

"Diamlah Nadia"

"Allan kau mungkin bisa mengelak dari dirimu sendiri dan orang lain tetapi tidak dengan ku,sekalipun kau mengatakan tidak seribu kali matamu menjawab dengan jujur, dan jawaban itu 'iya' 'ya' dan 'iya' " kata Gezana sambil tersenyum cerah tangannya menepuk pelan pundak pria itu.

"Hufh........"menghela nafas pelan "kau tau Ge" Allan melirik Gezana sekilas dan nampak gadis itu mengangkat satu alisnya tanda tak mengerti, lantas pria itu kembali mengalihkan perhatian ke langit sore "aku tak tau apa yang sebenarnya ku rasakan.....hanya saja....bersamanya aku merasa ada hal yang berbeda, dia menarik tak seperti gadis lain, kau tau maksud ku bukan" sambung Allan pelan. Sebulan ini Allan tengah bertarung dengan hati dan logikanya, dia mencari alasan mengapa jantungnya berdegup lebih kencang saat bersama gadis itu. Awalnya Allan pikir itu hanya sekedar gugup karena bertemu orang baru, tapi tampaknya tidak seperti itu, dia sadar saat bersama Amora jantungnya berdegup lebih kencang, saat melihat Amora tersenyum tubuhnya terasa panas, saat mendengar gadis itu berbicara hatinya terasa bergejolak, saat gadis itu ada di dekatnya dia tidak bisa tidak tersenyum. Apa itu hanya sekedar rasa tertarik?.

Gezana menganggukkan kepalanya pelan berusaha memahami Allan, pandangannya juga terangkat menatap langit senja yang terlihat indah dan menenangkan. Tanpa sadar Gezana juga tersenyum tipis, "Ya aku tau itu Allan, aku tau itu dia memang berbeda dari gadis lainnya, dia istimewa dengan sinarnya. aku saja iri akan dirinya tetapi aku juga sangat menyukainya. Kau tau dari awal aku melihatnya aku sudah lebih dulu tertarik bahkan sampai terpesona olehnya, mulai dari kecantikannya yang alami, hatinya yang lembut meski terkadang terkesan dingin, dia selalu peduli dengan orang terdekatnya, dia yang ambisius dengan caranya, dia tangguh dan menakjubkan" Gezana tersenyum kecil mengingat pertemuan pertamanya dengan Amora. Ah saat sosok itu baru saja dibawa kembali dalam keadaan mengenaskan, Gezana yakin rasanya pasti sangat sakit karena tubuh Amora penuh luka, darah bahkan membasahi gaun sederhananya. Sosoknya terlihat rapuh dan menyedihkan, namun saat dia bangkit, dia akan terbang tinggi meski dengan sayap terluka.

"jika aku seorang pria sepertimu maka sudah pasti aku akan mendapatkan dia dengan segala usaha, karena bagiku dia pantas untuk di perjuangkan. tak ayal banyak pria yang menyukainya hanya saja gadis itu terlalu polos akan perasaan yang seperti itu, atau bahkan tidak perduli dengan cerita romansa." Gezana terkekeh geli saat dia ingat bagaimana Allan yang di buat merona oleh seorang yang tidak tertarik dengan cerita romansa. Waktu itu, Allan bahkan terlihat seperti nona muda yang sedang jatuh cinta pada tuan tampan yang tidak mengerti romansa. Sangat manis.

Allan ikut tertawa karena nya, jujur saja saat mengingat kejadian di mana gadis itu membuatnya merona dia akan selalu tak habis pikir. Ada rasa tidak percaya juga malu kala mengingatnya, itu pengalaman baru baginya.

sedari dulu Allan Tyzi sudah di kenal sebagai pria yang dikagumi banyak wanita dan dapat membuat wanita terpesona hanya dengan tatapan saja. Tapi dia bahkan tak pernah sekalipun merasa tertarik, namun sekarang gadis itu datang gadis yang akhirnya bisa membuatnya seperti seorang gadis yang sedang malu-malu di hadapan kekasihnya, sungguh itu bukanlah dirinya, jika saudara-saudaranya sampai tahu, Allan tidak tahu akan di letak di mana wajahnya. Apalagi kalau sampai sepupunya tahu, mungkin dia akan di goda habis-habisan.

"Ah ya Allan ......ku rasa kau Dan dirinya cukup cocok, hanya saja jika kau ingin mendapatkannya kau perlu menyiapkan mental Allan. dia benar-benar gadis yang terlalu polos untuk urusan perasaan, kau perlu belajar banyak cara untuk membuatnya peka akan perasaan mu" tambah Gezana menghentikan kekehan nya berserta Allan.

Mendengar kata-kata gadis itu Allan mengerjakan matanya berkali-kali tak mengerti "apakah aku benar-benar mencintainya Gezana" tanya Allan masih tak yakin. Dia selalu mempertanyakan itu, tapi dia tidak bisa mendapatkan jawaban yang dia mau. Dia ingin percaya jika dia akhirnya jatuh cinta, tapi gadis itu terlihat tidak tertarik. Bukan Allan tidak mau berjuang, dia bahkan tidak masalah untuk terus mengejar dan menunjukan dirinya, tapi dia bingung harus mulai dari mana. Dia tidak mau nanti gadis itu menjauh karena merasa tidak nyaman dengannya.

"Aku tak bisa menjawabnya Allan hanya kamu dan hatimu lah yang tau kepastiannya. Aku sarankan kamu untuk bertanya pada dirimu sendiri, jangan selalu menyangkal hatimu, kau tidak akan tahu jika nanti kesempatanmu ternyata hilang. Jika kau mencintainya maka kamu mencintainya, perjuangkan dia dan kejar dia sebisa mu. Kamu bebas memperjuangkan hatimu, tapi kamu juga harus tahu kapan waktunya berhenti jika kamu tidak ingin kehilangan semuanya."

"Apa maksudmu?"

"Rasakan, pahami, berjuang, bertahan, melepaskan, merelakan. Kamu akan tahu itu nanti."

"Kau berbicara seperti kau pernah jatuh cinta daka" ejek Allan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kau cukup pahami saja hatimu, dengarkan kata hatimu berbicara, apa yang selalu kau pikirkan sedari beberapa waktu lalu dan apa yang kau rasakan saat bersamanya atau hanya mengingatnya saja. Jangan mengejek ku, kau bahkan lebih parah dari ku" jelas Gezana sambil menepuk pundak pria itu dua kali lantas meninggalkan nya dalam gelutan pikiran.

"Aku dengan tulus berharap agar kamu selalu bahagia Allan walaupun bahagia mu bersamanya bukan aku, aku sadar dia jauh lebih pantas untukmu. Semoga kamu menyadari perasaan mu lebih cepat, kamu mencintainya. berjuanglah untuk kebahagiaanmu, jika kamu lelah, aku akan berusaha menjadi tempat untukmu beristirahat, aku akan selalu ada di belakangmu.








Aku mencintaimu..." Nadia membatin lirih di akhiri dengan senyum getir. Dia tidak tahu jika ini akan semakin menyakitkan. Dia ingin egois, tapi saingannya saja membuatnya kalah sebelum berjuang.

Dia lebih cantik darinya meski semua wanita memiliki gaya dan kecantikan yang berbeda.

Dia lebih kuat, dia lebih menarik, dia lebih segalanya.





















AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang