#56.

736 53 0
                                    

-56-






"haruskah kita pergi?" Tanya Amora meminta pendapat pada Leraen yang duduk dengan buku di tangannya.

"Jika kamu siap, kita akan pergi. Tapi tenang saja, aku tidak akan memaksamu jika kamu tidak mau." Ujar Leraen ringan sambil membalik halaman bukunya.

Dragen yang duduk di sampingnya dengan sepoci teh pun ikut melirik kearah Amora "kita tidak akan pergi kalau kamu tidak siap, tempat itu berbahaya namun juga penuh keuntungan. Mental dan keyakinan mu harus cukup kuat untuk bisa mengendalikan kekuatan mu sendiri."

Menghela nafas, Amora memijat pangkal hidungnya "aku memang pengecut karena tidak berani menyentuh langkah itu. Aku tahu harusnya aku tidak takut karena itu ada dalam tubuhku dan akulah pemiliknya, hanya saja rasa cemas terkadang membuatku semakin lemah."

"Kamu tidak sepengecut itu kamu juga tidak lemah, kami percaya padamu. Kamu takut karena kamu belum terbiasa di kehidupan ini."

"Memangnya di kehidupan ku sebelumnya aku juga memiliki kekuatan ini?" Tanya Amora bingung.

Dia belum mendapatkan seluruh ingatannya, katanya ingatan itu akan kembali seiring berjalannya waktu.

Yang sudah dia ingat sejauh ini hanya cara berkultivasi, beberapa jenis jurus dan cara menggunakan senjata, beberapa resep ramuan hingga cara meramu obat-obatan, ah iya dia juga sudah mengingat Tentang pertemuannya dengan Dragen dan Leraen di kehidupan nya dulu.

Terasa aneh tapi familiar, dia merasa terikat dengan keduanya walaupun mereka asing di pandangan pertama, tapi setelah mendapat ingatan itu, dia akhirnya tahu darimana rasa akrab itu.

Beberapa hal akhir-akhir ini terasa seperti Dejavu, dia tidak banyak mengingat kejadiannya tapi mulai mengingat apa yang bisa membantunya.

Dia bahkan tidak kesulitan saat memahami buku baru, karena hanya dengan sekali baca, informasi baru akan langsung melekat didalam lautan kesadarannya dan dia bisa mempraktekkan apa yang dia pelajari tanpa kesalahan sedikitpun.

Kekuatannya saat ini, dia seringkali merasa Dejavu, itu salah satu alasan mengapa dia cepat menyesuaikan diri. Tapi mengenai kekuatan gelap, dia tidak memiliki kesan apapun, itulah yang membuatnya takut dan ragu melangkah.

Dia tidak memiliki panduan ataupun rasa pengalaman, dia tahu kekuatan itu berbahaya, jika dia jatuh, tidak ada kesempatan untuk kembali karena satu langkah salah, hanya kehancurannya lah yang akan menyapanya.

Mata Dragen berkedip, dia menatap Amora lalu melirik Leraen yang kini sudah menutup bukunya.

"Itu...." Kening Dragen berkerut karena tidak tahu harus berkata apa "maaf tapi aku tidak ingat apa-apa, sebagian ingatan ku juga tersegel bersama kekuatanku saat aku tertidur menunggumu terlahir kembali. Kurasa Leraen juga sama."

"Aku memang tidak ingat kalau kamu memiliki kekuatan gelap di kehidupan sebelumnya, tapi satu rak paling pojok di perpustakaan jiwa ada banyak buku-buku dengan tema itu. Seingat ku ruang jiwa itu terbentuk karena jiwamu sendiri dan kamu jugalah yang membawa barang-barang itu masuk. Tidak ada yang bisa membawa barang kesini selain pemiliknya, selain itu aku dan Dragen, jelas tidak pernah membawa barang seperti itu ke sini, dan hanya ada kita bertiga dimensi ruang jiwa ini. Karena buku-buku itu, aku jadi berpikir mungkin kamu pernah mempelajari itu dulu karena semua yang ada di sini adalah benda-benda yang kamu perlukan."

"Terdengar masuk akal, tapi aku benar-benar tidak pernah merasa akrab dengan itu seperti aku merasa familiar dengan kekuatan cahaya ku."

"Sebaiknya kamu pergi ke perpustakaan untuk memeriksa buku-buku itu sendiri. Ruang jiwa ini terlalu luas, akan menghabiskan banyak waktu untuk mencari jawabannya di sini. Yang jelas, buku-buku itu ada di sini bukan tanpa alasan, karena itu sangat mungkin memiliki hubungan dengan kekuatan mu itu." Saran Leraen.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang