#54.

784 58 0
                                    

-54-




.........
Di sisi lain, tepatnya di area pelatihan beladiri ada Riku dan Juan yang tengah memimpin dua kelompok orang untuk berlatih berpedang dan beladiri tanpa senjata.

Suara riuh orang-orang yang berlatih membuat suasana yang panas terasa sangat hidup. Teriakan dan dentingan pedang mengalun memenuhi udara.

Dari jauh Amora juga mendengar suara mereka yang tengah berlatih. Dia percaya pada Juan dan Riku jadi dia hanya pergi menemui dua orang yang sempat mereka selamatkan beberapa hari yang lalu.

Kembali ke tempat pelatihan, di sisi kiri Juan memimpin pasukannya berlatih dengan pedang.

Suara dentingan pedang terdengar berpacu dengan teriakan kelompok Riku yang berlatih seni beladiri di sebelah kanan terdengar sangat jelas di sana.

Para wanita juga berlatih di sana, tidak ada perbedaan sama sekali. Disini mereka di tuntut untuk menjadi tangkas, cekatan dan kuat, untungnya tidak ada yang manja.

Wanita-wanita itu memiliki penampilan lembut dan indah, tapi kekuatan dan daya tahan mereka bahkan tidak lebih lemah dari para pria di camp.

Situasi ini mungkin karena sumberdaya dan jenis pelatihan yang tidak pernah di bedakan sedikitpun jadi sedikit demi sedikit mereka tumbuh bersama secara perlahan.

Kekuatan orang-orang ini memang masih kecil, tapi perkembangan mereka cepat. Mereka cepat belajar dan mengembangkan diri mereka sendiri.

"Angkat pedang mu sedikit lebih tenggi. Pegang pedangnya dengan kuat, jangan kaku, fokuskan matamu untuk mengamati langkah lawan, dan gunakan telinga mu untuk mendengar suara angin.

Kalau kamu bisa mendengar suara angin, kamu tidak harus melihat lawan untuk melawan. Pastikan titik serangan mu adalah titik Fital lawan agar tidak memakan waktu lama dalam pertarungan." Suara Juan memberi instruksi dengan mata menatap tajam puluhan orang-orang yang tengah berlatih.

"Fokuskan kekuatanmu pada tangan dan kaki mu biarkan tubuhmu bergerak bebas dengan semua kekuatan itu. Kuda-kuda harus cukup kokoh, jika tidak kamu akan jatuh setelah satu atau lebih serangan.

Jika tidak bisa melawan, menghindar bukan kekalahan. Selama menghindar pastikan untuk menilai pergerakan lawan, jika ada celah maka serang itu selagi ada kesempatan, jangan pernah ragu ataupun terprovokasi." Suara Riku juga terdengar dari kejauhan.

Kepalanya mengangguk melihat sekelompok orang yang berlatih keras di sana. Gerakan mereka fasih dan lentur, daya sedang mereka sudah cukup memuaskan.

Gerakan mereka teratur dan seirama, lama kelamaan gerakan itu semakin cepat dan tajam. Liat mereka tidak perlu waktu lama untuk belajar, selama mereka mau, mereka pasti bisa.

Fokusnya sekarang adalah meningkatkan kekuatan dan kecepatan daya serang. Jika di lihat dari kemampuan mereka,  tidak akan lama untuk menciptakan orang-orang yang mampu.

Mata Juan menyipit mengamati gerakan orang-orang yang berada di bawah pelatihannya, gerakan mereka halus, tebasan pedang itu tajam dan memiliki irama mistik yang aneh namun kuat.

Mereka seakan-akan terakhir karena tidak ada celah sedikitpun dari gerakan selaras itu, mereka seakan-akan memiliki satu pikiran yang mendiami puluhan tubuh berbeda.

Di sisi Riku juga tidak kalah menariknya. Gerakan orang-orang di sana tenang dan gesit, tidak menimbulkan banyak suara namun menghasilkan daya serang yang jauh lebih kuat.

Jika di pertarungan asli, kalau mereka bisa memanfaatkan kelebihan ini, mereka akan menang bahkan sekalipun lawan lebih kuat.

Latihan ini berfokus pada cara menghindar untuk menilai lawan, lalu gerakan akan berbuah memberi kejutan, karena gerakan yang awalnya tenang akan berubah semakin tajam sebagai time untuk menyerang.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang