-48-
........
Dua hari berlalu. Di ruang jiwa, Amora yang semula tertidur akhirnya kembali membuka mata.Keadaannya masih lemah, wajahnya putih pucat, dia terlihat tidak memiliki darah.
Di sampingnya, Dragen tersenyum lega melihat sang nona akhirnya bangun.
"Aku tidak apa-apa Dragen, kamu bisa tenang sekarang." Ujar Amora tulus. Seutas senyum lembut terukir di bibir pusatnya.
"Bagus kamu bangun. Aku akan mati khawatir, beruntung sekali kamu sempat membuat pil itu sebelumnya. Dan yang paling penting, kamu baik-baik saja, kekuatan kegelapan itu memang melukaimu tapi tidak berefek fatal karena kamu juga memiliki kekuatan serupa." Dua hari ini, Dragen tetap menemani Amora, sesekali dia akan bergiliran dengan Leraen untuk membagi energi spiritual mereka pada Amora agar mempercepat penyembuhan gadis itu.
"Itu ceroboh, tapi setidaknya aku bisa memaksa mereka pergi." Gumam Amora mengingat pertarungan terakhir.
Dragen mengangguk menyetujui "kau benar" menghela nafas kecil "kau tahu aku dan Leraen sangat khawatir, harusnya kau tidak terlalu memaksakan diri. Beruntung fisik mu istimewa, kalau tidak, dengan kekuatan mu, dengan cedera itu, kamu akan menghabiskan setengah tahun di tempat tidur atau paling parah kau akan kehilangan nyawamu."
"Aku tahu kau khawatir, itu terlihat jelas di alis mu. Karena aku tahu fisik ku istimewa, aku harus memanfaatkannya. Anggap saja pertarungan hari itu sebagai pengalaman, aku tidak tahu apakah aku akan bertemu dengan orang itu lagi atau tidak, dan yah sebagai seorang praktis, akan ada praktis yang lebih kuat nantinya. Tidak tahu itu lawan atau kawan, kita akan tahu saat kita bertemu nanti.
Terluka kali ini tidak terlalu buruk, kemampuan menyembuhkan diriku lamban karena aku jarang terluka.
Aku tidak memiliki pengalaman jelas, aku hanya berada di isolasi, mempelajari beberapa jurus, dan berlatih sendiri.
Aku memerlukan pertarungan yang sesungguhnya untuk tumbuh, semakin sering aku bertarung semakin bagus juga tingkat ku. Kalian tidak ingin kan mengikuti orang yang hanya pandai berpikir tapi tidak pandai bertindak." Amora perlu pengalaman.
Kejadian hari itu memang ceroboh karena celah nya dan lawan sangat jauh, dia memang berhasil melukai lawan, tapi lukanya juga lebih besar. Bahkan hampir fatal.
"Kamu bisa tumbuh perlahan. Kami akan menunggumu. Pengalaman memang pelajaran terbaik, tapi aku dan Dragen mampu menjagamu selagi kamu berkembang. Kami akan menjadi perisai dan pedang mu sampai sayap mu cukup kuat untuk terbang tinggi." Ujar Leraen yang tiba-tiba datang dari pintu.
Pria itu berjalan dengan langkah pelan, matanya menatap Amora penuh keyakinan.
Amora bersyukur memiliki dua kontrak seperti mereka. Dia cukup kuat untuk menjadi rekan keduanya, dia tidak ingin menjadi bayi kecil yang di lindungi. Dia tahu dia belum cukup mampu, sayap nya belum sepenuhnya tumbuh, tapi dia akan mencoba. Dia merasa mendapat panggilan untuk pergi, dia harus melihat dunia dan mengasah dirinya sendiri.
"Aku tahu itu. Kalian kuat, kalian hebat, dan kalian berdua lebih dari cukup untuk melindungiku. Aku menghargai itu, tapi kalian juga tahu kan, kuat dan kuat itu beda. Kuat karena kekuatan dan kuat karena pengalaman itu jelas berbeda. Kalau aku kuat, itu hanya akan menjadi kuat. Tanpa pengalaman aku masih akan kalah walaupun kekuatanku melebihi lawanku. Jangan memanjakan ku, percayalah padaku, aku akan membuktikan kalau aku mampu, dan caraku benar." Seru Amora bersungguh-sungguh.
"Aku hanya tidak ingin kau terluka." Gumam Leraen yang membuat Amora tersenyum lebar.
"Tidak terluka itu mustahil Leraen, aku bukan putri lemah-lembut. Aku sudah sering terluka, fisik ku sudah terlatih dengan beberapa pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA CALLISTA IFRYA ✓
Fantasy(THE STORY IS REAL MY KARYA) _________________________________________ Amora dengan beberapa cerita yang terlupakan. Dari beberapa kehidupannya, dia sudah menjalani banyak versi hidup. Mulai dari menjadi putri yang paling di jaga, menjadi nona muda...