#87.

408 32 1
                                    

-87-






Di gedung, Juan terlihat khawatir saat melihat keadaan Leraen yang terlihat semakin pucat. Juan bahkan sempat tidak bisa merasakan nafas Leraen, tapi untungnya semua tidak semakin memburuk.

Dengan bantuan orang-orang yang ada di gedung, Juan sibuk menghangatkan tubuh Leraen dengan menempatkan beberapa kristal api di sekeliling ruangan.

"Bagaimana ini, apa aku harus pergi melihat mereka?" Tanya Rayle setelah membantu Gejal dan Juan menambah beberapa kristal api.

Ruangan ini terasa sangat panas sekarang, tapi ruang di sekeliling tubuh Leraen masih terasa dingin, dan jelas itu membuat mereka bertiga kewalahan.

"Seharusnya kita memang kembali, tapi Riku memberi berita kalau ada sekelompok iblis yang menyerang. Kita tidak bisa kembali sekarang"

"Kenapa tidak?, Bukannya kalau kita kembali, kita bisa membantu?"

"Semuanya tidak semudah itu Rayle, kalau itu hanya 'serangan' mungkin akan baik-baik saja, tapi bagaimana kalau itu rencana terselubung mereka."

"Aku hanya khawatir" ujar Rayle lemah. Dia dilanda perasaan cemas sekarang. Dia memikirkan bagaimana keadaan rekan-rekannya yang masih ada di lingkungan sihir.

"Kita semua khawatir, tapi lebih baik kita melakukan apa yang bisa kita lakukan di sini, kita harus bersiap untuk yang terburuk." Juan tahu bagaimana perasaan Rayle, karena dia juga sama khawatirnya.

"Baiklah. Sekarang apa lagi?"

Juan dan Gejal menatap kearah Leraen yang masih terlelap? Tidak sadarkan diri.

"Mari kita menunggu. Aku akan turun untuk melihat lagi apakah ada obat yang bisa membantu" ujar Gejal.

"Baiklah"


..........


Pintu ruangan Amora terbuka. Bin, Riku dan 018 semakin dikejutkan dengan gelombang dingin yang menusuk.

"Astaga" 018 merasa tubuhnya akan jatuh, jika saja Riku tidak menahannya.

"Ini sangat dingin" ujar Bin sambil menggosok-gosok kan kedua telapak tangannya. Tapi itu hanyalah hal yang percuma, karena dia sama sekali tidak bisa merasakan jejak kehangatan di sana, walaupun hanya sedikit.

Dia bahkan ragu, mungkin saja nafasnya juga ikut membeku karena embun dingin.

"Ayo masuk" ajak Riku.

018 dan Bin menangguk. Mata ketiganya menyipit melihat isi keseluruhan ruangan yang benar-benar sudah berubah menjadi es secara keseluruhan. Bahkan lapisan es di ruangan ini jauh lebih tebal daripada di depan.

Mereka terus memasang posisi waspada sampai mata Bin menangkap sosok Amora dan Dragen.

"Itu tuan Dragen" ujarnya.

Riku menoleh dan menyipitkan matanya. Setelah melihat dengan yakin, Riku bergegas menghampiri Dragen dan juga Amora.

"Ayo bawa nona dan tuan Dragen keluar" putus Riku.

Bin dan 018 menangguk. Keduanya bergegas berusaha menopang tubuh Dragen.

Harusnya mereka tidak akan kesusahan untuk membawa Dragen keluar karena mereka bisa menggunakan kekuatan mereka, tapi mereka sudah terlalu banyak menggunakan kekuatan spiritual mereka jadi untuk menghemat energi yang tersisa, mereka harus menopang Dragen sebisa mereka.

Tubuh Dragen tidak besar, tapi dia memiliki postur tubuh tinggi. Bin juga memiliki postur tubuh tinggi, harusnya dia tidak akan kesusahan, tapi tubuhnya juga mulai terasa lemas karena terlalu lama terserang dingin. 018 juga lebih parah lagi.

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang