#38.

1.5K 122 4
                                    

-38-



......
Gezana terus berjalan menyusuri jalanan Sakte, pandangannya kosong seakan-akan jiwanya tak di sana, karena itu dia tidak menyadari jika saat ini seorang pria tengah berjalan di sampingnya.

Sesekali orang itu melirik kearah Gezana yang berjalan tak tentu arah. Tangan pria itu ragu-ragu untuk meraih tangan Gezana hingga membuat Gezana tersentak kaget dan reflek menegadah menatap siapa orang itu.

"Holan?" Panggil Gezana terkejut.

Yah orang itu adalah Holan, sebenarnya sejak tadi Holan sudah memperhatikan Gezana, dia melihat semuanya. "kalau suka kenapa tidak jujur. Kenapa milih nyakitin diri sendiri daripada berbicara?" Tanya Holan yang membuat langkah kaki Gezana berhenti.

"Maksud kamu?" Tanya Gezana bingung.

Holan tersenyum teduh, tangannya terjulur menepuk pucuk kepala Gezana lembut. "kamu ga seharusnya ragu. Kamu juga berhak bahagia." Ujar Holan.

Gezana menunduk menyembunyikan kilat sedih di matanya "bukankah jika dia menolak ku semua akan semakin menyakitkan. Aku tidak ingin kehilangannya. Setidaknya walaupun aku tidak bisa memilikinya, aku masih bisa menjadi temannya. Aku tidak ingin merusak semua ini hanya karena perasaanku." Lirih Gezana tak berdaya.

Holan menarik tangan Gezana, membawa gadis itu duduk di bangku yang tak jauh dari sana. "kamu tidak akan tahu sebelum kamu mencoba. Mungkin nanti akan canggung kalau itu beneran terjadi, tapi kamu harus percaya pada dirimu sendiri. Kamu berhak berjuang, kamu juga berhak berhenti."

"Lan?"

"Ge bolehkah aku bilang jika aku mencintaimu." Suara Holan terdengar pelan, namun tersirat keseriusan disana.

Tubuh Gezana menegang, matanya menatap mata Holan dengan keraguan. Gezana berusaha mencari jejak candaan di mata Holan, tapi tidak ada.

Tidak ada pandangan main-main seperti biasanya, mata itu membuat Gezana tidak tahu harus berkata seperti apa.

Holan tersenyum tipis, dia tertunduk dengan rasa sesak di dadanya. "yah lupakan itu, kamu tidak harus menjawabnya, aku hanya ingin mengatakan itu setidaknya aku akan merasa lega. Kamu juga harus mengatakan itu pada dia." Sulit menyembunyikan emosi di matanya, tapi Holan tidak pernah berniat menekan Gezana.

Dia tulus mencintai sahabatnya itu, masalah Gezana yang mencintai orang lain juga tidak masalah baginya walaupun sakit mengetahui itu.

Belum lagi Gezana sering datang untuk bercerita tentang dia, dan itu cukup membuat Holan penuh dengan rasa sakit.

Sekarang dia memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya, dia tidak berharap Gezana membalasnya, dia hanya ingin, Gezana tahu jika dia mencintainya, itu sudah lebih dari cukup.

Setelah diam beberapa saat, Holan bangkit berdiri, dia menunduk menatap pucuk kepala Gezana yang juga tertunduk diam "aku harus pergi untuk misi dua bulan ke depan, kita tidak akan bertemu untuk beberapa waktu, kamu bisa santai." Holan tahu Gezana tidak nyaman sekarang.

Soal misi, sebenarnya itu akan dimulai bulan depan, tapi dia memutuskan untuk pergi lebih awal, dia rasa Gezana perlu waktu karena ungkapannya cukup mengejutkan.

Bagi Gezana dia hanyalah seorang teman yang biasa mendengarkan ceritanya, menemaninya, belajar bersama, dan beberapa hal lainya.

Tapi Holan juga tidak sepenuhnya salah karena mengembangkan perasaan pada Gezana kan, dia tidak bisa mengendalikan hatinya agar jatuh pada siapa, tapi dia tidak menyesal mencintai Gezana.

"Holan, aku.."

"Tunggu aku kembali, semua akan baik-baik saja, aku akan tetap menjadi sahabat mu, dan aku akan tetap mendukung perasaan mu. Mengenai perasaanku, aku akan menghilangkannya setelah aku kembali." Cih kebohongan. Membunuh cintanya tidak semudah yang dia katakan, tapi dia tidak ingin membuat Gezana menjauh darinya.

Waktu dua bulan tidak mencukupi setengah dari tahun-tahun dia jatuh cinta pada Gezana, dan waktu sesingkat itu tidak mungkin bisa menghapus perasaannya, tapi dia akan mencoba. Dia harus bisa tanpa Gezana, dia harus bisa tanpa perasaan nya.

"Inilah mengapa orang mengatakan jatuh cinta tidak semata-mata menyenangkan, selain sakit karena putus cinta, sakit karena tidak berhasil mendapatkan cinta juga lebih menyakitkan." Kekeh Holan miris. Setelah memantapkan diri, Holan pergi meninggalkan Gezana yang menatap punggung nya dalam diam.

Holan tampan, dia muda, dia kaya, dia baik, dia asik, dia kuat, dia menarik, dan dia mencintainya. Tapi dihati Gezana hanya ada sosok itu. "Maafkan aku, tapi aku tidak bisa memaksakan perasaanku, jika aku menerimamu aku hanya akan membuatmu terluka, karena aku mencintainya." Lirih Gezana lalu pergi mengambil arah yang lain.

Belajar membuka hati untuk sosok yang lain? Itu bukan mustahil, tapi prosesnya akan menyakitinya. Akan bagus jika dia berhasil mencintai holan, tapi jika dia gagal, dia hanya akan menggores luka lebih dalam karena sudah memberi harapan.

Diam-diam Gezana merasa bersalah, dia ingat jika dia selalu bercerita tentang holan mengenai perasaannya, jika holan benar-benar mencintainya, pasti pria itu terluka mendengarnya.

Gezana mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa tidak menyadari keanehan Holan setiap kali dia bercerita tentang itu, bagaimana dia tidak melihat riak di mata Holan, padahal kalau dia mau melihatnya sedikit saja, dia akan menyadari itu. Yah bukan holan yang pandai bersembunyi, hanya Gezana yang tidak pernah perduli.























✶ give me please

AMORA CALLISTA IFRYA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang