42. PASAR SETAN BANYUWANGI

51 21 4
                                    

"Tak perlu jauh-jauh pergi ke mars untuk mencari kehidupan lain."

Banyuwangi, 2003.

Dari sekian banyak pengunjung, pandanganku justru tertarik kepada salah satu ibu yang sedang membawa benda yang bentuknya mirip seperti sebuah bakul jamu. Bakul tersebut tak dibawa di atas kepala atau punggung seperti yang biasa kulihat, melainkan diapit di antara lengan dan tubuhnya. Saat ia membungkuk, bakul tersebut terlihat masih kosong dan hal itu membuat aku berpikir bahwa kemungkinan besar fungsinya adalah untuk menampung barang belanjaan seperti yang masih diterapkan di pedesaan.

*Bakul adalah sebuah tempat yang biasanya terbuat dari anyaman rotan atau bambu dengan mulut berbentuk lingkaran, sedangkan bagian bawahnya berbentuk segi empat yang berukuran lebih kecil daripada ukuran mulutnya.

Ibu tersebut mengenakan kebaya berwarna ungu pudar yang agak transparan dengan dalaman berwarna hitam dan selembar jarik berwarna coklat yang melilit di bagian pinggangnya. Bentuk mukanya sedikit bundar, rambutnya disanggul ala Ibu Kartini. Jemarinya yang lentik dan gemulai seperti seorang penari, sibuk memilih ikan yang telah ditata sedemikian rupa di atas daun pisang yang diletakkan di meja yang terbuat dari bambu. Dari yang kuamati, sepertinya ia sedang tawar-menawar harga dengan si bapak pedagang ikan.

Wajah si pedagang ikan tak terlihat jelas, tetapi gara-gara itu aku jadi mengamati kemeja coklat mudanya yang juga pudar dan mengetahui bahwa ia sedang duduk di atas sebuah bangku kayu kecil yang tersedia di balik meja.

*Jarik: kain panjang yang memiliki motif batik dengan berbagai corak.

Tiba-tiba tanah bergetar kemudian pandanganku beralih kepada sesosok makhluk hitam dan berbulu yang tingginya melebihi rata-rata tinggi atap rumah. Tubuh makhluk tersebut tampak berisi; tak gemuk, tak juga kurus. Rambutnya hitam, keriting dan panjang. Bentuk wajahnya agak kotak, sedangkan mata, telinga dan mulutnya besar sekaligus lebar. Oh, ya... ada tambahan dua taring yang sangat panjang dan tajam mencuat keluar dari bibirnya. Telapak tangannya yang besar dan kuku-kukunya yang panjang tampak menggenggam sebuah pentungan alias kayu pemukul. Selembar kain, kemungkinan dari kulit binatang, tetapi sekilas juga mirip seperti karung goni melilit dari bagian pinggang hingga ke bagian paha. Entah mengapa, wujudnya yang seperti itu mengingatkanku kepada manusia purba. Ajaibnya, saat ia sedang lewat orang-orang yang ada di pasar tersebut seakan-akan menyingkir untuk memberi jalan dan tampak tak terusik dengan kehadirannya—atau bisa jadi hal itu hanya perasaanku saja.

Di waktu yang hampir bersamaan, dari bagian ujung sisi pasar yang lain, datanglah sesosok makhluk yang juga mirip dan membuat tanah kembali bergetar. Bedanya, makhluk yang satu ini hampir tak berbulu dan memiliki kulit berwarna sawo matang seperti manusia. Makhluk tersebut berhenti di depan sebuah lapak pedagang yang menjual... daging(?) ... entahlah, jaraknya cukup jauh dari jangkauan pandanganku sehingga hanya terlihat samar-samar.

Saat itu juga aku menutup mataku dengan kedua tangan dan mulai berpikir bahwa yang kulihat itu hanyalah sekadar khayalanku semata. Namun, saat mendengar percakapan kedua orang tuaku...

"Itu tadi gempa, ya, Pi?" tanya Mami.

"Iya, kayanya ada gempa," jawab Papi sambil mencondongkan tubuh, memperhatikan kiri dan kanan jalan. "Mungkin ada sisi jalan yang longsor," tambahnya kemudian.

"Hati-hati, Pi," kata Mami mengingatkan.

Dan ya, hal semacam ini sepertinya lagi-lagi hanya terlihat nyata untukku, tetapi kasat mata bagi yang lain.

Mobil kami terus melaju dan akhirnya tiba di bagian ujung pasar. Saat aku membalikkan tubuh, hendak kembali melihat ke arah pasar tersebut, rupanya... pasar tersebut sudah menghilang tanpa jejak. Hutan-hutan tampak biasa seperti pada umumnya. Suara musik tradisional yang kudengar pun hilang, tergantikan dengan suara burung yang berkicau dan desiran angin.

Aku pun menyadari bahwa yang tadi kulihat merupakan seratus persen pasar setan, bukan khayalanku semata.

»©»©»©»

Did you enjoy chapter 42 of VISIBLE 2?

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang