"Dan kupercayakan kepada-Nya, apa yang terbaik."
XXXXX, 29 Maret 2001.
"KAKKEEEKKK!" teriakku lalu berlari memeluk tubuh Kakek.
Aku terkejut melihat kondisi Kakek yang tampak sangat berbeda. Ia mengenakan pakaian berwarna serba putih yang terasa sangat lembut dan harum. Bibirnya tersenyum, ekspresinya tampak begitu damai. Yang paling mencolok, tangan Kakek sudah tidak mengenakan penyangga atau perban yang biasa ia kenakan.
"Tangan Kakek kok..."
Kakek menyela pertanyaanku dengan memeluk tubuhku menggunakan kedua tangan.
"Tangan Kakek sudah sembuh!" seruku dengan mata yang secara otomatis melebar. Aku merasa senang sekali melihat kedua tangan Kakek bisa kembali berfungsi dengan normal.
"Iya," jawabnya sambil tersenyum. "Mau jalan-jalan sama Kakek?" tawar Kakek, menggandeng tangan mungilku.
Aku mengangguk senang sambil melompat kegirangan.
Kakek menuntun tubuhku agar berbalik lalu menunjuk sebuah mobil limosin berwarna putih yang sedang menuju ke arah kami. Saat mobil itu sudah berhenti, Kakek membukakan pintu dan menyuruhku masuk.
Seorang supir yang mengenakan topi dan seragam berwarna hitam, memiringkan kepala kemudian mengangguk sekilas untuk menyapa. Aku balas mengangguk lalu menyandarkan punggungku pada jok mobil yang terasa sangat nyaman dan lembut, tersenyum kepada Kakek.
"Ensa, sayang sama Kakek, kan?" tanya Kakek saat mobil mulai melaju.
"Iya." Aku memeluk tubuh Kakek dari samping.
Kakek yang terlihat senang terus tersenyum tanpa henti seakan baru mendapatkan hadiah yang sangat membahagiakan.
"Kakek sayang sama Ensa. Jadi, Kakek mau bicara berdua saja sama Ensa. Ensa, mau, kan, jadi anak yang baik?" Kakek mencubit salah satu pipiku.
"Iya, dong!" Aku terkekeh lalu tersenyum lebar.
"Janji?" Kakek mengacungkan jari kelingking kepadaku.
Aku mengangguk, mengaitkan jari kelingkingku kepadanya.
"Bagus kalau begitu." Kakek mengusap-usap puncak kepalaku. "Sekarang Ensa mau ke mana?" tanya Kakek kemudian, membuat aku refleks mengernyitkan dahi karena tak mengerti.
"Kan, mau ikut sama Kakek. Bukannya kata Kakek, kita mau pergi jalan-jalan?" tanyaku.
Tiba-tiba Kakek membuka pintu mobil yang saat itu sedang melaju dengan sangat kencang. "Maaf, Ensa, tapi ini belum saatnya," ucap Kakek, kemudian mendorongku keluar.
Aku terkejut setengah mati saat merasakan tubuhku terus berguling di atas aspal jalan. Namun, anehnya, aku sama sekali tak merasa kesakitan atau terluka. Mataku masih fokus menatap ke arah Kakek, sementara sebelah tanganku terulur untuk meminta pertolongannya.
Dari balik jendela aku bisa melihat raut wajah Kakek yang tampak begitu sedih. Seakan-akan ia ingin menolong, tetapi tak bisa karena di luar kemampuannya. Tak lama setelah itu, Kakek fokus menghadap lurus ke depan, mengambil satu helaan napas panjang seakan bersiap-siap menghadapi sesuatu. Dan benar saja. Dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba mobil limosin tersebut menukik ke atas, menuju langit—menembus awan lalu menghilang.
Aku hanya bisa menonton kejadian tersebut sambil menangis dan menjerit, memanggil Kakek, hingga sebuah cahaya berwarna putih yang begitu terang tiba-tiba menerjang, menyilaukan mataku.
Saat aku membuka mata, aku sudah berada di sebuah tempat yang berbeda. Sejauh mata memandang, tempat tersebut tak memiliki batas dan berwarna serba putih. Sekumpulan awan atau mungkin kabut, melayang-layang di antara kedua kakiku, seakan-akan aku sedang berada di atas langit. Tempat apa ini?
Aku menggelengkan kepala lalu bergumam, "Ini mimpi yang aneh."
Eh, tunggu dulu... Mimpi? Aku mengerjapkan mata selama beberapa kali, tetapi tetap mendapatkan pemandangan yang sama.
Seorang laki-laki yang entah berada di mana, tiba-tiba berkata, "Jangan khawatir, Ensa. Kakekmu sekarang sudah tenang." Suara tersebut terdengar ajaib. Tegas, lembut sekaligus menenangkan.
Suara milik siapa? Saat aku mempertanyakan hal tersebut, tiba-tiba mataku terbuka dan aku pun terbangun dari tidurku.
»©»©»©»
Menurut kalian, suara itu milik siapa? Isi di kolom komentar ya. I'd love to read it, but remember to keep comments respectful©
Did you enjoy chapter 41 of VISIBLE 1?
Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang (☆) di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕
*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.
Thank you so much for your support and attention!
Love, Ensatrixie (IG), xoxo.
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)
HorrorBerdasarkan KISAH NYATA. - VISIBLE 1 (1997-2002): Horror - Mystery ✔ - VISIBLE 2 (2002-2005): Horror - Mystery ➡ Ongoing - VISIBLE 3 (2006-2007): Horror - Mystery ➡ Coming up in December 2021. Ps: New Versions!