47. EMPAT KUNTILANAK PENGGANGGU

47 21 3
                                    

Hai, semuanya. Selamat malam Minggu! Jangan lupa klik tanda bintang di bagian bawah untuk terus mendukung VISIBLE ya. Terima kasih.

"Tak semua perjumpaan itu akan berakhir menyenangkan apalagi jika sudah menyangkut dengan 'mereka'. Aku sarankan agar kalian tak pernah mengharapkan apa-apa."

Tulungagung, 2003.

Sebelum memasuki ruang tengah atau mungkin bisa dikatakan sebagai ruang keluarga, aku sudah disambut oleh suara tawa kuntilanak yang terdengar samar-samar berasal dari arah kamar mandi belakang. Mereka senang karena mengetahui kedatanganku dan aku juga mengetahui keberadaan mereka.

Apa kalian juga bisa mendengar suara tawa mereka yang terdengar setengah tercekik, menyakiti telinga dan agak mengerikan?

Hmm.. aku harap tidak.

Dari sana terdengar tak hanya satu suara saja, melainkan empat suara yang semakin lama terdengar semakin jelas, membuat aku sangat ingin menganjurkan kepada mereka agar mengikuti kelas paduan suara untuk mengatur nada yang kini terdengar kacau balau menjadi lantunan nada indah daripada sibuk menggangguku (Coba kalian bayangkan jika para kuntilanak tersebut bernyanyi lagu seriosa atau semacamnya. Itu pasti akan..hmm... unik).

Ah, jika kalian bertanya mengenai bagaimana aku bisa mengetahui jumlah tepatnya, itu dikarenakan mereka sudah tak asing bagiku. Aku pernah berjumpa dengan mereka, lebih tepatnya bertengkar dengan mereka. Kenangan akan mereka agak sulit untuk dilupakan. Namun, tak apa. Kali ini aku merasa senang karena gara-gara hal itulah aku jadi mengetahui bahwa tak hanya aku saja yang bisa melihat mereka, tetapi juga dua anggota keluargaku yang lain.

Waktu itu aku masih sangat kecil sekali. Saat orang-orang dewasa sedang sibuk berbincang, tiba-tiba aku merasa ingin buang air kecil. Oma dan Mami akhirnya mengantar aku untuk pergi ke kamar mandi. Namun, setelah memberitahu aku dan Mami di mana posisi kamar mandi tersebut berada, Oma pun meminta izin untuk pergi mencuci piring. FYI, letak tempat mencuci piring hanya sekitar dua atau tiga meter dari letak kamar mandi.

Saat aku dan Mami sudah mulai mendekat ke kamar mandi, aku mendengar ada beberapa suara wanita yang sedang asyik tertawa cekikikan di bagian paling belakang. Awalnya kupikir itu adalah suara para tante dari keluarga Papi, tetapi rupanya itu adalah suara para Tante Kun.

Oh, kamar mandi ini sama seperti kamar mandi di TK, pikirku, kemudian aku pun mulai merasa takut dan gelisah.

Saat Mami memintaku untuk masuk sendiri ke dalam kamar mandi tersebut dan mengatakan bahwa ia akan menunggu di luar saja, aku langsung menolak idenya mentah-mentah.

"Mami ikut ke dalam saja. Jangan di luar," pintaku.

"Ya, ampun ini anak!" eluh Mami. "Sudah masuk saja. Repot kalau harus berdua segala. Kamu, kan, sudah besar," tambah Mami kemudian.

Yaaaah... akhirnya aku pun berkata, "Ya, udah. Kalau gitu buka saja sedikit pintu kamar mandinya. Jangan ditutup rapat ya, Mi."

Mami pun mengiyakan permohonanku.

Saat sudah melewati bagian pintu kamar mandi, di balik pintu tersebut aku melihat ada empat sosok kuntilanak yang berdiri dalam kondisi setengah menembus dinding sambil berdesak-desakkan seakan ingin melihatku dari dekat.

Jantungku berdebar kencang, tetapi aku berusaha untuk tetap tenang. "Tahan, Ensa. Jangan sampai mengompol di celana. Nanti dicubit sama Mami loh," kataku kepada diri sendiri bagai mantra.

Dengan pikiran seperti itu, aku pun mendapatkan sedikit kekuatan.

Para kuntilanak tersebut tak hanya berdiri sambil berdiam diri saja. Mereka kembali tertawa, berusaha mencolek-colekku (tentu saja hal tersebut membuat aku refleks menghindar) dan mengajukan beberapa pertanyaan dan ajakan dalam bahasa Jawa yang kurang lebih terdengar seperti ini:

"Nduk, opo awakmu iso ndelok aku?" tanya Kuntilanak yang penampakannya lebih tua daripada yang lain, berdiri di bagian paling kanan.

*Nak, apa kamu bisa melihatku?

"Awakmu wedi, ora? Wedi, yo? Hihihihi..." tanya Kuntilanak yang berdiri di sebelahnya..

*Kamu takut, tidak? Takut, ya? Hihihihi...

"Jenengmu sopo toh, Cah Ayu?" tanya Kuntilanak yang paling ujung.

*Namamu siapa sih, Anak Cantik?

"Ayo, melok aku! Ayo, melok aku!" seru Kuntilanak yang sepertinya paling muda dan bersemangat di antara yang lain.

*Ayo, ikut aku! Ayo, ikut aku!

Saat kalimat-kalimat tersebut usai, rasa takutku saat itu juga justru menghilang secara ajaib. Para kuntilanak yang satu ini berbeda dengan yang ada di kamar mandi TK. Jika yang ada di sekolahku terlihat sangat menyeramkan (oh, tentu saja kalian masih ingat, kan, bagaimana bentuk salah satunya), para kuntilanak yang ada di sini justru seperti sekumpulan tante-tante yang gemar bergosip, hanya itu. Tak ada aura yang sangat menakutkan atau mencengkeram yang biasanya dimiliki oleh kebanyakan hantu. Meskipun begitu mereka tetap saja membawa hawa dingin dan membuat suasana menjadi agak suram.

Aku berusaha mengabaikan keberadaan mereka lalu mulai berjongkok, fokus pada tujuan utamaku. Pada saat berjongkok tiba-tiba beberapa helaian rambutku yang panjang terbang melalui wajahku seakan-akan diterpa oleh tiupan angin yang anehnya berbau busuk. Saat aku hendak menoleh, aku melihat salah satu sosok kuntilanak mendekatkan wajahnya tepat di samping wajahku, membuat pipi kami nyaris bersentuhan.

"Opo awakmu temenan ora gelem njawab pertanyaanku?" bisik Kuntilanak yang paling tua dengan suara yang tiba-tiba berubah, terdengar seperti suara nenek-nenek yang sudah sangat amat tua.

*Apa kamu beneran tidak mau menjawab pertanyaanku?

»©»©»©»

Did you enjoy chapter 47 of VISIBLE 2?

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕 Cuma butuh beberapa DETIK kok.

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang