Happy Weekend. Semoga akhir pekan kalian menyenangkan!
"Ada berbagai cara untuk saling terhubung dan cara mereka istimewa."
Kuta, 2001.
Di depan salah satu rumah makan langganan kami ada sebuah pohon kersen yang tumbuh dengan subur. Tingginya hampir sejajar dengan atap rumah, mungkin sudah berusia beberapa tahun. Sepertinya aku datang tepat pada waktunya karena buah pohon tersebut berjumlah banyak dan berwarna merah. Sebut saja ini sebagai naluri alami. Aku tak perlu berpikir dua kali untuk memanjat pohon tersebut. Aku mulai memetik beberapa kersen, berniat memberikannya kepada Mami karena ia sangat menyukainya. Namun, jangan khawatir, aku tak sendiri. Ada Papi yang memegangi kakiku untuk berjaga-jaga.
Selain senang karena hembusan angin yang jauh lebih terasa, perasaan saat berada di atas pohon itu menakjubkan. Pemandangannya menjadi jauh lebih bagus karena aku bisa melihat banyak hal dari sudut pandang yang berbeda. Atap kendaraan-kendaraan yang lalu lalang, orang-orang yang sedang berjalan, pori-pori dedaun yang terlihat lebih jelas, langit dan burung-burung yang tampak lebih dekat. Kuputuskan untuk menikmati pemandangan itu sedikit lebih lama dengan duduk tepat di tengah-tengah cabang pohon pertama.
Sebuah sensasi unik menjalar pada tubuhku. Kurang lebih rasanya seperti sedang duduk di tempat orang lain, bukan tempat yang seharusnya. Tak lama setelah itu, aku merasakan kehadiran seorang perempuan. Setelah mencari, akhirnya aku menemukan dirinya sedang berdiri di depan rumah makan selayaknya tamu pada umumnya. Penampilannya mengingatkanku kepada Kun-Kun pada umumnya. Kalian tahu, kan, apa maksudku? Namun, setelah kuamati baik-baik, ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Dia rapi, bersih—bisa merawat diri dengan baik. Ada semacam rasa segan yang kurasakan, entah mengapa. Mari kita sebut saja ia sebagai Perempuan "Kersen".
"Maaf, aku numpang, ya. Nggak bakal lama kok. Aku cuma ambil sedikit untuk Mami," aku memberitahunya melalui batin.
Selama beberapa saat hantu tersebut hanya menatapku seakan sedang menilai. Aku terkejut saat ia tiba-tiba mengangguk lalu terbang menuju ke arahku. Sejenak, kupikir ia akan menerjang diriku sehingga aku refleks mengeratkan cengkeraman tangan pada kulit pohon sambil berharap takkan terjatuh. Namun, saat berada tepat di hadapanku, rupanya ia berhenti dan melayang bak layang-layang. Jarak kami cukup dekat dan mata kami saling memandang. Itu merupakan saat-saat yang menegangkan bagiku.
"Ambil yang banyak," katanya sambil tersenyum.
Aku terdiam selama sesaat karena terpana. "Rasanya aneh sekali," ungkapku jujur.
"Kenapa?"
"Aku pernah bertemu dengan seseorang yang mirip seperti... umm... Kakak. Tapi sayangnya, dia jahil dan menyeramkan minta ampun."
"Oh, ya?" Perempuan "Kersen" tersebut sedikit memiringkan kepalanya lalu terkekeh. "Sepertinya aku kenal beberapa yang seperti itu," sambungnya kemudian.
Menurutku, kami akan menjadi akrab dalam sekejap. "Kakak tahu, nggak? Nggak jauh dari sini ada minimarket. Di seberangnya ada beberapa rumah makan. Yang paling ujung jual nasi sama mie goreng. Rumah makan itu selalu ramai sekali," ujarku panjang lebar. Ini merupakan salah satu sifat dasarku. Jika merasa nyaman, maka akan sulit membuatku berhenti berbicara.
"Tunggu... Ujung yang menuju pasar atau sebaliknya?"
"Sebaliknya. Ada pohon. Pohon mangga. Di sana ada banyak sekali yang hinggap." Kemudian perkataanku terhenti karena aku menyadari bahwa aku tak berhasil menemukan kata-kata yang pas. "Maksudku, hinggap di pohon seperti belalang. Tahu, kan?"
Perempuan "Kersen" mengangguk.
"Mereka sering manggil aku dan aku nggak suka. Jadi, aku pura-pura nggak lihat mereka. Apa Kakak kenal sama mereka?"
"Ya, mereka itu satu keluarga."
"Satu keluarga?" Aku mengernyitkan dahi. "Kalian... juga punya... keluarga?" tanyaku lambat-lambat, kemudian teringat pada para hantu yang tinggal di galeri.
"Ada yang punya. Ada yang nggak. Sama seperti kalian... umm... para manusia." Entah mengapa, Perempuan "Kersen" tersebut meringis saat mengucapkan bagian "para manusia".
Aku hanya mengangguk-angguk.
Sebenarnya aku ingin bertanya apakah ia juga mempunyai keluarga atau tidak. Namun, aku enggan karena takut... menyakiti hatinya (?). Itu semacam firasat atau naluri yang mengatakan, "Jangan tanya".
"Dulu aku punya, sekarang nggak. Sekarang aku di sini, seperti yang kamu lihat. Sendiri," jawabnya seakan bisa membaca pikiranku.
Saat mataku terbelalak karena terkejut, ia justru tersenyum padaku.
"Terus kenapa sekarang Kakak sendiri?" tanyaku mengabaikan firasat atau naluri "Jangan tanya" karena tahu bahwa percuma saja menyembunyikan pikiranku.
"Pilihan," jawabnya singkat. Ia memalingkan wajahnya lalu menunduk.
Kami terdiam selama beberapa saat.
"Apa keluarga hantu itu jahat?" tanyaku memecah keheningan.
"Di antara keluarga hantu itu, kamu pernah melihat seorang wanita yang tampak sepertiku, kan?" tanyanya balik. "Tapi, aku lebih cantik dan lebih muda," tambahnya sambil tertawa. Ajaibnya, tawanya terdengar sangat manusiawi, bukan seperti tawa para hantu perempuan pada umumnya.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Dia sangat suka anak-anak. Dan karena kamu bisa melihat dia, dia semakin suka. Itu sebabnya... dia... senang sekali menyapa kamu." Perempuan "Kersen" tersebut tampak berusaha keras saat mengucapkannya. "Nah, itu dia maksudku!" Kali ini suaranya terdengar riang seperti orang yang baru saja berhasil memecahkan teka-teki silang.
"Memangnya Kakak tahu dari mana?" tanyaku bingung.
"Wanita itu yang bilang."
Secara otomatis, aku langsung mengernyitkan dahiku. "Kapan?"
"Barusan," jawab Perempuan "Kersen" tersebut dengan santai.
Oh, yang benar saja! Apa sekarang masih tak terlambat untuk melarikan diri?
»©»©»©»
Did you enjoy chapter 45 of VISIBLE 1?
Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang (☆) di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕
*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.
Thank you so much for your support and attention!
Love, Ensatrixie (IG), xoxo.
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)
HorrorBerdasarkan KISAH NYATA. - VISIBLE 1 (1997-2002): Horror - Mystery ✔ - VISIBLE 2 (2002-2005): Horror - Mystery ➡ Ongoing - VISIBLE 3 (2006-2007): Horror - Mystery ➡ Coming up in December 2021. Ps: New Versions!