Kalau ingin VISIBLE update terus, wajib Vote!!! 😘
"Belajarlah dari setiap kejadian, sekecil apapun, meski itu tak selalu menyenangkan."
Kuta, 2000.
Sore tadi sebenarnya aku dan kedua orang tuaku hendak mengajak Nenek (Ibu Mami yang baru datang dari Surabaya) pergi ke pantai Kuta dan galeri. Namun, karena Nenek merasa sangat lelah, kami memutuskan untuk mengantarnya ke bungalow. Orang tuaku memintaku untuk menemani Nenek, sementara mereka mengurus galeri.
Letak bungalow tersebut tak begitu jauh dari galeri, digunakan sebagai tempat peristirahatan sewaktu-waktu, mengingat jarak rumah kami cukup jauh. Biasanya aku dan Mami akan tidur siang di sana atau jika kedua orang tuaku terlalu lelah, kami akan menginap pada malam harinya.
Sekitar pukul 23.30 WITA, aku masih dalam kondisi tak mengantuk dan merindukan kedua orang tuaku. Tak lama kemudian, kebetulan Nenek terbangun dari tidurnya dan membuat teh di dapur.
"Loh, Ensa belum tidur?" tanya Nenek saat melihatku berjalan menghampirinya.
Aku menggeleng. "Nek, boleh nggak aku pergi ke galeri?" tanyaku kemudian.
"Aduh, jangan dong, Ensa. Ini, kan, sudah malam. Lagipula, Nenek juga masih capek."
"Aku bisa pergi sendiri kok."
"Loh, memangnya Ensa pernah pergi sendiri?" tanya Nenek terkejut.
"Nggak pernah."
"Kamu nggak takut? Kalau malam, kan, gelap, sepi-nggak ada orang."
"Nggak takut kok. Boleh, ya, Nek?" desakku.
"Jangan, ah. Nanti Nenek dimarahin Mami sama Papi," tolak Nenek. "Lebih baik kamu tidur saja," sarannya.
"Dari tadi aku sudah coba, tapi tetap nggak bisa tidur. Aku ke galeri saja, ya, Nek?"
"Nggak, Ensa."
"Aku bakal cepet kok. Nggak lama. Kan, deket. Aku bakal lari secepat-cepatnya," aku berusaha meyakinkannya.
NB: Sebenarnya aku lebih suka menyebut itu sebagai negosiasi.
Nenek tampak berpikir sejenak, mendesah lalu akhirnya mengangguk. "Oke, tapi kamu harus janji langsung pergi ke galeri dan Nenek harus antar kamu sampai ke pintu keluar bungalow."
"Oke, Nek," balasku dengan penuh semangat.
Akhirnya kami tiba di pintu keluar bungalow bagian belakang dan bertemu dengan penjaga yang sedang duduk sambil merokok seorang diri. Sekitar sepuluh menit aku sempat tertahan di sana karena penjaga tersebut tak mengizinkanku keluar. Ia beralasan bahwa aku adalah seorang anak perempuan, masih terlalu kecil dan memiliki Mami yang sangat galak. Tentu saja semua yang dikatakannya benar, aku setuju, tetapi mungkin bagian terakhir lebih baik tak diketahui oleh Nenek. Beruntungnya, penjaga tersebut mengatakan hal-hal itu dengan berbisik padaku.
Setelah aku terus-menerus merengek, penjaga tersebut mulai terusik dan akhirnya membukakan pintu. "Hati-hati," katanya.
Saat kakiku melangkah keluar dari pintu kayu jati bernuansa Bali yang berukir tersebut, aku menahan diri untuk tak menoleh ke arah kanan. Pasalnya, di sana ada sebuah lahan kosong yang dipenuhi oleh semak belukar dan juga hewan liar. Ada belalang, jangkrik, biawak, kadal, bahkan ular. Dan dari semuanya aku menyarankan satu tempat yang patut benar-benar dijauhi yakni semak belukar yang bentuknya paling rimbun dan rendah seperti bungker milik tentara.
Tak banyak orang yang tahu bahwa itu merupakan jalan masuk menuju sebuah rumah sekelompok Kun-kun yang selalu tampak ceria. Setiap kali aku bertemu dengan mereka, mereka selalu mengajakku untuk masuk ke dalam sana.
"Ayo, main ke rumah kami. Kamu belum pernah lihat, kan?" tanya salah satu dari mereka suatu hari lalu memberiku penglihatan.
Di balik semak belukar tersebut aku melihat ada sebuah terowongan taman yang terbuat dari besi-besi bersela yang dipenuhi oleh tanaman rambat. Anggur-anggur hijau menggantung di bawah atap terowongan, menggoda untuk dipetik. Aku menyusuri jalan hingga tiba di depan sebuah rumah yang tampak sederhana, mungil, tetapi cantik. Dindingnya berwarna putih, pintunya terbuat dari kayu yang memiliki banyak serat, sekilas mirip seperti gaya rumah pada zaman dahulu. Uniknya, di depan kedua sisi pintu rumah tersebut terdapat sepasang pohon sejenis palem yang dililit oleh "induk" tanaman anggur. Walau hanya sekilas, tetapi aku yakin sekali bahwa aku melihat tanaman anggur dan serat pada pintu rumah tersebut bergerak-gerak, saling melilit.
"Kamu suka, bukan?" tanya Kun-kun yang lain, berhasil membuyarkan penglihatanku.
"Suka," aku mengakui. Membuat sebuah rumah sederhana dan mungil menjadi cantik terawat merupakan sebuah ide brilian-yang artinya, tak perlu sesuatu yang besar dan mewah untuk memperoleh kenyamanan hidup.
NB: Besar dan mewah bukan jaminan.
"Bagaimana? Apa kamu akan bermain ke rumah kami? Jangan khawatir, nanti kami akan memberitahu orang tuamu. Kalau kamu tidak ke rumah kami, kamu akan menyesal. Kamu tidak tahu, kan, kami punya banyak sekali mainan di dalamnya. Kamu juga bisa memetik anggur kalau mau. Pasti akan menyenangkan," katanya dengan nada riang.
Mungkin jika menjadi manusia, hantu tersebut akan cocok sekali menjadi sales, pikirku dengan sungguh-sungguh.
"Oh, ya?" Aku berusaha menahan diri untuk tak memutar bola mata. "Tapi maaf, aku tidak suka ular. Lagipula, memberitahu orang tua bahwa anaknya mati karena digigit ular tidak baik untuk jantung," ujarku sambil tersenyum manis.
Mendengar hal tersebut, mereka pun langsung tertawa dengan nada melengking meski tujuan mereka padaku tak berhasil.
Hari itu menjadi hari di mana aku mendapat satu lagi pelajaran berharga. Tertawalah meski gagal. Esok hari coba lagi. Karena ketidakbahagiaan itu bukan akibat dari kegagalan, tetapi akibat dari pola pikir.
Aku tersenyum mengingat hari tersebut. Bertemu dengan mereka ternyata tak sepenuhnya buruk, tetapi bukan berarti aku ingin bertemu lagi.
Ensaaa...
Ensaaa...
Ensaaa...
Samar-samar aku mulai mendengar suara para Kun-kun memanggil namaku. Sepertinya tanpa sengaja aku telah melakukan kontak. Aku segera menghela napas panjang, kemudian mulai berlari menuju galeri... atau lebih tepatnya menuju ke dalam kegelapan malam.
•🌙•🌙•🌙•
Bagaimana tanggapan kalian mengenai VISIBLE sejauh ini? Apa kalian menyukainya? Isi di kolom komentar ya! I'd love to read it, but remember to keep comments respectful
Did you enjoy chapter 34 of VISIBLE 1?
Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang (☆) di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian.
*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.
Thank you so much for your support and attention!
Love, Ensatrixie (IG), xoxo.
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)
HorrorBerdasarkan KISAH NYATA. - VISIBLE 1 (1997-2002): Horror - Mystery ✔ - VISIBLE 2 (2002-2005): Horror - Mystery ➡ Ongoing - VISIBLE 3 (2006-2007): Horror - Mystery ➡ Coming up in December 2021. Ps: New Versions!