Sebelum membaca mohon pastikan jika kalian sudah mem-follow Wattpad penulis (Ensatrixie) ya! Terima kasih.
"Setiap anggota di dalam keluarga memiliki peran yang tak tergantikan. Tak ada ibu yang seperti ibumu, tak ada ayah yang seperti ayahmu, begitu pula dengan dirimu."
Denpasar, 2003.
Pada akhirnya kami pun membuat semacam perjanjian. Hanya ikan yang tak bisa terselamatkan saja yang boleh Mami masak. Diam-diam, aku sering berdoa agar Papi tak mendapatkan ikan. Namun, setelah itu aku justru merasa tak enak hati kepada Papi. Setelah memeras otak, akhirnya aku memutuskan untuk membuat perjanjian juga dengan Papi, yakni melepaskan semua ikan yang ia dapat—tak membawanya pulang. Toh, Papi juga tak memakan ikan. Papi pun menyetujuinya, sementara Mami yang curiga tak bisa berbuat apa-apa. Peace.
*NB: Mohon bantu aku untuk menjauhkan buku ini dari Mami.
Papi pernah berpendapat bahwa aku memiliki bakat untuk menjadi aktivis perlindungan alam. Namun, aku mengatakan kepada Papi bahwa aku masih terlalu kecil untuk menghadapi para penebang pohon dan penyiksa hewan. Di film-film biasanya mereka memiliki perilaku yang sangat mengerikan, tak kalah dengan penampilannya. Dan itu bahkan lebih mengerikan daripada hantu, tambahku dalam hati. Namun, saat mendengar jawabanku Papi justru tersenyum.
Kalian tahu tidak di mana bagian terserunya? Bagian terserunya adalah saat Papi membantuku membuat rumah berlindung untuk ikan-ikan yang kami pelihara. Cara membuatnya cukup sederhana: pada bagian sisi kanan dan kiri kolam, kami menumpuk beberapa batu yang kuat dan stabil hingga membentuk huruf "n". Lalu aku sengaja mempercantiknya dengan memberi tanaman-tanaman air. Bagian ini biasa kusebut sebagai kebun di dalam air. Selain itu kami juga memberi kolam tersebut tambahan berupa pancuran mini agar ada sirkulasi udara. Walau ukuran kolam tersebut tak begitu besar, tetapi kolam tersebut istimewa bagiku. Aku ingat pada masa-masa awal pembuatannya, aku juga ikut serta membantu Papi merekatkan semen dan mengisi kolam. Memang benar kata orang, sesuatu yang dikerjakan dengan jerih payah selalu memiliki nilai tersendiri.
Di hari lain, saat aku sedang mengamati para ikan yang ada di kolam, aku selalu merasa was-was saat melihat Mami berjalan mendekat.
"Sembunyi, Ratu Pemakan Ikan datang!" desisku lalu melemparkan sebuah batu ke tengah bagian kolam yang sedang kosong, taktik untuk membuat para ikan bersembunyi dengan cepat.
Para ikan pun segera masuk ke dalam rumah perlindungan.Uniknya, entah sengaja atau tidak, mereka tampak setengah mengintip dan memandang ke arahku. Dalam hati, aku berharap agar mereka tak salah memahamiku. Ini untuk kebaikan kalian, kataku dalam hati.
Saat Mami sudah berdiri di sampingku, ia memperhatikan seisi kolam dengan saksama. "Ikanmu ke mana semua?"
"Sehat dan bahagia. Sekarang lagi tidur siang," jawabku sambil melipat tangan di depan dada.
Jerry, ikan sapu-sapu yang kami dipelihara untuk membersihkan lumut pada dinding kolam, tiba-tiba berenang tanpa takut ke arah permukaan. BTW, aku memberi satu-persatu nama ikan-ikanku dan jika mereka tak memiliki tanda khusus, kebanyakan dari mereka akan memiliki banyak nama.
"Siapa itu namanya? Gerry?" tanya Mami sambil menunjuk.
"Jerry, Mami. Jerry." Nama tersebut ku ambil dari serial kartun "Tom & Jerry" yang sering kutonton belakangan ini.
"Oh, iya, Jerry. Sekarang sudah besar, ya," kata Mami penuh arti.
"Jerry nggak bisa dimakan Mami," aku berusaha mengingatkannya.
Mami tersenyum jahil ke arahku. "Kalau Pedro?" Mami menyebut nama ikan mujair terbesar yang ada di kolam, satu-satunya nama ikan yang ia hafal.
"Pedro sakit," jawabku dengan kesal.
"Sakit? Sakit apa?" tanya Mami dengan nada yang terdengar sangat penasaran.
"Kurap, jamur, kutu air," kataku sambil berusaha mengingat-ingat jenis penyakit yang melibatkan air. "Pokoknya nggak bakal enak kalau dimakan," tambahku kemudian.
Mami justru tertawa terbahak-bahak. "Satu saja. Yah? Yah? Besok-besok kalau Papi pergi mancing pasti bakal dapat gantinya. Kamu bisa menamakan dia Pedro II, Pedro III atau bahkan mungkin Fernandez."
"Mami!!! Mami cari ikan lain saja. Di pasar, kan, banyak." Aku merentangkan tangan di depan kolam, berusaha menghalangi pandangan Mami dari ikan-ikanku. "Atau mungkin, sebaiknya Mami jadi vegetarian saja. Mami, kan, sudah nggak dalam masa pertumbuhan."
Mami langsung memukul dan menarik daun telingaku. "Dasar anak nakal! Mami, kan, maunya yang gratis."
"Dasar ibu-ibu," gumamku sambil refleks memutar bola mata.
"Apa kamu bilang?" Mami mendelik padaku.
"Mami cantik," elakku.
"Nggak. Tadi bunyinya nggak kaya gitu!"
Aku pun langsung cekikikan sambil berusaha melarikan diri.
»©»©»©»
Tenang... Chapter ini belum berakhir—masih satu tema dengan chapter selanjutnya. Jangan lupa membaca kelanjutannya ya. C yah!
Did you enjoy chapter 9 of VISIBLE 2?
Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang (☆) di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕
*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.
Thank you so much for your support and attention!
Love, Ensatrixie (IG), xoxo.
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)
TerrorBerdasarkan KISAH NYATA. - VISIBLE 1 (1997-2002): Horror - Mystery ✔ - VISIBLE 2 (2002-2005): Horror - Mystery ➡ Ongoing - VISIBLE 3 (2006-2007): Horror - Mystery ➡ Coming up in December 2021. Ps: New Versions!