42. LABIRIN

1.2K 30 7
                                    

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕 ~ Happy Reading ~

"Takkan ada ruang dan waktu bila dirimu selalu terjebak pada memori yang sama."

Kuta, 2001.

Saat mobil kami mulai memasuki jalan masuk bungalow yang biasa kusebut sebagai jalan "Labirin", hari sudah sangat gelap, mirip dengan kondisi jalan tersebut. Aku menamai jalan tersebut demikian karena di sepanjang sisi kanan-kirinya terdapat tanaman yang sama dengan yang ada di labirin pada umumnya, boxwood atau sejenisnya.

Dan berbicara mengenai tempat yang gelap, seperti yang sering dikait-kaitkan oleh banyak orang, ya... di jalan tersebut memang ada sesosok hantu. Secara fisik, hantu tersebut merupakan seorang pria yang bertubuh kurus, tinggi dan hitam. Uniknya, ia selalu setia memberi "sambutan" dengan cara menembus mobil kami.

Saat pertama kali melihat kejadian tersebut, aku pikir Papi telah menabrak seseorang. Namun, saat menyadari orang tersebut tak terjatuh dan justru terus berjalan, aku hanya bisa terperangah dan kini sudah mulai terbiasa. BTW, rasanya ditembus itu seperti diselubungi hawa dingin selama sesaat. Sesuai dengan nama jalannya, aku pun menyebutnya sebagai Pria "Labirin".

Dengan cepat, aku membalikkan tubuh, meletakkan kedua tangan di atas jok tempat duduk, memperhatikan pria yang tampak selalu murung tersebut masih berjalan sambil menunduk. Saat sudah tiba di penghujung jalan, ia berhenti, berbalik lalu mulai berjalan kembali. Sebuah pemandangan yang miris.

Aku tak tahu apa yang telah menimpanya, apa kaitannya dengan jalan tersebut atau sudah berapa juta kali ia melakukannya. Namun, aku rasa ia tertahan karena sesuatu. Dalam hati aku bertanya-tanya, adakah hal yang bisa kulakukan untuk membantu dirinya?

»©»©»©»

Beberapa hari setelahnya... Sekitar pukul 15.00 WITA.

Setelah usai tidur siang di bungalow, Mami mengajakku pergi membeli makanan di warung yang terletak tepat di seberang jalan "Labirin". Kami berjalan kaki ditemani oleh Nino, anjing Om Asher (tetangga kami di bungalow), melewati pohon-pohon jati yang ditanam di bagian tengah sepanjang halaman hingga akhirnya tiba di jalan "Labirin".

Aku menghela napas lega karena tak melihat kehadiran si Pria "Labirin", mengingat pasti aneh sekali rasanya jika kami berjalan berdampingan. Nino yang sedang berjalan di sisi kiriku dengan kaki-kaki kecilnya membuatku tersenyum dan merasa aman.

"Ayo, Nino, kita susul Mami," ajakku saat melihat Mami sudah berada di posisi yang cukup jauh di depan kami.

Sementara Nino sudah mulai berlari menyusul Mami, aku justru menghentikan langkahku karena melihat daun-daun yang berada di sekitar sisi kiriku bergerak selama beberapa saat. Berniat untuk memeriksanya, aku mengulurkan tangan, tetapi terhenti karena melihat daun-daun tersebut bergerak kembali, kali ini lebih keras. Setelah daun-daun tersebut sudah berhenti bergerak, aku menghela napas panjang sambil memantapkan hati. Dengan perlahan, aku kembali mengulurkan tangan hingga akhirnya membelah dedaunan tersebut.

"ARRRGGGHHH!!!" pekikku. Tubuhku terjungkal ke belakang karena terkejut melihat wajah hitam si Pria "Labirin" muncul di balik dedaunan. Parahnya lagi, matanya yang sedang terbelalak tertuju tepat ke arah manik mataku.

"Kenapa, Ensa?" tanya Mami sambil berlari menghampiriku.

"Itu, Mi. Ada Pria 'Labirin'!" seruku, menunjuk ke arah wajah yang kini rupanya sudah menghilang.

"Kenapa, Ensa?" tanya Mami kembali.

Aku sempat mengernyitkan dahi karena tiba-tiba suara Mami terdengar sangat jauh. Namun kemudian, akhirnya aku mengabaikan hal tersebut. "Pria 'Labirin', Mi. Tadi ada di sana." Aku kembali menunjuk-nunjuk ke arah dedaunan.

Mami mengguncang-guncang tubuhku. "Pria 'Labirin' apa, Ensa? Kamu mimpi?"

Aku membuka mataku dan melihat Mami sedang berdiri tepat di samping tempat tidur. Kutegakkan tubuh, menatap kedua tanganku yang sudah berkeringat dan gemetaran.

Nggak apa-apa, cuma mimpi, aku berusaha menenangkan diri sendiri.

Dan tentu saja... ini hanya merupakan sepenggal kisah awal antara aku dan hantu tersebut.

»©»©»©»

Tahukah kalian... tidak hanya di dunia nyata, tetapi pada saat tidur pun para anak indigo/sixth sense juga sering kali "dihantui" hingga dalam kasus tertentu sangat kesulitan untuk membedakannya?

I'd love to read it, but remember to keep comments respectful©

Did you enjoy chapter 42 of VISIBLE 1?

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang