"Ada masa tak tersentuh yang menunggu takdirnya untuk diungkapkan."
Kuta, 2001.
Aku melihat seorang pria yang tampak linglung sedang berjalan tak tentu arah. Namun kemudian, aku langsung mengenalinya sebagai Pria "Labirin". Pandangannya kosong, tetapi pikirannya penuh—terlalu penuh dan campur aduk, bisa membuat orang yang memilikinya menderita sakit kepala berat. Aku tak yakin jika gangguan jiwa merupakan sebutan yang tepat, tetapi yang jelas, Pria "Labirin" belum lama mengalami hal tersebut, hanya selang beberapa jam, karena suatu kabar mengejutkan yang sulit untuk diterima, berkaitan dengan bisnisnya.
"Hai," sapaku kepada Pria "Labirin".
Sayangnya, ia mengacuhkanku, entah memang sengaja atau memang... tak melihat?
Lalu aku menyadari bahwa aku mengetahui hal-hal yang tak seharusnya. Itu berarti ini bukan dunia nyata. Aku terdiam, memandangi kedua tanganku sendiri lalu berusaha untuk tetap tenang saat mengetahui bahwa diriku hanya sebatas... hologram (?).
Ya, di dunia yang satu ini, aku terlihat transparan seperti hantu, sementara si Pria "Labirin" justru terlihat seperti manusia. Entah bagaimana, kehidupan kami seakan tertukar. Aku merasa takut dan gelisah, tentu saja. Namun, aku terus berusaha untuk meredamnya. Setelah pikiranku lebih jernih, aku menyadari bahwa kejadian ini sama seperti kilas balik yang pernah kualami. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti langkah Pria "Labirin" tersebut karena tak tahu harus bagaimana atau pergi ke mana.
Pria "Labirin" terus berjalan, berjalan dan berjalan hingga akhirnya tiba di balik sisi kiri tanaman "Labirin" yang masih merupakan lahan kosong. Tepat di depan lahan tersebut seorang pria bertubuh besar dan berotot yang memiliki tato pada lengan kirinya, turun dari sepeda motor dengan sebilah pisau di genggaman tangan kanannya. Tanpa "babibu", pria bertato tersebut langsung menerjang Pria "Labirin" dari belakang lalu menikam lehernya. Tak hanya itu saja, pria tersebut membalikkan tubuh Pria "Labirin" sambil mengeluarkan kata-kata kasar penuh amarah dan dengki lalu menikam dadanya berulang kali. Setelah Pria "Labirin" tampak tak berdaya dan tak sadarkan diri, si pria bertato menyeret tubuhnya, kemudian kilas balik tersebut pun memudar.
Saat aku sudah mendapatkan kesadaranku kembali, aku mengalami shock dengan perasaan berkecamuk yang sulit untuk kujelaskan. Aku hanya bisa menangis, sementara Mami dan penjaga bungalow terheran-heran melihatku.
Hari-hari setelahnya, Pria "Labirin" tersebut menghilang seakan tak pernah ada di sana.
»©»©»©»
Menurut aku pribadi, sepertinya si Pria "Labirin" hanya ingin memberitahu seseorang mengenai apa yang sudah menimpa dirinya. Menurut kalian, bagaimana? Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya! I'd love to read it, but remember to keep comments respectful©
Did you enjoy chapter 44 of VISIBLE 1?
Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang (☆) di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕
*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.
Thank you so much for your support and attention!
Love, Ensatrixie (IG), xoxo.
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)
HorrorBerdasarkan KISAH NYATA. - VISIBLE 1 (1997-2002): Horror - Mystery ✔ - VISIBLE 2 (2002-2005): Horror - Mystery ➡ Ongoing - VISIBLE 3 (2006-2007): Horror - Mystery ➡ Coming up in December 2021. Ps: New Versions!