28. DI BALIK PASIR PANTAI

1.2K 31 8
                                    

Spesial untuk para readers VISIBLE versi lama, mulai sekarang kalian sudah bisa kembali memberi vote karena chapter yang sekarang sudah melebihi jumlah chapter yang terdahulu. Untuk para readers VISIBLE versi baru juga jangan lupa memberi vote ya. Thank you so much! Happy Reading

"Penglihatan ini membawaku kepada kehidupan yang jauh dari kata normal."

XXXX, Bali, 2000.

Tempat yang dipilih Mami untuk menggelar alas tak begitu jauh dari rumah Kun-kun "Kelapa". Selesai menata alas dan menyambut Papi yang hendak bergabung dengan kami, aku menitipkan Sally kepada Mami lalu menjauh dari mereka untuk bermain pasir. Aku mengeluarkan berbagai macam jenis sekop mainan yang ada di dalam keranjang lalu mulai merencanakan apa yang sekiranya bisa kubangun. Jujur saja, aku tak begitu pandai membuat istana pasir walau semua orang di dunia ini selalu mengaitkan anak-anak dan pantai dengan hal tersebut, entah mengapa. Namun, setidaknya aku bisa membuat benteng berbentuk kubah atau persegi panjang lalu meletakkan mainan yang baru kudapat dari seorang anak laki-laki bule yang namanya tak bisa kuingat.

 Namun, setidaknya aku bisa membuat benteng berbentuk kubah atau persegi panjang lalu meletakkan mainan yang baru kudapat dari seorang anak laki-laki bule yang namanya tak bisa kuingat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://www.instagram.com/p/BCEUnJEg9iT/?igshid=8tg3l32054m5


Ah, ya, soal anak laki-laki tersebut, ia seumuran denganku. Aku dan orang tuaku bertemu dengan ia dan keluarganya di restoran milik teman Papi. Sementara para orang tua bercakap-cakap, aku bermain dengan dirinya. Berbeda dengan "Sakana", anak laki-laki tersebut bisa berbahasa Inggris dengan fasih karena memang berasal dari Inggris. Namun sayangnya, aku kesulitan mengerti apa yang ia bicarakan karena aksennya sangat kental. Dan di sinilah hebatnya pertemanan kami—para anak-anak, kami sama sekali tak peduli. Tak seperti para orang dewasa, kami memiliki bahasa "cadangan", bahasa universal yang memudahkan pertemanan kami.

Om Tenn, bartender yang bekerja di restoran tersebut, menggoda kami karena warna pakaian kami tampak senada. Aku meminta Om Tenn membuat jus jeruk untukku (daripada menggoda kami) dan anak laki-laki tersebut ikut memesan jus jeruk, membuat Om Tenn justru semakin menggoda.

Begini kata Om Tenn, "Anak bule itu baik dan ganteng loh, Sa. Nanti kalau sudah besar, kamu harus cari pacar yang seperti dia." Om Tenn mengedipkan matanya. "Jangan lupa kata-kata Om."

Aku langsung teringat pada Agra yang menyebalkan, yang masih mengganggu hari-hariku. Mungkin aku harus mempertimbangkan saran Om Tenn, siapa tahu nanti berguna saat aku besar. LOL!

Next, keesokan harinya... keluargaku dan keluarga si anak laki-laki tersebut memutuskan untuk kembali bertemu. Kami pergi ke galeri dan karena aku tahu anak laki tersebut akan merasa bosan, aku meminta salah satu Mbak menemani kami untuk pergi ke area bermain yang disediakan di depan pertokoan.

Di area bermain tersebut ada dua buah kolam pasir buatan. Kebetulan anak laki-laki tersebut membawa sekantong plastik mainan yang berhubungan dengan pembangunan, lengkap dengan mesin traktor dan para pekerjanya. Jadi, kami menggunakan mainan tersebut untuk bermain. Jujur saja, sebenarnya aku ingin sekali membuat taman. Dalam sekejap, aku sudah membayangkan kolam, jalur sepeda, bangku, air mancur dan banyak lagi. Namun, menurut anak laki-laki tersebut, itu semua terlalu rumit dan susah untuk dibuat. Memang masuk akal. Dan karena ini mainan miliknya, aku pun mengalah dan membiarkan ia yang menentukan tema.

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang