21. SAKANA

1.5K 67 9
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak!

"Bertemanlah dengan siapa saja, di mana saja—yang penting, jangan sampai celaka."

Kuta, 1999.

Sebenarnya sejak awal menemukan tempat ini aku sudah menyadari keberadaan Barong tersebut. Namun karena bentuknya seperti yang kalian tahu, ada semacam perasaaan segan dan takut karena kami tak pernah sedekat ini, apalagi aku dalam kondisi sedang sendiri. Aku tak bisa sembarangan menyapanya. Kuputuskan untuk mengamatinya terlebih dahulu, mencari tahu lebih lanjut. Jadi, bisa dikatakan pula bahwa aku memang sengaja memilih duduk di tempat ini.

"Maaf karena baru berani mengajak kamu berbicara. Aku suka barong, tapi... " Aku mendesah. "Yah, gitu. Tahu, kan, maksudku. Tapi sekarang aku sudah nggak apa-apa kok."

Sebuah gambaran muncul dalam benakku, menampilkan ekspresi bahwa Barong tersebut sedang tersenyum riang penuh semangat. Detik berikutnya, kata-kata bermunculan dalam benakku. "Benar. Jangan takut. Aku tidak menggigit. Mari berteman."

Mengetahui hal tersebut, aku langsung merasa sayang pada dirinya. "Kamu kok lucu banget sih. Terima kasih. Tapi sekarang aku harus kembali ke toko. Jangan khawatir. Kalau ada kesempatan aku akan datang lagi."

"Ya," kata Barong dengan cepat.

Saat aku hendak berbalik, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki yang membuatku terkejut setengah mati. Aneh sekali, aku tak mendengar adanya suara langkah kaki. Atau karena aku sedang fokus berkomunikasi dengan Barong? Entahlah. Aku harap ia bukan hantu yang lain.

"Sakana," katanya sambil menujuk ke arah ikan koi besar yang berenang mendekati tepi kolam.

"Apa?" tanyaku tak mengerti.

"Sakana," ulang anak laki-laki tersebut, masih tetap menunjuk ke arah ikan.

Aku mencondongkan tubuh, memperhatikan anak laki-laki tersebut baik-baik. Manusia, putusku. "Fish? Do you like fish?" tanyaku sambil ikut menunjuk-nunjuk ikan.

Anak laki-laki yang berumur satu atau dua tahun di bawahku tersebut memandangku dengan ekspresi kesal. "Sakana. Sakana. Sakana," katanya berulang kali.

"What's your problem?" desisku, tak tahu di mana letak kesalahanku.

"SAKANA!!!" teriak anak tersebut.

Mendengar ada keributan, seorang wanita dan pria yang sedang berjalan menyusuri lorong, bergerak cepat menghampiri kami. Tas belanjaan yang ada di tangan mereka berguncang-guncang dan suara langkah kaki mereka terdengar menggema. Setibanya, si pria bertanya kepada anak laki-laki tersebut menggunakan bahasa Jepang dan anak tersebut menjelaskan menggunakan bahasa yang sama.

"In Japanese, it means fish," kata si pria, tersenyum sambil mengusap-usap kepala si anak.

Aku hanya mengangguk-angguk, bingung harus berkata apa.

Papi pernah mengatakan bahwa sekitar delapan puluh persen turis yang berkunjung ke pusat perbelanjaan ini berasal dari Jepang karena ada semacam ikatan kerjasama. Mami harus ektra mempelajari bahasa mereka dan merekrut beberapa karyawan yang mengerti karena kebanyakan dari mereka jarang sekali ada yang bisa berbahasa Inggris. Jadi, aku bersyukur saat tahu di antara ketiga orang ini ada yang bisa menjadi penerjemah.

Si wanita mengucapkan sesuatu dalam bahasa Jepang lalu menoleh kanan-kiri. Ia kembali mengatakan sesuatu, kali ini sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku. Si pria mengucapkan sesuatu, si wanita mengangguk-angguk sambil melirikku dan aku hanya terdiam memperhatikan mereka.

"She's wondering. Are you alone? Where is your parents?" Pria berkacamata tersebut menerjemahkan.

"Helping our worker." Aku menunjuk ke arah toko dan melihat Papi baru saja datang. "I should—"

Anak laki-laki yang masih menatapku kesal tersebut menarik bajuku dan menunjuk kembali ke arah ikan. "Sakana," katanya pelan, kali ini seperti orang yang sudah putus asa.

Astaga, anak ini keras kepala sekali, batinku. Tiba-tiba Barong memberiku sebuah gambaran yang menunjukkan bahwa aku dan anak tersebut sedang bermain bersama sambil tertawa. Saat itu aku sadar bahwa hati Barong lembut. Aku merasa dituntun olehnya.

"They think you are also from Japan," si pria memberitahu seakan bisa membaca keresahanku.

Aku tersenyum sekaligus meringis, menepuk pundak si kecil lalu berkata, "Sakana, right?" Kutunjuk ikan koi terdekat.

Tiba-tiba anak tersebut tersenyum sumringah, mengucapkan sesuatu yang terdengar riang kepada orang tuanya sambil menunjuk-nunjuk ke arahku. Kedua orang tuanya bertepuk tangan. Aku yang kebingungan hanya bisa tersenyum sambil mengira-ngira apa yang telah dikatakan olehnya. Kupikir orang Jepang itu akan selalu kaku dan tertutup, ternyata tak semuanya begitu, termasuk keluarga yang penuh semangat dan ceria ini.

Aku melihat Papi mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong plastik dan meletakkannya di atas meja. "Sorry, I should go back. Nice to meet you," kataku dengan cepat kemudian membungkuk sekilas, meniru apa yang Mama Sinchan sering lakukan saat meminta maaf kepada orang-orang karena perbuatan nakal anaknya.

"Nice to meet you," balas si pria. Satu keluarga itu pun juga ikut membungkuk.

"Sayonara! Bye!" seruku, melambaikan tangan lalu berlari meninggalkan mereka.

"Sayonara! Bye-bye!" balas mereka sambil melambaikan tangan. Dan yang paling bersemangat adalah si kecil. Ia melompat-lompat kegirangan.

Lima belas menit kemudian, keluarga tersebut mampir ke toko, menyapaku lalu membeli produk kami. Saat si pria dan wanita sedang sibuk di depan meja kasir, aku membiarkan si "Sakana", yang sebenarnya bernama Shouta, terus berceloteh sambil menggandeng tanganku. Tentu saja hal tersebut membuat Mami dan Papi langsung melemparkan pandangan: "Apa yang sudah kamu lakukan?". Dan aku hanya bisa membalas tatapan mereka dengan senyuman.

"Terima kasih, Barong," gumamku sambil melirik ke arah taman.

»©»©»©»

Punya teman yang berasal dari negara, daerah atau budaya yang sangat berbeda? Share pengalaman seru kalian di kolom komentar ya. I'd love to read it, but remember to keep comments respectful©

Did you enjoy chapter 21 of VISIBLE 1?

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang