46. DI LUAR JANGKAUAN

1.2K 28 8
                                    

"Terkadang kita tak menyadari bahwa harapan dan batasan terletak di arah yang sama."

Kuta, 2001.

Perempuan "Kersen" tersebut tiba-tiba melambaikan tangannya di depan wajahku. "Ya, ampun, jangan takut. Aku hanya kenal, bukan berteman. Lagipula aku juga nggak suka sama dia. Bawel, tukang atur dan anak-anaknya mengganggu sekali."

Aku menghela napas lega, tetapi kemudian panik kembali saat teringat bahwa aku dan orang tuaku sering sekali membeli nasi goreng di sana—yang artinya cepat atau lambat, aku akan segera bertemu kembali dengan keluarga hantu tersebut. "Apa Kakak nggak takut kalau wanita itu dengar?" aku mengingatkannya.

"Biar saja," jawabnya cuek.

"Oh, oke." Aku menggigit bibir bawahku. "Dia nggak akan mengambil aku, kan? Aku dengar dari Tanteku yang tinggal di Jawa, katanya ada jenis hantu yang suka menculik anak-anak. Dia bilang seperti ini, 'Jangan keluar rumah kalau langit sudah mau gelap, nanti hilang diambil wewe'," sambungku sambil memperagakan gaya bicara Tante.

Perempuan "Kersen" tersebut menggeleng. "Nggak semudah itu. Tenang saja, kamu akan aman. Kalau kamu bertemu lagi dengan mereka yang hinggap di pohon seperti belalang," katanya sambil terkekeh. "Bilang saja kalau kamu kenal sama aku. Aku yakin mereka pasti akan langsung mengabaikanmu."

"Hah? Kok bisa?"

"Aku pernah menolak menjadi anak wanita itu," jawab Perempuan "Kersen" tersebut sambil mengangkat bahu.

Satu dua detik suasana berubah hening karena aku tak memahami apa maksudnya. Menilai Perempuan "Kersen" tersebut mungkin berumur sekitar dua puluh lima tahunan, maksudku, memangnya masih bisa diangkat sebagai anak, ya? Bukannya wanita di keluarga hantu tersebut hanya suka kepada anak-anak?

"Oke. Aku bercanda. Mana mungkin. Aku, kan, sudah... tua. Puas?" Ia memutar bola matanya sambil tersenyum. Agak menakutkan, tetapi lucu juga. "Kami pernah bertengkar, adu mulut, semacam itu. Aku mengancamnya dan aku yang menang," jelasnya dengan bangga.

Mulutku langsung membentuk huruf "O". Benar-benar semakin mirip saja antara dunia manusia dan hantu.

"Memangnya Kakak mengancam apa?" tanyaku penasaran.

"Aku akan menarik rambutnya dan membuang anak-anaknya."

"Oh." Ancaman itu sangat mematikan dan mengerikan. Aku bisa membayangkan bagaimana rasa takut hantu wanita tersebut saat mendengarnya. "Kakak berbahaya."

Perempuan "Kersen" menganggap perkataanku sebagai pujian. "Ya, itu memang aku. Aku sendiri di sini. Jadi, aku harus bisa melindungi diri. Lagian aku serius tentang anak-anaknya. Aku pernah melihat anak laki-lakinya memeluk salah satu kaki pengendara motor hingga motornya oleng. Untung saja pengendara itu bisa mengerem tepat pada waktunya."

"Okay, I got it. Tapi mungkin sebaiknya cari jalan keluar yang lain, jangan buang anak-anaknya. Kalau nanti hantu wanita itu jadi kesepian, Kakak sendiri yang akan jadi repot," komentarku.

"Y-ya, kamu benar." Perempuan "Kersen" tersebut tampak terkejut mendengar perkataanku. "Kamu mengingatkanku kepada seseorang," katanya kemudian lambat-lambat.

"Suami Kakak, ya," jawabku refleks.

"Kamu lihat?" tanyanya dengan mata terbelalak.

"Hanya sepintas. Semacam gambaran. Muncul begitu saja di kepalaku. Aku lihat kalian sedang berada di satu mobil dan tertawa bersama."

"Ya, ya, aku lihat. Itu vision," koreksinya.

"Vision," aku mengulangnya. "Suami Kakak bule. Tinggi, besar, botak, berperut buncit," jelasku, mencoba mengkonfirmasi. "Sorry," tambahku cepat-cepat, takut dinilai sudah menjelek-jelekkan.

"It's okay. That's right. He is my husband." Ekspresi wajahnya seakan sedang mengenang sesuatu, tetapi kemudian ia memaksakan dirinya untuk tersenyum. "I made mistakes. I have screwed up so badly. I hurt the person I love the most. I want to apologize for everyhing I've done. I miss him so much. But, now... I don't know where he is." Ia terdiam selama sesaat. "Sudah lama sekali aku nggak berbicara menggunakan bahasa Inggris." Ia terkekeh kemudian menatapku penuh harap. "Apa kamu bisa bantu aku mencari dia?"

"Maaf. Aku rasa aku nggak bisa. Pertama, aku hanya anak-anak." Aku rasa semua hantu harus diingatkan bahwa aku masih anak-anak. "Kedua, Mami akan—"

"Setidaknya kamu bisa mencoba lebih dulu. Kamu hanya perlu melihat dia ada di mana dan aku sendiri yang akan datang ke sana."

"Kalau seperti itu mungkin nggak ada masalah. Aku akan coba, tapi Kakak juga harus bantu."

Perempuan "Kersen" mengangguk lalu mencoba mengarahkanku. "Focus."

Vision yang sama kembali muncul, tetapi kali ini lebih jelas karena setidaknya aku jadi tahu jika keduanya mengendarai mobil pendek sejenis sedan. Si bule mengucapkan sesuatu dalam bahasa Inggris yang tak kumengerti, aksennya khas, entah aksen negara mana. Ia mengenakan kaos berkerah sewarna dengan arang, sementara Perempuan "Kersen" yang duduk di sebelahnya mengenakan baju atasan yang berbentuk seperti kimono berwarna avocado dengan inner berwarna putih. Kulit Perempuan "Kersen" tampak coklat, giginya tampak putih bersih, rambutnya diikat model setengah—menyisakan rambut yang tergerai di atas bahu. Informasi lain yang kudapat, mereka belum memiliki anak, tetapi mereka bahagia. Mendengar perkataan suaminya, perempuan "Kersen" tertawa lepas, tampak begitu hidup.

Apa ini kehidupan masa lalu?

"Focus," suara perempuan "Kersen" tersebut menggema di dalam kepalaku.

Yang kulihat selanjutnya adalah langit dan awan, kemudian disusul dengan suara berdengung.

"Nggak bisa." Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku.

"Tinggal sedikit lagi. Kamu hanya kurang mencoba," desaknya.

"Maaf, aku nggak bisa," kataku bersungguh-sungguh.

"Kenapa?" tanyanya dengan suara yang putus asa.

Seharusnya Perempuan "Kersen" tersebut mengetahui jawabannya tanpa bertanya, tetapi anehnya, ia tetap menunggu jawaban terlontar dari bibirku seakan ingin mengetahuinya secara pasti.

"Aku rasa suami Kakak sudah nggak tinggal di Indonesia," jawabku pada akhirnya.

Perempuan "Kersen" tersebut terdiam cukup lama. "Oh... yah... Masuk akal. Pantas saja aku nggak pernah bisa menemukan dia."

»©»©»©»

Did you enjoy chapter 46 of VISIBLE 1?

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang