35. MENGUSIK KEGELAPAN

1.2K 29 16
                                    

Jangan terkejut ya, jika melihat ada perubahan pada cover VISIBLE. Ensa sengaja mengubahnya untuk mencocokkan dengan cover VISIBLE yang lain. Semoga kalian suka!

"Mereka memiliki pesona yang unik, sesuatu yang sulit untuk diabaikan."

Kuta, 2000.

Aku cukup merasa tenang, tetapi tetap waspada saat melewati sebuah gedung pertokoan yang masih dalam proses pembangunan di sisi kiri jalan. Kudengar pernah ada beberapa pencari sisa barang bekas dan tunawisma yang tidur di sana karena daerah bagian ini masih sangat sepi. Di sisi lain, diam-diam aku memperhatikan tiga orang pria yang baru saja keluar dari gedung olahraga yang terletak di seberang jalan. Ketiganya memiliki tubuh yang atletis—berotot bak atlet angkat besi. Namun sayangnya...

"Ada anak kecil!" seru salah satunya.

"Dek, kok sendirian? Orang tuanya mana?" tanya pria yang lain.

"Itu bener anak kecil, kan?" tanya orang pertama, kali ini terdengar ragu.

"Iya, anak kecil. Cewek. Gua juga lihat," jawab teman mereka yang akhirnya bersuara.

"Tapi anak kecil macam apa yang keluyuran jam segini? Cewek pula!" Perkataan orang pertama yang tampak tak percaya, membuat kedua temannya saling bertukar pandang.

"Hiiii... Ayo, cepetan balik. Merinding gua," kata pria kedua sambil mengusap kedua sisi lengan.

Mereka bertiga terburu-buru berjalan menghampiri sepeda motornya masing-masing, nyaris bertabrakan, kemudian akhirnya berhasil tancap gas.

Aku tak bisa menahan diri untuk tak memutar bola mata meski aku terus berlari, berusaha mengabaikan mereka.

Di persimpangan jalan, aku berbelok ke arah kanan, memasuki blok area pertokoan yang masih kosong. Kabar baiknya, blok bagian ini terletak tepat di bagian belakang galeri—yang artinya, sebentar lagi aku akan sampai. Namun, tiba-tiba sebuah sorot cahaya yang disusul dengan bayangan ganda dan suara siulan yang berasal dari lorong paling ujung di seberang tempatku berdiri, berhasil membuatku menghentikan langkah.

Aku ingat bahwa aku pernah dua atau tiga kali melalui lorong tersebut saat berkeliling bersama kedua orang tuaku dalam rangka mengenal lingkungan sekitar. Di sisi kirinya terdapat bangunan berlantai dua yang juga masih kosong yang "dihuni" oleh wanita-wanita berpakaian menarik berwarna mencolok, mirip dengan riasan yang mereka kenakan. Rambut mereka dibentuk dengan sedemikian rupa, kebanyakan mirip seperti sanggul. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan aksen yang sedikit berbeda untuk menarik perhatian, membuat orang yang mendengarnya tak bisa menahan diri untuk tak menoleh. Contohnya saja: Jika kita mengucapkan kata "hai", mereka akan memanjangkan huruf vokalnya menjadi "haaaiii." Namun, sepertinya yang sekarang ini bukan merupakan salah satu dari mereka. Jadi, siapa?

Bayangan ganda tersebut semakin lama semakin mengecil, digantikan oleh kemunculan sosok seorang satpam yang mengarahkan senternya tepat ke arah wajahku. "Siapa?" katanya dengan nada galak.

Aku yang sedang menutupi kedua mata karena merasa silau, akhirnya menurunkan tanganku secara perlahan. "Ensa."

"Ensa siapa? Anaknya siapa?" tanya satpam tersebut tanpa mengubah nada, terlihat enggan beranjak dari tempatnya.

Oke, situasi ini membuat aku tampak seperti penjahat yang telah merampok sebuah bank. "Ensatrixie," jawabku tegas. "Anaknya Mami sama Papilah," jawabku bingung.

"Hah? Jawab yang benar! Kamu anaknya siapa? Tinggal di mana? Ngapain di sini tengah malam?" Satpam tersebut mulai terlihat tak sabar dan geram.

"Saya anaknya Mami-Papi yang punya galeri. Lagi nginep di bungalow belakang. Sekarang mau pergi ke galeri." Aku berusaha menjawab tuntas semua pertanyaannya.

Tiba-tiba satpam tersebut menurunkan senternya lalu mengusap dada. "Astaga, Dek. Kamu ternyata. Saya kira siapa. Kok bisa sih, malam-malam keluyuran begini? Cepet ke galeri sana, nanti dimarahi Mami sama Papi loh!"

Aku mengangguk lalu kembali berlari.

"Astaga, anak itu. Apa nggak takut jalan-jalan sendirian tengah malam?" gumam si satpam yang masih terdengar olehku.

Selama perjalanan menuju galeri, aku terus memikirkan satpam tersebut karena sosok yang berdiri tepat di belakangnya. Tanpa satpam tersebut sadari, sebenarnya ada sesosok hantu yang selalu berjalan menemani dirinya berkeliling mengecek keadaan pertokoan.

Postur tubuh hantu tersebut mirip sekali dengan tokoh Tarzan. Rambutnya panjang, sedikit gimbal; tubuhnya tinggi, besar, berotot; dan bentuk wajahnya tegas, memanjang— kurang lebih seperti itu, aku harap kalian tahu maksudku. Mungkin karena aku tinggal di Bali dan sering pergi ke pantai, selain Tarzan, entah mengapa aku juga merasa hantu tersebut mirip sekali dengan perselancar asing "versi" yang paling kuingat dalam benak.

Pertanyaan adalah: mengapa ia terus mengikuti satpam tersebut? Untuk apa? Dan apakah aku harus memberitahu si satpam? Aku sempat menghentikan langkah karena mempertimbangkan pertanyaan yang terakhir, tetapi urung karena teringat akan janjiku kepada Nenek.

Setibanya di galeri, aku langsung berlari mendekati Mami lalu memeluknya. "Mami! Kangen! Kenapa hari ini kalian lama banget sih?" tanyaku sambil mencium pelipisnya.

"Loh, Ensa. Kok ke sini? Nenek mana?" tanya Mami dengan mata menjelajah, mengabaikan pertanyaanku.

"Nenek di bungalow. Nggak ikut. Aku ke sini sendirian. Hebat, kan?" kataku dengan bangga.

"APA???" Mami langsung mengguncang tubuhku sambil mendelik seakan tak percaya.

And well... malam itu berakhir dengan edisi khusus kemurkaan Mami dan Papi yang memarahiku habis-habisan, memberiku ceramah "satu" gratis "banyak" yang sangat kuharapkan bisa berakhir dengan begitu cepat. Tak hanya itu saja, Nenek dan penjaga bungalow pun juga mendapat imbasnya. Dan aku hanya bisa menangis.

»©»©»©»

Pada saat kalian masih kecil, kenakalan apa yang pernah kalian lakukan dan sulit untuk dilupakan? *Just for fun. LOL. Tulis di kolom komentar ya! I'd love to read it, but remember to keep comments respectful©

Did you enjoy chapter 35 of VISIBLE 1?

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang