2. INTUISI

1.1K 27 6
                                    

Jangan lupa VOTE ya! Cara mudah untuk membuat aku bahagia :)

"Perasaan-perasaan itu datang dan tak bisa dihindari bagai sebuah peringatan."

Denpasar, Oktober 2002.

Hugo memasuki kamar tidurku dengan mengendap-endap, tanpa sepengetahuan Papi. Dan aku memilih bersekongkol dengannya dengan menutup pintu kamar secara perlahan lalu terkikik melihat tingkah laku anjingku yang satu ini.

"Hugo Mario Macho Loh," begitulah nama iseng yang kuberikan untuknya.

Usianya baru beberapa bulan, tetapi banyak orang yang menganggapnya sebagai anjing yang menyeramkan karena warna hitam yang mendominasi tubuhnya. Padahal jika orang-orang mau memperhatikan lebih detail, Hugo memiliki leher, dada, perut dan ujung ekor berwarna putih. Bahkan yang paling menarik, pada bagian keempat kakinya tampak seolah-olah sedang memakai kaos kaki putih bertutul hitam. Jadi, sebenarnya seram dari mananya coba? Dia itu super imut!

Aku sering sekali mendapati bahwa orang-orang cenderung memandang sebelah mata terhadap ras anjing lokal. Namun, kemudian aku menyadari bahwa orang-orang tersebut mungkin hanya belum begitu memahami bahwa setiap anjing memiliki karakter yang berbeda dan keunikan tersendiri tanpa memandang ras, sama seperti halnya manusia.

Dan aku beruntung telah menemukan Hugo.

Hugo merupakan tipikal anjing yang cepat tanggap, baik dan setia. Ia bisa berdiri sambil mengatakan "mau" dengan sangat fasih, berjabat tangan dan mengambil rantainya sendiri jika tahu kami akan mengajaknya pergi berjalan-jalan. Hugo pun sama sekali tak pernah menyerang orang dan hanya akan mengonggong jika ada orang asing yang dianggap mencurigakan masuk ke dalam rumah. Ia memiliki insting yang kuat untuk menilai pribadi seseorang sehingga terkadang aku bertanya-tanya: Apakah ia menilai dari baunya? Gerak-geriknya? Matanya? Detak jantungnya? Atau bagaimana?

Aku masih ingat sekali momen saat pertama kali bertemu dengan dirinya. Saat itu aku dan kedua orang tuaku sedang berkunjung ke pasar hewan yang terletak di wilayah Denpasar. Entah ada angin apa, tiba-tiba Papi memperbolehkan aku memilih seekor anjing untuk ku pelihara. Dan rasanya itu benar-benar seperti kejutan saat hari ulang tahun.

Perhatianku terpecah saat melihat tingkah lucu anak-anak anjing yang sengaja dibiarkan berlarian di dalam sebuah toko. Mereka sibuk bermain ke sana kemari, membuat aku gemas ingin membawa pulang semuanya. Eh? Hehehe...

Karena agak kesulitan memilih, Papi memberiku saran untuk memilih seekor anjing kecil berwarna coklat yang sedang berlari dengan sangat lincah. Namun, saat aku sedang memperhatikan anjing tersebut, tiba-tiba ada seekor anjing kecil lain yang keluar dari arah pintu belakang dan langsung menggigit ekor si Coklat.

Dan yah, itu adalah Hugo. Hugo membuat si Coklat terkejut lantas menggonggong ke arahnya. Bukannya merasa takut, Hugo justru melakukan sebuah perlawanan. Ia sengaja menaikkan bokong, merendahkan bagian kepala lalu mulai menggeram sembari menampakkan taring-taring mungil yang terlihat di masing-masing sudut bibirnya. Hal itu rupanya berhasil membuat nyali si Coklat ciut. Si Coklat memasukkan ekornya ke bagian bawah tubuhnya kemudian mengambil langkah mundur, menabrak anak-anak anjing lainnya. Dengan penuh keyakinan, Hugo bergerak maju, mengejar si Coklat yang berlari ketakutan hingga jatuh terpeleset. Melihat hal tersebut, tiba-tiba Hugo mendadak berhenti, memasang wajah angkuh kemudian memutar balik arah tujuannya, meninggalkan si Coklat yang tampak terperangah di bawah salah satu sudut rak.

Aku tertawa geli setiap mengingat kejadian jahil tersebut dan tak pernah berniat untuk melupakannya.

"Hugo!" seru Papi yang entah sejak kapan berada di depan pintu kamar yang sudah terbuka lebar. "Jangan ngandang! Anjing harus jaga rumah!"

*Mengurung diri.

Hugo langsung berlari terburu-buru ke luar kamar, sementara Papi menatap ke arah ku, memberi kode. Aku pun menyusul Hugo sambil terkikik.

Yang kulihat selanjutnya ialah Hugo berusaha menyembunyikan dirinya di bawah meja yang terletak di ruang santai. Meja tersebut didesain rendah, dikelilingi oleh beberapa bantal duduk dan ditutupi oleh sebuah taplak yang menjuntai sehingga pemandangan yang terlihat dari dalam hanya sebatas mata kaki.

Aku berpura-pura tak melihat kedatangan Papi dan ikut fokus menonton TV bersama Mami yang sudah berada di sana semenjak awal. Namun, tiba-tiba Mami tertawa terbahak-bahak, membuat aku refleks melirik ke arah bawah meja.

Hingga saat ini Hugo masih belum menyadari pertumbuhan fisiknya. Ia tak tahu bahwa meja tersebut tak lagi cocok untuk dijadikan sebuah tempat persembunyian. Ya, memang benar bahwa seluruh kepalanya sudah tersembunyi. Namun, badan dan ekornya yang sedang bergoyang-goyang sangat terlihat jelas dari bagian luar.

"Hugo! Di manakah Hugo, si anjing naughty?" tanya Papi dengan nada menggoda, berpura-pura mencari.

Aku mengangkat taplak meja, ikut memasukkan kepalaku ke dalam sana. Ku bungkam mulutku dengan kedua tangan, berusaha menahan tawa saat melihat Hugo menjulurkan lidah, sementara alisnya bergerak naik turun saat matanya memantau langkah kaki Papi.

"Hugo!" seru Papi sekali lagi, mulai berjalan mendekat.

Dari dalam meja tersebut, samar-samar aku bisa melihat tangan Papi bergerak mendekati bagian belakang tubuh Hugo. Saat bokong Hugo tersentuh, Hugo yang terkejut mengeluarkan suara jeritan lalu refleks bangkit hingga kepalanya terantuk meja. Hal tersebut sontak membuat kami semua tertawa. Seolah mengerti karena sudah menjadi bahan hiburan, Hugo pun memundurkan tubuhnya keluar dari meja, berputar-putar kemudian melompat-lompat kegirangan.

Namun, beberapa saat kemudian, aku justru terdiam secara mendadak.

Aneh sekali rasanya... Di hari yang sangat menyenangkan ini tiba-tiba aku memiliki perasaan yang tak enak mengenai sesuatu yang akan datang. Kalian tahu, seperti awan gelap sebelum hujan deras atau udara kering sebelum badai. Dan yang lebih anehnya lagi, aku tak tahu hal ini berkaitan dengan hal apa dan sama sekali tak bisa menebaknya. Yang jelas, aku merasa harus bersikap waspada.

Kira-kira apa ya yang akan terjadi selanjutnya?

»©»©»©»

Did you enjoy chapter 2 of VISIBLE 2?

Beri dukungan terhadap penulis dengan cara follow Wattpad: Ensatrixie, klik tanda bintang () di bawah, bantu mempromosikan cerita ini di medsos atau kepada teman-teman kalian 💕

*Cerita ini merupakan karya original yang memiliki HAK CIPTA dan dilindungi oleh Undang-Undang. Di larang keras untuk mengkopi atau menerbitkan tanpa seizin penulis.

Thank you so much for your support and attention!

Love, Ensatrixie (IG), xoxo.

- Bersambung -

Books #1-3: The VISIBLE Series (Wattpad Books Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang